Episode 15

"Woi! Ngapain di sini? Bukannya masuk," tegurku pada Adul yang sedang melongokkan kepalanya di pinggir pintu gerbang.

"Ish, diem sih Teh! Jangan berisik," balasnya tanpa menoleh.

"Kamu emang udah sembuh, Dul? Beneran udah fit buat siaran malam?" aku terus bertanya dengan maksud mengganggunya.

"Teh Inoxu, diem! Nanti ketauan sama orangnya," balas Adul menoleh dan memberikan tatapan sinis.

"Siapa?" tanyaku lagi penasaran.

"Kokom, Teh. Adul malu ketemu dia. Adul tuh naksir dia eh ujungnya malah berantem, jam*bak-jam*bakan."

"Hoi Kokom!" aku melihat ke arah teras dan melambaikan tanganku. Seperti yang sudah kuduga, Adul langsung panik dan salah tingkah. Ia berjalan mundur tanpa hati-hati. Dan saat berbalik untuk lari, ia menabrak gerobak mie ayam yang sedang mangkal.

"Aduh!" rintih Adul memegang keningnya. Aku yang melihat ia kesakitan, seketika merasa bersalah.

"Maaf, Dul! Teteh becanda doang. Ngga ada si Kokom kok," ucapku tidak enak dan menahan tawa.

"Hih, Teh Inoxu kumat isengnya," keluhnya masih sambil mengusap kening, saat kami berjalan pelan, masuk ke dalam Radio Rebel. Tidak terlihat sosok Pak Obi, di pos jaga yang kami lewati.

"Eh, Aa ganteng kalem udah sembuh?" tanya Kokom di ambang pintu, saat kami baru saja duduk di sofa, dan membuat Adul kembali terlihat salah tingkah.

"Anu ... Itu ... Udah, Kom. Adul udah sehat," jawabnya lirih.

"Ujan lebat di mana, A?" tanya Kokom lagi.

"Hah?" Wajah Adul yang salah tingkah, ditambah kebingungan karena ucapan Kokom membuatku tersenyum lebar.

"Alat pendengaran Kokom rusak, jadi kalau mau lebih jelas, tulis di ponsel aja," jelasku. Adul mengikuti saranku dan menunjukkan ponselnya pada Kokom.

"Alhamdulillah kalau udah sehat. Kokom ikut seneng."

"Cie," ledekku pada Adul yang wajahnya sudah memerah. "Cupu ah! Baru digituin aja, tuh muka udah merah!"

"Kokom!"

Perhatian kami teralihkan pada Kang Utep yang sedang berjalan di halaman parkir dan melambai ke arah Kokom yang kulihat membalas lambaiannya.

"Nih!" seru Kang Utep sesampainya di teras, memberikan sebuah paperbag kecil.

Dengan wajah penuh tanda tanya, Kokom duduk dan mulai membuka isi dalam paperbag, di bawah tatapan ingin tahu dariku dan Adul. "Wah! Ini teh buat Kokom?"

Kang Utep mengangguk.

"Makasi banyak Kang Utep. Kang Utep emang paling perhatian sama Kokom. Kokom seneng banget," ucapnya sembari memakai alat bantu pendengaran baru yang diambilnya dalam sebuah box plastik kecil.

"Sama-sama, Kokom. Saya ikut seneng kalo kamu seneng," balas Kang Utep lirih sembari tersenyum. Di luar dugaan, Kokom juga membalas senyuman Kang Utep dengan wajah tersipu.

"Ah elah," ucapku pelan sembari menyandarkan punggung, dan melihat ke arah Adul yang menatap keduanya dengan wajah nelangsa.

***

"Standby hoi! Adul, standby!" seru Remi.

Adul merebahkan kepalanya di atas meja siaran dengan lesu.

"Makanya kalo belum sehat bener, ngga usah masuk siaran!" ucap Gia sembari menepuk punggung Adul.

"Diem ah, Teh. Adul lagi lemes ini," balasnya tanpa merubah posisi.

"Udah jangan diganggu. Biar aku aja yang siaran," timpalku nyengir.

"Kenapa sih dia?" Gia bertanya.

"Biasa, anak muda. Adek, cinta tidak selamanya indah adek," jawabku meledek, dengan mengikuti kalimat yang sedang viral di aplikasi Tiktok. Gia hanya mengangguk dan kembali ke mejanya.

"Xu, standby! 3, 2, 1, on air!" Remi memberi aba-aba.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Inoxu hadir dari studio dua Kisah Tengah Malam Radio Rebel Bandung 12,08 FM. Selama satu setengah jam ke depan, saya akan menemani istirahat para pendengar semua dengan sajian kisah dari narasumber," ucapku membuka siaran. Aku sempat tersentak melihat Adul yang tiba-tiba bangkit berdiri dan meninggalkan studio.

"Satu lagu, permintaan Yulianti Tobet dari D'Paspor dengan Cinta Dalam Doa akan menjadi pembuka kisah pada malam ini. Selamat mendengarkan, dan stay tuned terus."

Aku mematikan mic, tidak lama sebelum Adul kembali memasuki studio. Wajahnya terlihat berseri, tidak seperti saat ia keluar barusan.

"Woi, cepet hubungin narasumber," suruhku.

"Ngga perlu, Teh. Temen Adul ada yang mau jadi narasumber."

"Beneran?" aku menatapnya heran.

"Bener. Nih, Adul hubungin dulu bentar ya," sahutnya sembari menekan sebaris nomor pada komputer. Tidak lama, ia meminta seseorang di ujung sambungan untuk menunggu, lalu mulai bernyanyi riang, mengikuti lagu yang sedang diputar.

Aku terkekeh melihat kelakuannya sebelum perhatianku terpecah, saat Kokom melongokkan kepalanya di pintu studio.

"Sini-sini!" panggil Adul yang membuatku dan Gia saling menatap.

"Teteh, kata Aa ganteng kalem, Kokom boleh ikut liat siaran," ucap Kokom lirih pada Gia.

"Iya boleh, sini duduk," Gia nyengir dan menunjuk kursi kosong di depannya.

"Pantes ngedadak girang. Siarannya ditemenin sama Kokom dong," ucapku menatap Adul dengan mata menyipit.

"Ssshhh, biarin ah, Teh. Sekali-kali bikin Adul bahagia," balasnya.

Aku hanya mengangguk-angguk dan fokus pada lagu yang hampir selesai diputar. Dengan cepat, aku kembali mendekatkan wajahku pada mic.

"Itulah dia D'Paspor dengan Cinta Dalam Doa—."

"Dan di ujung sambungan, kita udah terhubung dengan narasumber kita ya gaes ya!" Adul memotong siaranku, sehingga aku mencubit tangannya kencang.

"Halo, dengan siapa di mana?" tanyaku pada narasumber di saat Adul meringis kesakitan.

"Halo Teh Inoxu! Halo Kang Adul yang tampan! Ini dengan Kekey di Palasari."

"Silakan Kekey, punya cerita apa buat dibagiin ke pendengar semua?" tanyaku lagi.

"Aku teh ngga mau cerita, Teh Inoxu. Tapi pengen mengungkapkan rasa buat seseorang yang dekat tapi jauh di hati," balas Kekey.

"Asik," ucapku spontan. "Mangga, Kekey." Aku mempersilakan dan sedang tersenyum geli, saat melihat Kang Utep memasuki studio dengan sebuah tablet di tangannya, lalu memberikan tablet tersebut pada Gia.

Bukannya kembali keluar, Kang Utep malah mengangkat sebuah kursi kosong dan duduk di sebelah Kokom, yang membuatku spontan melirik Adul, yang juga sedang menatap ke arah mereka dengan tatapan tajam.

Aku mencubit Adul lagi dan memberikan isyarat dengan menunjuk headphone yang sedang kupakai.

"Silakan cerita, Kekey. Adul udah ngga sabar pengen denger," ucapnya spontan.

"Makasi Kang Adul. Jadi, aku teh ya, punya temen lama. Kita temen sekolah pas di SMA. Dan udah lama banget ngga ketemu.

Waktu sekolah, temen aku ini culun banget. Sok ganteng, sok asik! Intinya nyebelin banget-lah. Beberapa waktu lalu, aku sempet ketemu sama dia di pasar malem. Pangling loh, Teh, Kang. Karena penampilan temen aku itu sekarang keren banget! Ditambah lagi, katanya dia sekarang kerja jadi penyiar radio."

"Wah, sama kaya Adul dong?" ucap Adul.

"Iya, Kang. Hehehe. Duh aku jadi malu," balas Kekey terkekeh.

"Loh kenapa malu? Ngga apa-apa, lanjutin aja ceritanya." Aku berkata dengan nada geli.

"Nah sejak tau kalau temen aku teh penyiar radio, aku mantengin siarannya, dan itu keren banget, Teh Inoxu! Aku deg-degan denger suaranya, terus kebayang-bayang sosoknya yang sekarang udah jadi keren. Duh, jatuh hati banget deh! Pengen bilang sayang, tapi malu."

"Cie," godaku. "Dari penampilan turun ke hati ya? Eh ngomong-ngomong, penyiar dari radio mana? Kali aja saya kenal."

"Aduh, aku deg-degan ini," jawab Kekey.

"Gini deh, kalo misalkan penyiar radio yang udah bikin kamu deg-degan lagi denger siaran ini, kamu mau bilang apa?" Aku tersenyum lebar dan menatap Gia serta Remi yang sudah menahan tawa.

"Mau bilang, kalau aku teh ngefans banget. Jadi suka banget sama dia. Aku deg-degan tiap malem kalo dengerin siarannya. Ingin rasa hati memiliki namun aku malu," balas Kekey.

"Hahaha! Kamu meni ngedadak jadi penyair gitu sih, Key," sahutku sembari tertawa.

"Aku malu Teteh. Soalnya dia pasti denger omongan saya."

"Masa sih? Yakin?" tanyaku mulai penasaran.

"Iya Teh. Orangnya 'kan sekarang lagi siaran sama Teteh. Kang Adul."

Aku menganga tidak percaya dan menoleh ke arah Adul yang sedang tersenyum lebar. Matanya melirik ke arah Kokom dan Kang Utep yang juga menganga kaget sepertiku.

"Ya ampun Kekey! Adul ngga nyangka kalau kamu suka sama Adul. Seneng banget deh dengernya," ucap Adul.

"Hehehe, iya Dul. Saya kecintaan sama kamu, pengen ketemu terus, kamu teh sekarang meni tampan pisan," jawab Kekey yang hampir membuatku tertawa bru*tal.

"Ya udah, nanti Adul ajak kamu ke pasar malem. Ada lagi yang mau disampein bebih Kekey?" Adul tersenyum jumawa ke arah Kokom.

"Udah itu aja, Dul. Nanti jemput Kekey ya kalo mau ke pasae malem. Makasi Teh Inoxu. Dadah!"

"Iya Kekey, sama-sama ya?" jawabku sembari menatap monitor, di mana terlihat jika Kekey sudah memutuskan sambungan.

"Wih, Kisah Tengah Malam kali ini istimewa ya? Penyiar kita, Adul, mendapat ungkapan perasaan dari temen lamanya loh," aku berkata geli. "Nanti kalo udah jadian, traktir ya, Dul?"

Adul mengangkat dua jempolnya padaku.

"Satu lagu akan saya putarkan, sebagai penutup Kisah Tengah Malam kali ini, permintaan Adelia Kirana dari Naff dengan Akhirnya Ku Menemukanmu. Wih, pas banget lagunya nih buat Kekey sama Adul! Akhir kata, terima kasih sudah bersama kami selama satu setengah jam. Inoxu, Adul dan tim mohon pamit. Selamat beristirahat dan selalu jaga kesehatan ya! Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

Aku mematikan mic dan melepas headphone sebelum bangkit menuju ke meja Gia. Adul sendiri masih tersenyum senang di kursi, setelah melepas headphone yang dipakainya.

"Tuh kan, Kang Utep. Kokom bilang juga apa? Aa Adul mah ngga ada perasaan apa-apa sama Kokom. Tuh, dia suka-sukaan sama temennya."

Aku, Gia, Remi serta Adul yang masih duduk, menatap Kokom dengan penuh tanda tanya.

"Gimana maksudnya?" tanya Gia.

"Kokom teh dari pertama kerja di sini, suka sama Kang Utep. Kang Utep baik, perhatian juga sama Kokom, ngga pernah genit. Itu kenapa, Kokom jatuh hati sama Kang Utep dan ngajak dia pacaran.

Tapi, Kang Utep bilang, dia ngga mau. Soalnya kata dia, Aa Adul ada rasa sama Kokom. Jadi ngga enak gitu, Teh. Padahal Kang Utep bilang, kalau dia juga ada rasa sama Kokom. Nah sekarang kan udah tau, kalo Aa Adul sukanya sama temennya. Jadi, Kokom bisa pacaran sama Kang Utep," jelas Kokom dengan wajah berbinar.

"Iya, Kokom sekarang pacar Utep ya?" sambung Kang Utep dengan suara hampir tidak terdengar.

"Ah elah!" Aku, Gia dan Remi mengeluh.

"Iya Kang Utep! Kita pacaran," seru Kokom dengan tiba-tiba mengambil kedua tangan Kang Utep, dan menggenggamnya di depan dada.

Gubrak! Gubrak! Gubrak!

Suara keras yang tiba-tiba terdengar, membuat kami semua menoleh kaget ke arah Adul yang berwajah gemas dan kejang-kejang sendiri di kursinya, karena melihat kemesraan antara Kokom dan Kang Utep.

Terpopuler

Comments

irva 😍

irva 😍

biasanya kalo udah bunyi gubrak" suara kik kik kik menyertai 😂

2023-01-16

4

nath_e

nath_e

😂😂😂😂saya kudu kasih selamat apa kasih angpao nii ...cie...cie...Adul kagak ape2 dah nda dpt Kokom ada si anu yg nembak duluan

2023-01-16

3

Andini Andana

Andini Andana

aaah Aduuull.. yg tadinya berbunga bunga, seketika berbusa busa plus kejang2 😂😂
Kang Utep, selamet yaaa.. udh pensiun jd jomblo 😗😎

2023-01-12

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!