Nadia keluar kamar dengan setelan celana jeans, kaos lengan pendek dengan dipadukan kemeja kotak-kotak dan sepatu warna putih. Jangan lupakan sebuah topi yang dipakai terbalik membuatnya benar-benar menirukan style anak laki-laki. Kedua orangtua Nadia yang sudah rapi dengan pakaian batiknya sontak saja tercengang dengan pakaian yang digunakan oleh Nadia saat keluar dari kamarnya.
"Nadia, apa-apaan pakaian yang kamu pakai itu? Kamu kira kita mau ke pasar dengan pakaian seperti itu? Mana pakaian yang ibu kasih semalam? Kenapa nggak kamu pakai?" omel Ibu Ratmi kepada Nadia.
Nadia yang mendengarkan omelan ibunya hanya bisa menutup kedua telinganya, kemudian berjalan santai dan duduk di kursi ruang tamu yang sudah tersedia banyak makanan dan minuman di meja. Sedangkan ayah dari Nadia, Deno Yulistio hanya bisa menghela nafasnya kasar melihat tingkah anaknya itu.
"Ganti pakaianmu dengan yang ibumu berikan semalam, nak" ucap Ayah Deno dengan lembut.
"Enggak yah, Nadia nggak mau. Itu pakaian kaya singlet belum jadi. Duh nggak banget, ntar malah dikira Nadia mau mangkal di gang depan lagi" tolak Nadia dengan acuh tak acuh.
Mendengar jawaban Nadia sontak saja membuat kedua orangtuanya tertohok. Apalagi mereka tahu kalau baju itu memang sangat minim untuk seorang perempuan seperti Nadia. Pakaian itu diberikan dari tamu yang akan datang pagi ini ke rumah mereka.
"Pusing aku mikirin anakmu ini, yah" keluh Ibu Ratmi.
"Anak ibu juga kali. Dulu ibu ngidam apa sih sampai anaknya kaya gini bentukannya. Kamu tuh mbok ya liat Nia itu lho yang anggun dan selalu pakai rok kalau kemana-mana" ucap Ayah Deno yang mulai membanding-bandingkan Nadia dengan anak Bapak RT, Nia.
"Saking anggunnya karena pakai rok, bahkan ke sawah pun dia pakai itu rok. Biar apa dia pakai rok ke sawah? Biar kalau kena angin, roknya terbang-terbang buat menarik perhatian laki-laki" balas Nadia dengan ketus.
"Udahlah kalian nggak perlu ngurusin masalah pakaian Nadia. Toh yang penting Nadia masih pakai pakaian sopan dan tak mengundang syahwat laki-laki. Ini siapa tamu yang mau datang? Kok kalian pakai batik dan semua makanan tersedia disini. Kaya mau ada acara penting aja deh" lanjutnya dengan bertanya.
"Nanti kamu juga tahu" ucap Ibu Ratmi penuh teka-teki.
Nadia yang tak mendapatkan jawaban pasti dari ayah dan ibunya pun memilih untuk acuh tak acuh sembari duduk dan memainkan hpnya. Sedangkan kedua orangtua Nadia menampakkan wajah antusias menanti seseorang yang sedari tadi sudah mereka tunggu walaupun dalam hati mereka kesal karena Nadia tak mau mengganti pakaiannya.
***
Tok... Tok... Tok...
"Permisi" seru beberapa orang yang ada diluar rumah Nadia.
Mendengar seruan itu, kedua orangtua Nadia segera saja berdiri lalu dengan antusiasnya berjalan untuk membuka pintu, sedangkan Nadia hanya mengedikkan bahunya acuh kemudian melanjutkan bermain dengan ponselnya.
Tak berapa lama, beberapa orang masuk mengikuti kedua orangtua Nadia yang berada di barisan paling depan. Terlihat sekali bahwa semua tamu kedua orangtuanya itu memakai pakaian batik formal.
"Nadia..." seru seorang laki-laki dengan tingkah kemayunya memanggil Nadia dengan suara lemah lembut.
Nadia yang fokus dengan ponselnya pun seketika kaget mendengar seruan seseorang yang sangat dihindarinya memanggil namanya dengan nada yang terdengar menjijikkan di telinganya. Untungnya ponsel yang ia pegang tak ia lempar karena refleks kaget.
"Ngapain loe kesini? Mana bawa semua keluarga lagi? Kaya mau lamaran aja" ucap Nadia saat melihat bahwa dibelakang kedua orangtuanya ada keluarga besar dari laki-laki kemayu itu.
"Kita kan emang mau lamaran, Nadia. Nadia pasti senang kan mau nikah sama David" ucap seorang laki-laki bernama David itu dengan nada seperti anak kecil.
Sebenarnya nama laki-laki itu bukanlah David, namun namanya adalah Parno. Menurut Parno, nama yang diberikan kedua orangtuanya tidak kekinian makanya dia mengganti namanya sendiri dengan David. Namun tetap saja orang-orang di desa itu memanggilnya dengan Parno.
"Apa? Lamaran? Nikah? Mimpi loe" kaget Nadia dengan mulut yang menganga.
"Udah... Udah... Lebih baik kita bicarakan sambil duduk. Ayo sini semua duduk dulu" ucap Ibu Ratmi mengajak semuanya untuk duduk dulu agar bisa mengalihkan perhatian anaknya yang kini masih terlihat kaget.
Semuanya pun akhirnya menempatkan dirinya untuk duduk di semua kursi yang telah disediakan di ruang tamu. Ada sekitar 10 orang tamu yang datang dengan 3 orang sebagai tuan rumah.
"Hmm... Jadi Nadia, tujuan keluarga Parno datang kemari adalah untuk melamar kamu sebagai istri dari nak Parno" ucap Ayah Deno to the pont membuat Nadia seketika saja terkejut.
"Ayah apa-apaan sih? Kenapa nggak bilang dan tanya Nadia dulu kalau mau ada lamaran atau apalah ini?" seru Nadia tak terima setelah tersadar dari keterjutannya.
Terlihat sekali kalau Nadia tak terima dengan acara ini karena ia sama sekali tak diberitahu sebelumnya. Mata Nadia memancarkan kekecewaan kepada kedua orangtuanya yang selalu saja ikut campur mengenai kehidupannya.
"Nadia, nggak boleh teriak-teriak gitu sama ayah. Ini acara lamaran sudah kami rundingkan dengan keluarga Parno sebelumnya dan kami sudah menyetujuinya, jadi kamu harus menghormati apapun keputusan kami" bentak Ibu Ratmi dengan tatapan tajamnya.
Nadia yang dibentak oleh ibunya pun menatap tak percaya kepada kedua orangtuanya itu. Pasalnya selama ini walaupun mereka terlihat menyuruh dan menekan kehidupannya namun sama sekali mereka tak pernah sampai membentak dirinya.
"Duduk dan dengarkan" tegas Ibu Ratmi membuat Nadia terdiam dengan tatapan kecewanya, sedangkan Ayah Deno hanya diam saja.
Mereka pun melanjutkan acara itu dengan suasana yang teramat canggung karena setiap kali ada yang bertanya maka Nadia hanya akan diam saja dengan tatapan datarnya. Melihat hal itu tentu saja kedua orangtua Nadia yang berinisiatif untuk menjawab.
"Jadi sepakat ya Pak Deno dan Bu Ratmi kalau kita akan menikahkan kedua anak kita setelah lebaran nanti" ucap Pak Aden, ayah dari Parno.
"Iya Pak Aden" setuju Ayah Deno sambil tersenyum sumringah, begitu pula Ibu Ratmi.
Setelah kesepakatan tentang pernikahan tercapai, keluarga besar Parno pun segera pamit kepada keluarga Nadia.
"Kalau begitu kami pamit untuk pulang dulu ya pak, bu. Untuk seluruh rangkaian acara pernikahan, nanti kita bisa bahas lain waktu" pamit Pak Aden dan diangguki oleh Ayah Deno.
"Nadia, David pulang dulu ya. Sampai jumpa lagi nanti sewaktu kita daftar ke KUA" ucap David dengan nada kemayunya hingga membuat Nadia rasanya ingin muntah saja.
Nadia hanya diam saja sambil membuang muka ke arah lain saat semua tamu berpamitan dan bersalaman dengannya. Setelah keluarga besar Parno pulang, Nadia segera saja meluapkan seluruh perasaan yang dirasakannya kepada kedua orangtuanya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments
Yasni Nellu
pria gemoy dijodohkan sama cewek tomboi gak nyambung.
2023-08-04
0
LlllZzzz
jangan mau Nad
cari yang perkasa Nad🤣🤣🤣🤣biar tahan ampe subuh🤭✌
2023-07-20
1
Sidieq Kamarga
Halo Author, aku mampir di sini.
Seru ini kalau yang laki kata cewek dan yang cewek kaya laki. Pas dipadukan 🤣🤣🤣
2023-06-02
4