Selesai makan malam, Bianca memutuskan untuk masuk ke dalam kamar, namun Raka melarangnya. Raka ingin Bianca ikut dengannya santai di ruang tamu.
Bianca menolak, namun Raka memaksa sehingga Bianca akhirnya mengiyakan ucapan suaminya untuk duduk santai di depan televisi.
Kini Raka bersama istri dan anaknya tampak seperti keluarga yang benar-benar hermonis. Kiano bermain dengan mainannya, sementara Raka dan Bianca menyaksikan acara tv.
"Besok kamu ke kampus, Bia?" tanya Raka seraya menatap Bianca yang duduk di sebelahnya.
Bianca mengangguk tanpa menatap wajah Raka, ia tetap menyaksikan siaran televisi daripada melihat wajah suaminya.
"Besok saya antar kamu ya, lagipula kantor saya melewati kampus kamu." Ucap Raka menawarkan, namun lebih terdengar ke sebuah perintah.
Bianca menoleh, ia menyipitkan matanya ke arah Raka yang masih setia menatapnya dengan penuh kehangatan.
"Kenapa menatap saya begitu?" tanya Raka mengangkat sebelah alisnya.
"Mas mencurigakan." Jawab Bianca jujur.
Raka melotot, ia bahkan sangat mendramatisir sampai-sampai memegangi dadanya karena syok.
"Apa? Memang saya pencuri sampai kamu harus curigai?" tanya Raka sedikit melotot.
Bianca mengangguk. "Mas kan emang pencuri, pencuri kebahagiaan aku." Jawab Bianca secara blak-blakan.
Raka langsung terdiam, diam seribu bahasa. Pria itu langsung memandang kesana kemari sambik berdehem.
Namun bukan Raka namanya jika dirinya langsung tertampar kata-kata Bianca.
"Enak aja, saya ini malah mau membahagiakan kamu, bukan mau merebut kebahagiaan kamu." Sahut Raka menjelaskan.
Raka mengubah posisinya, ia sedikit memiringkan badan, sehingga kini berhadapan dengan Bianca yang tampak malas untuk menatapnya.
Raka lalu memberanikan diri untuk menggenggam tangan Bianca dan kali ini, gadis itu tidak menolaknya seperti biasa.
"Dengarkan saya baik-baik, Bia. Saya sudah menikahi kamu secara sah, itu artinya saya juga berjanji untuk membahagiakan kamu selamanya. Itu sudah tugas saya sebagai suami." Ucap Raka dengan sungguh-sungguh.
Raka menunduk, ia mencium tangan Bianca yang ada di genggaman tangannya.
Bianca melototkan matanya mendapat perlakuan tiba-tiba dari suaminya yang ia akui tampan itu.
"Mas, kamu–" Ucapan Bianca terhenti saat Raka meletakkan jari telunjuk di bibirnya.
"Saya nggak tahu darimana kamu berpikir bahwa saya mencuri kebahagiaan kamu. Yang saya tahu adalah, alasan saya menikahi kamu untuk saya bahagiakan, Bia. Saya mencintai kamu," ucap Raka lagi panjang lebar.
Entah mengapa kali ini Bianca diam, gadis itu mendengarkan ucapan suaminya dengan seksama. Bianca bahkan memperhatikan garis-garis wajah suaminya yang tampan itu.
Bianca terpesona, ia bahkan seperti terhipnotis oleh ucapan Raka yang begitu manis.
"Kita cari kebahagiaan kita sama-sama ya, Bia?" pinta Raka dengan sungguh-sungguh dan tulus.
Bianca menatap Raka semakin dalam, namun ia tersadar saat Kiano datang dan memanggil mereka.
"Mami, Papi!!!" panggil Kiano dengan suaranya yang cukup keras.
Bianca melepaskan genggaman tangan Raka, ia menatap pria itu sebentar lalu bangkit dari duduknya.
"Apa?" sahut Bianca seraya berjalan mendekati Kiano.
"Lihat, Mami. Aku bikin kita, ini mami dan papi, lalu ini aku dan adik bayi. Aku mau punya adik bayi, Mi!!" Kiano berucap sambil menunjukkan gambar yang dibuat olehnya.
Bianca nyaris tersedak air liurnya tatkala mendengar ucapan bocah 5 tahun itu. Adik bayi? Bahkan Bianca tidak memikirkan untuk punya anak dari Raka.
Terdengar suara kekehan dari belakang Bianca. Gadis itu lantas menoleh dan melihat bahwa sang suami sedang tertawa.
"Apa kamu, Mas?" tanya Bianca sewot.
Raka bangkit dari duduknya, ia lalu berjalan mendekati istri dan anaknya.
"Jadi ini adik bayi?" tanya Raka menunjuk gambar yang Kiano buat.
"Iya, Pi. Aku mau punya adik bayi perempuan yang cantik seperti mami." Jawab Kiano dengan senyuman lebar.
Raka melirik Bianca, ia lalu mengedipkan sebelah matanya untuk menggoda istrinya.
"Jadi kapan mau buat adik bayi, Mami?" tanya Raka lembut.
Bianca melotot kesal, ia bangkit dari duduknya lalu berdiri di depan Kiano dan Raka.
"Tidak akan pernah." Jawab Bianca ketus.
Usai mengatakan itu, Bianca pun pergi meninggalkan ruang tamu. Ia ingin kembali ke kamarnya daripada meladeni ucapan Raka yang tidak jelas.
"Dasar tua menyebalkan." Cibir Bianca seraya berjalan menaiki anak tangga.
Raka memperhatikan istrinya dari lantai bawah, kini ia tahu bagaimana cara menjinakkan Bianca. Cukup ajak gadis itu bercanda saja, dan Bianca tidak akan menolak jika di sentuh.
Bianca malah akan murka saat Raka bicara serius. Aneh kan???
"Saya yakin, Bia. Saya yakin bahwa kamu akan bisa menerima saya dan Kiano." Gumam Raka penuh senyuman.
"Papi, mami mau kemana?" tanya Kiano seraya menarik-narik baju sang papi.
"Mami? Mungkin mami lelah makanya memilih untuk tidur. Kiano kapan mau bobok?" tanya Raka lembut.
"Boleh tidak aku tidur bersama papi dan mami?" tanya Kiano pelan dengan binar harapan di wajahnya.
Raka menganggukkan kepalanya. "Tentu saja boleh, ayo kita tidur bersama mami." Jawab Raka mengajak.
Kiano memekik senang, bocah itu sampai melompat-lompat saking bahagianya bisa tidur dengan kedua orang tuanya, meski mami barunya itu belum menerima dirinya dengan sepenuh hati.
Raka pun menggendong Kiano dan membawanya ke kamarnya bersama Bianca. Malam ini Kiano akan tidur bersama mereka.
Raka membuka pintu kamar, dan ternyata Bianca masih asik dengan ponselnya di depan meja rias.
"Mami!!" panggil Kiano melambaikan tangannya.
Bianca menoleh, ia mengerutkan keningnya melihat Kiano datang ke kamarnya, sedangkan ini sudah malam.
"Kamu kenapa bukan tidur, ini sudah malam." Ucap Bianca.
"Kiano akan tidur bersama kita, Bia." Jelas Raka dengan penuh senyuman.
"APA??" Bianca terkejut, ia menatap Raka dan Kiano bergantian.
Bianca pusing sekali. Tidur dengan Raka saja ia sudah malas, dan sekarang ditambah dengan Kiano.
Kiano turun dari gendongan Raka, lalu berlari kecil mendekati Bianca yang masih duduk sambil memperhatikannya.
"Mami, ayo tidur." Kiano menarik tangan Bianca lalu mengajak nya ke tempat tidur.
Bianca melepaskan tangan Kiano. "Nggak, aku tidur nanti." Tolak Bianca.
"Nggak boleh tidur malam, Mami. Nanti Mami matanya jadi mata panda, terus Mami cantiknya berkurang." Ucap Kiano dengan ekspresi wajah menggemaskan.
"Astaga, darimana bocah ini tahu semua itu." Gumam Bianca sangat pelan.
Sementara Raka, pria itu bersandar di pintu kamar. Tangannya terlipat di dada sambil terus memperhatikan anak dan istrinya yang masih mengobrol.
"Ih, yaudah ayo tidur." Bianca pun naik ke atas ranjang, lalu disusul oleh Kiano.
Bianca tidur membelakangi Kiano, namun ia kembali dikejutkan saat bocah itu memeluknya erat.
"Aku sayang, Mami." Ungkap Kiano dengan bahagia.
Raka tersenyum, ia segera menyusul anak dan istrinya yang sudah berbaring di atas ranjang.
"Papi sayang kalian." Ungkap Raka lalu memeluk Kiano.
Bianca hanya diam, ia tidak tahu anak dan bapak begitu kompak seperti ini, dan ia harus bisa mengimbangi keduanya. Astaga!! Bianca stress rasanya.
KOMEN KALIAN SANGAT BERARTI BUAT AKU :)
Bersambung.............................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
George Lovink
Katanya disetiap novel selalu tulis cinta tertinggi adalah melepas orang yang kita cinta untuk memilih pilihannya...tapi ini kebalikan,egois...juga tokoh utama lelaki,Raka egois sama thor nya
2024-07-11
0
Ira Susana
so sweet sekali siihh
2023-11-01
1
Yohana Woleka
Yaaaahh sedikit lagi pasti akan mulai jatuh hati pada suaminya.
2023-10-30
0