Nadia hari ini berangkat lebih pagi dari hari kemarin karena semalam setelah sampai rumah dirinya dihubungi oleh Mama Anisa untuk menemani Anara di hari pertama masuk sekolahnya. Hari ini Anara akan memulai aktifitasnya untuk masuk sekolah TK nya. Sudah dari satu bulan yang lalu dia didaftarkan oleh sang nenek di sebuah TK Internasional yang ada di kota itu. Sekolah yang memiliki fasilitas mewah dengan tenaga pendidik yang kebanyakan adalah lulusan sarjana di luar negeri. Gedung sekolah TK itu menjadi satu dengan gedung untuk jenjang SD, hanya dibatasi sebuah lapangan basket saja. Biaya masuk disana pun bisa mencapai puluhan juta untuk satu semesternya pada jenjang TK.
Kejadian semalam yang berantem dengan beberapa preman membuat badan Nadia sakit-sakit semua. Terlebih tangan dan punggungnya terasa sangat nyeri ketika bangun tidur tadi. Mungkin ini adalah efek karena selama ini sudah jarang berolahraga. Untungnya pagi ini dia tak kesiangan bangun.
Nadia berangkat jam 6 pagi dari kontrakan dengan membawa sebungkus nasi uduk yang akan ia makan di rumah Andre. Saat tadi Nadia membeli nasi uduk, warungnya sangat ramai membuat dia tak kebagian tempat duduk sehingga dia memutuskan untuk membungkusnya saja.
Di perjalanan, dia melihat sekeliling jalanan yang semalam ia gunakan untuk membantai preman-preman yang membegal dirinya dengan Andre. Hanya ada beberapa bercak darah yang mengering di aspal jalanan. Entah siapa yang menolong preman-preman itu, Nadia tak peduli. Nadia meringis pelan mengingat bagaimana semalam dia dan Andre dengan brutalnya memukul para preman itu. Apalagi dirinya yang sampai harus menendang area pribadi preman-preman itu. Dia tak bisa membayangkan bagaimana nasib tuh masa depan kelima preman itu.
***
Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya sampailah Nadia di depan rumah mewah milik keluarga Andre. Mama Anisa dan Papa Reza belum juga pulang dari urusan pekerjaannya di luar kota.
"Selamat pagi, pak" sapa Nadia pada satpam yang berjaga.
"Selamat pagi juga neng Nadia" sapa balik satpam itu.
Setelah menyapa dan berpamitan dengan satpam yang berjaga, Nadia segera saja berlalu dari gerbang rumah. Nadia segera saja memasuki rumah dan melihat kalau Anara telah siap dengan seragamnya tengah duduk menunggu di ruang tamu.
"Anara, kok sudah disini? Udah sarapan?" tanya Nadia.
"Belum kak. Mbok Imah lagi mandiin Arnold" jawab Anara dengan senyum cerianya.
"Berarti tadi yang mandiin dan bantuin Anara pakai seragamnya juga Mbok Imah?" tanya Nadia.
Anara hanya menganggukkan kepala sebagai jawabannya. Mbok Imah memang bekerja mulai jam 5 pagi sampai 5 sore, jadi wajar kalau pagi-pagi sekali beliau sudah ada disini. Anara sedari tadi fokus dengan plastik yang dibawa oleh Nadia di tangannya.
"Anara mau makan ini sama kak Nadia?" tanya Nadia.
Nadia bertanya sambil mengangkat sebuah plastik berisi bungkusan nasi uduk itu ke hadapan Anara.
"Mau... Mau..." jawab Anara dengan antusias.
Selama ini Anara tak pernah makan makanan yang berada di pinggir jalan, ia selalu makan di restorant atau masakan rumah yang dimasak oleh Mbok Imah dan neneknya. Mencoba masakan yang masih asing bagi Anara tentunya membuat gadis itu sangat penasaran bagaimana rasanya.
Nadia segera saja menggandeng tangan Anara menuju ke ruang makan. Setelah sampai disana, ia segera mendudukkan Anara di kursinya lalu Nadia mengambil piring dan sendok. Nadia menyiapkan satu bungkusan nasi uduk itu untuk ia makan berdua dengan Anara. Di atas meja makan juga sudah tersedia sarapan berupa roti panggang dan susu.
"Mana bisa kenyang aku, kalau sarapan cuma roti dan susu kaya gitu" batin Nadia sambil melirik ke arah meja makan.
Nadia segera menyuapkan sendok berisi nasi uduk ke dalam mulut Anara. Nadia memperhatikan ekspresi Anara yang terlihat menikmati dan sangat antusias.
"Ini sangat enak. Besok belikan aku ini lagi ya kak" puji Anara.
Nadia hanya meringis pelan melihat keantusiasan Anara, tidak mungkin juga dia membelikannya setiap hari. Bisa-bisa nanti dia dimarahi oleh tuannya yang menyebalkan itu karena memberikan makanan pinggir jalan pada anaknya. Dia hanya berharap kali ini tuannya itu tidak mengetahui tentang makanan yang dimakan oleh Anara.
Nadia kemudian makan juga dari sendok yang sama dengan Anara karena bagaimanapun ia belum sarapan pagi ini. Seakan keberuntungan tak berpihak padanya, Andre memasuki ruang makan dengan Arnold yang berada di gendongannya. Arnold sudah terlihat rapi dengan pakaian santainya. Andre berjalan ke arah meja makan dan duduk di kursi sambil memangku Arnold kemudian menatap ke arah makanan yang dimakan anak perempuannya. Sedangkan Nadia yang melihat itu sedikit menundukkan kepalanya.
"Makanan apa yang kau berikan kepada anakku?" tanya Andre.
Andre menatap tajam ke arah Nadia saat tahu kalau itu pasti adalah makanan yang dibeli Nadia diluaran karna tak mungkin Mbok Imah yang membawanya. Terlebih Mbok Imah sudah tahu kebiasaan keluarga ini yang selalu sarapan dengan roti dan susu. Nadia hanya meringis pelan mendengar pertanyaan Andre, dirinya pun juga bingung harus menjawab apa.
"Papa, ini enak lho nasinya. Gurih, Anara suka. Besok-besok belikan ini ya pa untuk menu sarapan kita" ucap Anara dengan antusias.
"Tenang aja, tuan. Ini tak ada racunnya kok. Apa tuan mau coba?" ucap Nadia mencoba santai.
"Nggak. Papa ngg..."
Ucapan Andre pun seketika terhenti saat mulutnya di sumpal Nadia dengan sendok berisi nasi uduk membuat Anara terkikik geli karena lucu melihat pemandangan ini. Sedangkan Arnold sedari tadi hanya menatap datar makanan itu walaupun dirinya juga penasaran.
Andre yang mendapat hal tiba-tiba itu memelototkan matanya kearah Nadia kemudian menelan nasi uduk itu. Andre sedikit merasakan kalau makanan yang masuk ke dalam mulutnya ini sangatlah enak.
"Benar-benar enak" batin Andre.
"Aaaaa"
Setelah berhasil menelan semua nasi yang ada di dalam mulutnya, Andre membuka mulutnya kembali memberikan kode kepada Nadia. Nadia yang melihat itu sengaja menggoda Andre dengan pura-pura tak paham. Nadia mengalihkan pandangannya ke arah Anara kemudian menyuapkan gadis kecil itu sesendok nasi uduk begitupun untuk dirinya.
"Heiiii... Mana untukku?" kesal Andre.
"Tadi aja anda protes karena aku memberikan makanan ini ke Anara, kok sekarang jadi anda meminta lagi. Enak kan? Ya enaklah, masa enggak" goda Nadia.
Andre benar-benar kesal dengan godaan yang dilontarkan oleh Nadia. Nadia yang melihat wajah Andre cemberut pun hanya bisa terkikik geli. Akhirnya dengan malas dia menyodorkan nasi ke arah mulut Andre begitupun kepada Arnold. Mereka akhirnya sarapan dengan sebungkus nasi uduk untuk berempat, bahkan tanpa mereka sadari keempatnya menggunakan satu sendok yang sama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments
evvylamora
bsk jng lupa lontong sayur sm gorengan nya yaa 🤭🤭🤭
2023-08-01
0
Nur Qamariah
lanjut nadia
2023-07-26
0
AR Althafunisa
Jadi pengen nasi uduk 🤣🤣🤣
2023-07-13
0