"Tok... tok.. tok.." Terdengar suara pintu kamar Velix di ketuk dari luar.
"Velix, buka pintunya nak." Sahut ayah Velix dari balik pintu kamarnya.
Mendengar sahutan ayahnya, Velix segera bangun dari ranjangnya dan membuka pintu kamar. Velix sangat frustasi karena Jessi tidak mau bicara dengannya. Selama hidup bersama Jessi, Jessi tidak pernah semarah ini dengannya.
"Iya ayah, ada apa.." Jawab Velix tidak bersemangat.
"Kenapa kau hanya mengurung diri di sini nak? Kau tidak bersama Jessi istri mu? Dia sedang berduka, dan kau hanya di sini?" Jawab pak Wijaya ayah Velix.
"Berduka?" Tanya Velix sangat terkejut.
"Ayah baru dapat kabar dari rumah sakit, pak Hamdi ayahnya Jessi baru saja meninggal. Mana bisa kau tidak tahu hal ini." Jawab pak Wijaya setengah marah pada anaknya itu.
"Apa? Ayah Jessi meninggal? Innalilahi wa Inna ilaihi rodjiun." Jawab Velix sangat terkejut.
"Apa kau benar benar tidak tahu hal ini? Jessi tidak memberitahu mu? Sebenarnya ada apa dengan kalian?" Tanya pak Wijaya sedikit heran.
"Nanti saja aku jelaskan, aku harus ke rumah sakit ayah." Jawab Velix.
"Iya, pergilah. Ayah akan menyusul nanti." Jawab pak Wijaya.
Velix segera meraih jaket hitamnya dan segera bergegas ke rumah sakit.
"Pantas saja Jessi tidak menjawab telepon ku. Bukannya tidak ingin bicara denganku, dia hanya sedang sibuk dengan ayahnya." Ucap Velix dalam hati.
Begitu tiba di rumah sakit Velix berlari dengan cepat menuju kamar perawatan ayah Jessi. Velix melihat Jessi sedang mendampingi jenazah ayahnya yang sedang menuju ke mobil jenazah untuk dibawa ke rumah duka.
Hal yang membuat Velix sedikit kaget adalah ketika melihat keberadaan Wandy yang saat itu sedang berada di samping Jessi yang seolah sedang menenangkan Jessi saat dia berduka.
"Kau ada di sini? Sejak kapan?" Tanya Velix pada Wandy.
"Tadi siang" Jawab Wandy singkat.
"Tadi siang?" Tanya Velix.
"Permisi pak." Ucap perawat yang membawa jenazah pak Hamdi.
Velix segera menepi dan memberi jalan pada perawat itu. Dilihatnya wajah Jessi yang menahan tangis karena sedih kehilangan ayahnya. Mata Jessi begitu lembab. Seolah tergambar sebuah kesedihan yang sangat dalam pada hatinya.
Jessi tak berkata apa apa saat melihatnya, malah bersikap seakan akan tak melihatnya.
"Jes, bagaimana keadaan mu?" Tanya Velix.
"Aku baik baik saja." Jawab Jessi dingin.
Jessi tidak menghiraukan kehadiran Velix saat itu. Sikapnya sangat sulit di mengerti, apakah ini karena Jessi sedang berduka. Atau karena dia masih belum bisa melupakan kemarahannya pada Velix.
Namun Velix mengerti ini belum saat yang tepat untuk berbicara dengan istrinya. Velix hanya mengikuti kemana arah Jessi melangkah mengantar ayahnya itu.
Hingga pada akhirnya jenazah ayah Jessi sudah di masukkan ke mobil jenazah dan akan segera di bawa ke rumah duka. Sikap Jessi pun masih diam tanpa berkata apa apa pada Velix.
"Jes, kau masih marah padaku?" Tanya Velix sambil menarik bahu Jessi dari belakang.
"Ini bukan waktu yang tepat untuk bicara." Jawab Jessi dingin.
"Velix." Sahut Sesil.
Serentak Velix dan Jessi menoleh ke belakang ke arah Sesil berada.
"Tunggu dulu." Sambung Sesil.
Melihat Sesil yang berjalan ke arah Velix membuat Jessi sedikit kesal. Tapi baginya ini tidaklah penting dibanding dengan situasi duka yang sedang dialaminya sekarang. Karena itulah Jessi pergi dan segera naik mobil jenazah mendampingin ayahnya di sana. Mobil itu pun pergi, tanpa bisa dicegah oleh Velix.
"Ahhhhhh...." Teriak Velix.
"Velix, tunggu." Teriak Sesil.
Tapi teriakan Sesil sama sekali tidak dipedulikan oleh Velix. Velix pergi menuju mobilnya untuk menyusul Jessi ke rumah duka.
"Jes, aku turut berduka atas meninggalnya ayah mu. Aku pikir tidak akan secepat ini. Kamu yang sabar yaa..." Ucap Wandy menenangkan Jessi.
Jessi hanya mengangguk dan terus menangis. Air mata tak bisa berhenti walau hanya sekejap. Jessi sangat kehilangan ayah yang dicintainya itu.
"Sudah beberapa hari ini aku terus memikirkan mu. Aku sedikit khawatir dengan mu. Karena itu ku putuskan untuk datang menengok ayah mu. Kau belum pulang pasti karena keadaan ayah mu juga belum membaik. Tidak ku sangka malah kabar duka yang aku dapat di sini." Sambung Wandy.
"Aku juga tidak menyangka ayah akan pergi secepat ini. Aku bahkan belum sempat minta maaf pada nya." Jawab Jessi sambil menangis.
"Aku mengerti perasaan mu Jess.. Tenangkan hati mu." Jawab Wandy sambil menepuk bahu Jessi.
Velix melihat pembicaraan Jessi dan Wandy dari jauh. Velix sedikit kesal melihat sikap Wandy yang terus saja berusaha mendekati Jessi. Meskipun Jessi sudah menjadi istrinya.
"Jess..." Sahut Velix seolah memutuskan pembicaraan Jessi dan Wandy.
"Hai Velix, duduklah." Jawab Wandy mempersilahkan Velix untuk duduk.
"Kamu tiba di sini tadi siang?" Tanya Velix pada Wandy.
"Iya, dari bandara aku langsung ke rumah sakit. Tapi aku tidak bertemu dengan kalian ataupun dengan ibu Robiyah saat itu." Jawab Wandy.
"Lalu aku menelpon Jessi, dan meminta dia segera ke rumah sakit. Tidak berapa lama Jessi datang menemui ku. Aku pikir dia akan datang dengan mu. Ternyata dia hanya datang sendiri. Kau dari mana saja?" Jawab Wandy.
"Aku lagi ada urusan waktu itu. Lalu kenapa bisa tiba tiba ayah Jessi meninggal?" Tanya Velix.
"Aku tidak tahu, tiba tiba saja nafasnya sesak. Dokter sudah berusaha untuk menyelamatkan nyawanya. Tapi sayangnya pembuluh darah di otaknya sudah tidak berjalan normal, sehingga darah tidak dapat mengalir lagi ke otak. Itulah yang menyebabkan pak Hamdi meninggal dunia. Hmm... sedih sekali rasanya. Aku menyaksikannya sendiri." Jelas Wandy.
"Jadi, kau menemani Jessi saat ayahnya meninggal?" Tanya Velix.
"Iya, aku bersyukur bisa datang di waktu yang tepat. Kalau tidak, Jessi akan sendirian saat itu. Entah bagaimana jadinya dia." Jawab Wandy.
"Jessi, teman mu Sesil mencari mu nak. Dia ada di ruang tamu. Temuilah sebentar." Sahut ibu Robiyah pada Jessi.
"Pergilah, temui dia sekarang." Ucap Jessi pada Velix suaminya.
"Aku?" Tanya Velix.
"Dia ke sini untuk mencari mu, mencari ku itu hanya alasannya saja. Pergilah." Jawab Jessi.
"Kau saja yang menemuinya. Lagi pula aku tidak punya urusan apapun dengannya." Jawab Velix kesal.
Kemudian Jessi pergi meninggalkan Velix dan Wandy.
"Ada apa dengan kalian? Kalian ada masalah?" Tanya Wandy saat melihat sikap keduanya yang sedikit aneh.
"Bukan urusan mu?" Tanya Velix sinis.
"Ohh... pantas saja kau tidak bersama Jessi tadi. Kalian benar benar sedang bertengkar ya? Ada apa? Jesi marah pada mu?" Tanya Wandy ingin tahu.
"Sudah ku katakan ini bukan urusan mu. Pulang sana, keberadaan mu di sini semakin mengganggu komunikasi ku dengan Jessi." Jawab Velix.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
CebReT SeMeDi
hmm
2021-10-30
1
𝐀⃝🥀𝐑𝐚𝐧 ℘ṧ㊍㊍👏
iish kenapa Velix ngebiarin Jessi nemuin Selin sendiri,,,
2021-10-11
1
EK💜☪️
.
2021-10-02
1