Hari ini adalah hari Senin dan Nadia berniat untuk berkeliling demi mencari pekerjaan karena uang tabungannya yang sudah semakin menipis. Semalam ia sudah membuat beberapa CV untuk ia gunakan sebagai syarat melamar pekerjaan keesokan harinya. Ia juga sudah mencari beberapa informasi mengenai tempat adanya lowongan pekerjaan yang ada di dekat tempat tinggalnya. Dengan mengenakan pakaian formal kemeja putih dan rok hitam selutut, Nadia keluar dari kontrakan dengan langkah pastinya.
"Sebar... Sebar..." gumam Nadia sambil terus berjalan menuju ke tempat-tempat yang akan ia tuju.
Dengan wajah ceria dan penuh semangat, ia berjalan melewati jalanan-jalanan yang terlihat asing bagi dirinya. Ia menggunakan google maps agar nantinya ia tak tersesat. Bahkan sesekali ia menyapa beberapa tetangga sekitar kontrakannya yang tak sengaja bertemu dijalan.
"Permisi, saya mau memasukkan lamaran pekerjaan disini. Saya bisa menitipkan surat lamarannya dimana ya, pak?" tanya Nadia kepada satpam yang berjaga di tempat pertama yang ia tuju.
"Bisa langsung masuk di dekat ruang HRD saja, mbak" ucap satpam itu dengan ramah.
Nadia menganggukkan kepalanya dan segera saja masuk kedalam ruang HRD yang tadi ditunjukkan oleh satpam yang ada didepan kemudian menyerahkannya ke dalam sebuah box yang tersedia di depan pintu ruang HRD. Setelahnya, ia pun melanjutkan perjalanan dan segera pergi dari tempat itu menuju ke tempat yang lainnya. Kegiatannya terus berlanjut seperti itu hingga siang menjelang.
***
Nadia duduk di taman sambil minum air mineral yang tadi dibelinya. Ia mengistirahatkan badannya sejenak setelah hampir seharian berjalan menuju tempat-tempat yang menyediakan lowongan pekerjaan.
"Huh... Capeknya" ucap Nadia yang kemudian duduk menyandarkan tubuhnya ke batang pohon besar dan memejamkan matanya sejenak.
"Kak Nadia..." seru seseorang memanggil nama Nadia.
Nadia yang mendengar ada suara seseorang yang sedang memanggil dirinya pun seketika saja membuka matanya dan mencari arah suara itu. Terlihatlah seorang gadis kecil tengah berlari kecil menuju ke arahnya sambil merentangkan kedua tangannya, yang tak lain adalah Anara. Melihat Anara, Nadia segera saja menegakkan badannya duduk kemudian merentangkan kedua tangannya menyambut pelukan Anara.
"Huh... Kak Nadia, kenapa kemarin malah pulang nggak nungguin Nara bangun?" ucap Anara dengan polosnya setelah melepaskan pelukannya.
"Kemarin kak Nadia ada pekerjaan jadi nggak bisa di rumah Nara lama-lama" ucap Nadia dengan sedikit berbohong.
Saat sedang asyik-asyiknya berbicara dengan Anara, terdengarlah sebuah pekikan seorang balita yang memanggil nama Anara.
"Kak Nala..." seru seorang balita laki-laki gembul yang tengah berlari tertatih-tatih menuju kakaknya, dia adalah Arnold.
"Adek..." seru balik Anara saat melihat adiknya tengah menuju ke arahnya.
"Napa inggal-inggal Anol" kesal Arnold dengan mencebikkan bibirnya karena ditinggal kakaknya saat ia sudah sampai didepan kakanya.
"Maaf ya adek, tadi kakak lihat kak Nadia yang kemarin gendong kakak. Makanya kakak lari kesini" ucap Anara dengan celotehannya.
"Ain ali ndak oleh inggal-inggal Anold agi" ucap Arnold dengan nada tegasnya sambil memelototkan matanya.
"Siap adek" ucap Anara dengan patuh.
Nadia yang melihat obrolan seru dari kedua bocah itu merasa sangat gemas dengan tingkah mereka. Arnold yang posesif, tegas, dan galak berhadapan dengan Anara yang penurut dan ceria. Sungguh Nadia yakin kalau kelak mereka akan menjadi kakak beradik yang saling melindungi ketika dewasa nanti.
"Hmm... Ini kak Nadia kok dicuekin sih" ucap Nadia mengalihkan perhatian kedua bocah kecil itu.
"Sapa amu?" seru Arnold dengan memelototkan matanya tajam ke arah Nadia saat melihat ada orang asing disana.
Nadia yang melihat itu seketika tertegun dengan tatapan tajam bocah laki-laki kecil itu untuk kedua kalinya. Namun disisi lain, ia merasa lucu dengan mimik wajah Arnold yang terlihat menggemaskan dengan pipi gembulnya yang seperti ingin tumpah-tumpah itu.
"Apa ihat-ihat?" ucap Arnold dengan menampilkan wajah galaknya saat Nadia menatap Arnold dengan gemas.
"Jangan gitu adek, kak Nadia ini baik lho kemarin bantuin nenek waktu kakak nangis" ucap Anara menasehati adiknya.
"Huh... Anti malah-malahin apa lho kalau eket-eket cama olang asin" ucap Arnold menasehati kakaknya.
"Udah... udah jangan berantem. Lagian kak Nadia nggak ngapa-ngapain kakaknya Arnold kok. Nih buktinya kak Anara baik-baik aja nggak ada yang lecet" ucap Nadia dengan lembut.
"Oh ya kalian kesini sama siapa?" tanyanya dengan mengalihkan perhatian kedua bocah itu.
"Sama papa" jawab Anara dengan santai.
Tak lama dari itu, terlihatlah seorang pria dewasa yang berlari dan terus memanggil-manggil nama Arnold dan Anara dengan wajah khawatirnya.
"Anara... Arnold..." panggil seorang pria dewasa terlihat dari wajahnya kalau ia sagat panik dan khawatir.
"Papa" seru Anara sedangkan Arnold hanya diam saja karena masih melihat dengan tatapan menelisik ke arah Nadia.
"Astaga... Kalian membuat papa benar-benar khawatir. Lain kali jangan seperti ini lagi" ucap Papa kedua bocah itu yang tak lain adalah Andre.
"Maaf papa" ucap Anara dengan menundukkan kepalanya merasa bersalah.
"Apa, gala-gala ini olang" tunjuk Arnold ke arah Nadia menyalahkan.
Andre yang tengah fokus dengan Anara pun seketika melihat kearah yang ditunjuk oleh Arnold dan menatap tajam orang didepannya.
"Kamu lagi kamu lagi. Kamu mau menculik anak saya? Dasar wanita urakan" seru Andre dengan menghina Nadia tanpa bertanya lebih dulu.
"Astaga... Kenapa jadi aku yang disalahkan? Tadi Anara kesini menghampiri saya yang sedang istirahat di bawah pohon, bukan saya yang mendekati anak-anak bapak. Ah males juga jelasin sama orang yang bisanya menilai orang dari penampilannya saja" ucap Nadia dengan kesal kemudian berlalu pergi dari taman tanpa berpamitan.
"Kak Nadia, maafin papa dan adik Anara ya" seru Anara saat melihat Nadia yang langsung pergi begitu saja, namun sama sekali tak dihiraukan oleh Nadia.
"Ayo pulang" ajak Andre kemudian menggendong kedua anaknya di tangan kanan dan kirinya, bahkan ia tak mempedulikan kejadian tadi.
***
Di desa keluarga Nadia...
Kedua orangtua Nadia mendatangi rumah keluarga Parno untuk membicarakan mengenai pembatalan pernikahan anaknya. Dengan sedikit rasa takut di hati keduanya, mereka memantapkan hati untuk menyelesaikan semua masalah yang telah mereka perbuat.
"Permisi..." seru Ayah Deno saat melihat Bapak Aden sedang berada di teras.
"Eh... Ada Pak Deno. Silahkan duduk dulu pak, bu" ucap Bapak Aden mempersilahkan.
"Ada keperluan apa ya pak sampai repot-repot kesini?" tanya Bapak Aden dengan tatapan bingung setelah melihat tamunya sudah duduk.
"Kami mau membicarakan mengenai masalah pernikahan antara Nadia dengan Parno" ucap Ayah Deno dengan hati-hati.
"Memang ada masalah apa, pak? Bukannya semua tinggal persiapan saja?" tanya Bapak Aden bingung.
"Begini pak Aden, kami kesini bermaksud ingin membatalkan pernikahan antara Nadia dengan Parno" ucap Ayah Deno dengan mantap.
"Nggak..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments
Ajusani Dei Yanti
semoga nadia dapat pekerjaan
2023-07-24
0
Kinan Rosa
ya elah bang gitu aja galak padahal siapa yang nyamperin Nadia
2023-06-14
2
Yani
Andre jangan jutek" loh ntar cinta loh...
2023-05-28
1