Hari senin merupakan hari dimulainya aktifitas setiap orang setelah melalui hari libur selama dua hari kemarin. Begitu pula dengan Nadia yang akan memulai aktfitasnya sebagai pekerja baru di rumah Mama Anisa. Bukan hari yang ditunggu olehnya karena mulai hari ini ia akan bertemu dengan seseorang yang sangat malas ia temui. Siapa lagi kalau bukan si Andre, duda kaya anak dua itu.
Dengan malas-malasan, Nadia bangun dari kasurnya dan langsung masuk ke kamar mandi. Setelah membersihkan diri, dia memasak nasi goreng untuk menu sarapannya. Setelah selesai sarapan, dia segera berangkat menuju rumah Mama Anisa dengan berjalan kaki. Nenek Darmi sudah menawari Nadia untuk menggunakan sepeda ontelnya, namun sang empu menolak dengan alasan ingin jalan kaki saja biar sekalian olahraga.
"Huh... Ternyata capek juga jalan kaki kemari" gumam Nadia.
Setelah beberapa menit berjalan akhirnya Nadia sampai juga di depan rumah mewah Mama Anisa dan keluarganya. Ia segera saja masuk setelah dibukakan pintu gerbang oleh satpam yang berjaga. Terlihatlah di halaman depan sudah ada Anara dan Arnold yang tengah bermain kejar-kejaran bersama ART dan Mama Anisa yang tengah mengawasi.
"Selamat pagi, tante" sapa Nadia kepada Tante Anisa yang sedang mengawasi kedua cucunya.
"Akhirnya kamu datang juga, Nad. Tolong jaga kedua cucu tante ya, soalnya tante dan om mau pergi keluar kota hari ini. Andre sudah berangkat kerja. Kalau ada yang nggak kamu pahami, kamu bisa tanya sama Mbok Imah" ucap Mama Anisa dengan sedikit terburu-buru.
Mama Anisa menunjuk ke arah Mbok Imah yang sibuk mengikuti Arnold yang tengah berlari mengejar kakaknya. Sangat terlihat sekali kalau Mbok Imah sudah kewalahan untuk menjaga kedua bocah itu terlebih usianya yang memang sudah tidak muda lagi.
"Baik tante" ucap Nadia.
Mama Anisa pun segera pamit untuk masuk ke dalam rumah setelah pamit kepada Nadia dan Mbok Imah. Nadia segera berkenalan dengan Mbok Imah setelah Mama Anisa pergi. Anara melanjutkan mainnya dengan Arnold yang tiba-tiba berhenti dan mengerucutkan bibirnya kesal karena kedatangan Nadia.
"Napa amu disimi?" seru Arnold dengan muka galaknya.
Melihat wajah galak Arnold membuat Nadia seketika mengeratkan giginya karena terlalu gemas dengan mimik bocah balita berusia 3 tahun itu. Bibir mengerucut dan mata yang melotot ditambah pipi yang menggembul, sungguh definisi balita terlucu menurutnya.
"Aku yang akan membantu mbok Imah untuk menjaga kamu dan kak Anara. Kita bisa bermain bersama setiap harinya" ucap Nadia dengan nada cerianya.
Arnold yang paham dengan jawaban dari Nadia pun kesal karena ia akan bersama dengan pengasuhnya ini setiap harinya. Arnold mengacuhkan Nadia kemudian mendekat ke arah Mbok Imah yang berdiri tak jauh darinya. Nadia yang melihat itu hanya bisa menghela nafasnya kasar melihat tatapan tak suka dari Arnold.
"Sabar ya. Arnold memang seperti itu anaknya, susah didekati sama orang baru" ucap Mbok Imah.
Mbok Imah mengelus bahu dari Nadia dengan lembut untuk menenangkan Nadia. Nadia hanya merespon dengan anggukan saja menanggapi ucapan dari Mbok Imah. Arnold berjalan masuk ke dalam rumah diikuti oleh Mbok Imah kemudian Anara menggandeng Nadia untuk bersama-sama menyusul balita laki-laki 3 tahun itu.
***
Mama Anisa dan Papa Reza sudah pergi sejak pagi tadi untuk keluar kota demi pekerjaan yang memang harus diselesaikan. Mereka menitipkan kedua cucunya kepada Nadia dan Mbok Imah selama satu minggu ke depan.
Sudah setengah hari ini Nadia mencoba mendekati Arnold agar ia bisa akrab dengan balita kecil itu. Namun Nadia sepertinya harus berusaha lebih keras lagi karena Arnold benar-benar sangat sulit didekati. Sedari pagi Nadia sudah mengusili dan beberapa kali mengajak Arnold berbicara namun diacuhkan olehnya. Nadia sebenarnya kesal, namun ia juga memikirkan amanat dari Mama Anisa tadi untuk selalu sabar menghadapi kedua cucunya itu terutama Arnold. Seperti saat ini, Nadia tengah memasak makan siang untuk kedua bocah kecil itu.
"Taraaa... Makanan lezat untuk dua anak pintar yang jadi asuhannya kak Nadia sudah siap" seru Nadia dengan cerianya.
Nadia menata rapi beberapa masakan di atas meja makan yang dimana sudah ada Anara dan Arnold yang duduk dengan sigap disana. Anara yang menyambut masakan Nadia dengan senang, sedangkan Arnold dengan muka juteknya. Entah kesalahan apa yang dibuat Nadia hingga bocah laki-laki itu selalu menatap sinis dirinya.
Nadia segera mengambilkan makanan untuk Anara dan Arnold di piringnya masing-masing. Ia juga menyuapi Anara dengan telaten dan membiarkan Arnold makan dengan sendoknya sendiri karena tadi dia menolak untuk disuapi. Arnold yang memang belum bisa makan sendiri alhasil ketika menyuap sendok berisi nasi ke mulutnya tentu saja akan berantakan atau malah nggak bisa masuk ke dalam mulutnya membuat sang empu kesal dan matanya berkaca-kaca seperti ingin menangis. Nadia yang melihat itu sebenarnya kasihan, namun Arnold sendiri yang tak mau dibantu.
"Adek, kenapa makannya ditumpah-tumpahin?" tegur Anara dengan polosnya.
Nadia yang mendengar itu hanya menahan tawanya saja, pasalnya itu bukan sengaja ditumpahkan tapi dasarnya Arnold saja yang belum bisa makan. Arnold yang ditegur seperti itu pun akhirnya malah menangis dengan kerasnya.
"Huaaaaaaa.... Ahat hiks akanannya ndak au diakan Anol hiks" ucap Arnold dengan menangis.
Nadia yang melihat Arnold menangis pun seketika saja menghentikan suapannya pada Anara dan langsung mendekati bocah laki-laki yang sedang menangis itu. Nadia segera menggendongnya walaupun Arnold sedari tadi memberontak untuk diturunkan. Sedangkan Anara hanya diam saja melanjutkan kegiatan makannya dengan tenang.
Cup... Cup... Cup...
"Udah ya nangisnya, nanti sesak lho nafasnya" ucap Nadia sambil mengelus punggung Arnold dengan lembut.
Nadia terus menimang-nimang Arnold yang menangis sampai bocah kecil itu tenang. Setelah beberapa menit menangis, akhirnya Arnold tenang juga walaupun masih terdengar suara sesenggukan lirih.
"Sekarang biarin kakak yang suapi makannya" ucap Nadia.
Arnold yang wajahnya sudah tak bersandar di dada Nadia pun seketika memperlihatkan wajahnya yang memerah dan basah karena air mata. Nadia yang melihat itu sungguh geregetan melihat betapa menggemaskannya pemandangan di depannya ini. Pipi gembul yang kemerahan seakan mengundang orang untuk dicubit dan diciumi, namun Nadia menahan itu semuanya agar sang empu tak marah kepadanya.
Nadia segera duduk kemudian menyuapi Arnold dan Anara secara bergantian dengan begitu telatennya. Semua makanan yang disiapkannya hampir habis dimakan keduanya membuat Nadia begitu senang. Setelah makan siang, Anara dan Arnold tidur siang dengan ditemani oleh Nadia. Mereka dibacakan dongeng oleh Nadia sampai keduanya benar-benar terlelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments
Yuli Sukma
semoga aja Nadia betah
2023-07-18
1
AR Althafunisa
ngebayangin gmn gemazz nya Arnold 🥰
2023-07-13
1
Yani
Lucu Arnold photo cofinya papa Andre
2023-05-28
2