Keluarga kecil Nadia kini sedang duduk di ruang tamu dengan keadaan hening. Nadia dengan tatapan datarnya menatap kedua orangtuanya yang sedang menundukkan kepala. Mereka berada di depan Nadia seperti tersangka yang akan segera melakukan persidangan.
"Maksud ayah dan ibu apa menjodohkan Nadia dengan Parno? Nadia nggak suka sama Parno" tanya Nadia dengan raut wajah tanpa ekspresi.
"Ibu takut kamu nggak nikah-nikah karena penampilan kamu yang seperti laki-laki kaya gini. Masih untung ada Parno yang dengan lugasnya mengatakan cinta dan ingin menjadi suamimu. Parno juga mau menerimamu apa adanya" ucap Ibu Ratmi dengan nada seperti merendahkan anaknya sendiri.
Nadia yang mendengar ucapan ibunya sontak saja menatap tak percaya wanita yang telah melahirkannya itu. Ada gurat kekecewaan di matanya saat ibunya sendiri merendahkan dirinya.
"Bu, jodoh itu udah ada yang nentuin. Jadi ibu nggak perlu risau dengan siapa nantinya yang akan menjadi jodoh Nadia. Nadia itu masih berumur 23 tahun. Umur segini belum nikah dan belum punya pacar juga nggak papa kali, nggak ada undang-undang yang mengatur. Lagian Nadia itu nggak cinta sama laki-laki kemayu kaya gitu. Yang ada ntar malah Nadia yang jadi suaminya dan si Parno yang jadi istrinya" ucap Nadia dengan ketus.
"Di desa ini mah umur segitu juga harusnya udah nikah, Nad. Udahlah mending kamu turutin kemauan kami. Lagipula mana ada laki-laki yang mau sama modelan cewek tapi laki-laki kaya kamu selain si Parno" ucap Ibu Ratmi dengan mulut pedasnya tanpa memikirkan perasaan Nadia.
"Parno itu apa sih kurangnya? Dia itu anaknya juragan sapi lho, Nad. Kamu nggak perlu kerja keras untuk mendapatkan uang, tinggal ikut ngurusin itu sapi-sapi aja duit udah keluar" lanjutnya.
"Parno itu kurang waras, bu. Masa kalian tega ngebiarin anak perempuan kalian satu-satunya menikah dengan laki-laki kemayu dan kekanakan seperti dia sih. Kalau emang ibu mau sapinya keluarga si Parno ya udah, ibu aja sana yang nikah sama Parno atau nikah aja sekalian sama sapinya" ucap Nadia dengan ketus.
"Nadia... Ibu dan ayah hanya ingin yang terbaik untuk kamu di masa depannya. Kamu kok malah ngomong kaya gitu sama ibumu, itu tidak sopan. Kami tak pernah mengajari kamu bersikap kaya gitu" tegur Ayah Deno yang sedari tadi hanya diam memperhatikan perdebatan antara istri dan anaknya.
"Terbaik? Terbaik untuk siapa? Semua yang kalian lakukan itu hanya terbaik untuk kalian bukan untuk Nadia. Kebahagiaan Nadia itu hanya bisa Nadia yang tentukan sendiri. Dari dulu ibu dan ayah selalu memaksa Nadia untuk menuruti semua kemauan kalian dan Nadia menurutinya. Sekarang? Nadia nggak akan pernah mau menuruti kemauan kalian terutama tentang pernikahan. Nadia punya pilihan sendiri untuk hal ini dan pilihan Nadia bukanlah Parno. Tolong kali ini saja jangan egois, Nadia bisa kok menentukan pilihan terbaik untuk kehidupan Nadia kelak" ucap Nadia dengan nada melemah.
Nadia benar-benar sudah pasrah bernegosiasi dengan kedua orangtuanya yang egois dan keras kepala itu. Setelah mengucapkan hal itu, Nadia segera saja berlalu pergi menuju kamarnya dengan wajah memerah menahan marah dan kesal. Sedangkan kedua orangtua Nadia hanya mampu terdiam mendengar semua unek-unek yang diucapkan anaknya itu.
"Apa kita selama ini egois, yah? Terlalu memaksakan keinginan kita pada Nadia" tanya Ibu Ratmi pada Ayah Deno setelah melihat pintu kamar Nadia ditutup dengan kasar.
"Ayah juga berpikir seperti itu, bu. Apa kita batalkan saja tentang rencana pernikahan Nadia dan Parno?" tanya Ayah Deno dengan tatapan bersalahnya.
"Ayah tahu sendirikan gimana keluarganya si Parno itu? Kalau mereka nggak bisa dapatin keinginannya, mereka pasti akan nekat buat nekan kita. Pasti mereka juga bakalan nuntut ganti rugi" ucap Ibu Ratmi dengan nada khawatir.
"Ya gimana lagi, bu? Daripada kita dibenci sama anak kita sendiri. Ayah rela harus kehilangan harta daripada kebahagiaan anak kita dipertaruhkan disini" ucap Ayah Deno dengan tatapan sendu.
"Besok kita ke rumah mereka, yah. Kita coba bicara baik-baik siapa tahu mereka bisa memahami keadaan kita" saran Ibu Ratmi dan diangguki setuju oleh Ayah Deno.
Kedua orangtua Nadia pun segera masuk ke dalam kamar setelah merundingkan jalan tengah yang akan mereka ambil untuk masalah yang sedang dihadapi. Apapun yang akan terjadi nantinya, mereka hanya ingin kebahagiaan tercipta untuk anak perempuan satu-satunya itu.
***
Nadia saat ini tengah berada di kamarnya, berdiri sambil memandang wajah dan tubuhnya di kaca besar pada lemarinya. Ia membalik-balikkan badannya sambil meneliti semua bagian tubuhnya dari atas ke bawah, namun ia merasa tak ada yang aneh.
"Masa iya gue yang punya body aduhai ini bisa-bisanya mau dijodohin sama laki-laki lembek kaya gitu. Sungguh dunia benar-benar terbalik" gumam Nadia.
"Aku harus ngelakuin sesuatu biar pernikahan ini dibatalin. Tapi apa ya?" lanjutnya sambil memikirkan cara untuk membatalkan acara itu.
"Gotcha" pekiknya saat menemukan suatu ide cemerlang setelah beberapa menit berpikir.
Setelah menemukan suatu ide, Nadia segera saja menyiapkan segala sesuatunya. Ia mengambil sebuah tas ransel besar kemudian mengisinya dengan beberapa pakaian dan barang-barang penting. Nadia memutuskan untuk kabur dari rumah agar bisa membatalkan perjodohan yang dilakukan kedua orangtuanya. Walaupun caranya salah namun ini merupakan salah satu cara menghindari masalah berkelanjutan ke depannya.
Nadia tahu kalau keluarga Parno takkan pernah melepaskan seseorang yang sudah diincarnya. Mereka akan nekat mengusahakan apapun demi mendapatkan apa yang mereka inginkan.
"Maafkan Nadia ya yah, bu. Maafin Nadia yang nggak bisa memenuhi keinginan kalian. Suatu saat nanti, Nadia akan kembali dengan laki-laki pilihan Nadia sendiri" gumam Nadia kemudian pergi keluar rumah dengan melewati jendela kamarnya.
Nadia mengendap-endap keluar lewat samping rumahnya, kemudian berjalan santai menuju gang-gang sempit yang jarang orang lewati. Setelah beberapa menit berjalan, sampailah ia di sebuah jalan raya besar, kemudian ia menghentikan sebuah taksi untuk mengantarnya ke terminal.
"Selamat tinggal desaku tercinta. Aku akan kembali kesini kalau sudah menjadi orang sukses dan menemukan laki-laki yang akan menjadi suami Nadia" batin Nadia setelah taksi yang membawanya melaju meninggalkan area desa tempatnya dibesarkan.
Mulai detik ini dan hari ini, kehidupan Nadia akan berubah karena harus hidup mandiri jauh dari kedua orangtuanya. Namun ia percaya kalau kebahagiaan yang ia idamkan akan segera menghampirinya dengan tekad, semangat, dan usaha keras yang akan ia jalani nantinya di tempat baru dengan orang-orang baru tentunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments
Fajar Ayu Kurniawati
.
2023-07-28
0
Ipti Rokhah
tarjetku nikah umur 20
2023-07-21
1
LlllZzzz
Nadia hebat
gak mewek trus ujug ujug nrimo wae
mantap Nad lanjutkan perjuangan mu mencari Mas duda keren💕💕💕
2023-07-20
2