Selesai resepsi, pasangan Bianca dan Raka pun memutuskan untuk langsung pulang ke rumah yang akan mereka tempati bersama.
Selama perjalanan menuju rumah, tidak ada pembicaraan sama sekali di dalam mobil. Entah lelah, atau mereka yang tidak mau bicara.
Raka menoleh, ia menatap wajah istrinya yang hanya diam sambil menatap ke arah jendela. Tidak bisa ia elak, ada banyak kesedihan di mata istrinya itu.
"Bia." Panggil Raka seraya memegang tangan Bianca.
Bianca menepis tangan Raka yang memegangnya, ia lantas menoleh dengan mata berkaca-kaca.
"Jangan sentuh aku! Aku nggak akan pernah menerima pernikahan ini apalagi kamu." Ucap Bianca dengan suara yang seperti ketakutan.
Raka terlihat terkejut, namun ia tidak berkata apa-apa dan memilih untuk diam.
Sekali lagi, rasa cintanya terhadap Bianca membuatnya pasrah. Ia akan memberikan waktu kepada Bianca untuk menerima dirinya dan pernikahan mereka.
Akhirnya setelah beberapa menit perjalanan, mereka pun sampai di rumah mewah yang akan mereka tempati bersama.
Raka turun duluan, lalu membukakan pintu untuk istrinya yang sama sekali enggan untuk sekedar di gandeng.
Langkah kaki Bianca terhenti sebentar, ia memejamkan mata dan membuat air matanya menetes begitu saja.
Rasanya Bianca ingin kabur, ia tidak bisa menerima pernikahan ini ataupun pria yang ada di sebelahnya. Bianca mencintai Reza, bahkan sangat mencintainya.
"Mami!!"
Satu lagi, Bianca tidak bisa menerima anak dari suaminya. Ya, Bianca menikahi seorang pria berstatus duda yang memiliki satu orang anak laki-laki berumur 5 tahun.
Bianca membuka matanya saat merasakan sebuah pelukan di bagian pahanya, ia menunduk dan melihat bahwa ada seorang anak laki-laki tengah memeluknya.
"Mami, aku sudah menunggu mami sejak tadi." Ucap bocah laki-laki itu dengan penuh semangat.
Bianca memegang tangan bocah itu, ia lalu mendorongnya pelan agar menjauh dari tubuhnya.
"Aku bukan mami kamu." Ucap Bianca kemudian berjalan masuk ke dalam rumah duluan.
Kiano tampak menangis, namun hal itu tidak dipedulikan sama sekali oleh Bianca yang sudah duluan masuk.
Melihat putranya menangis sontak membuat Raka langsung memeluknya. Ia mendekap erat tubuh bocah mungil itu dan mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.
"Kenapa mami bicara begitu, Pi?" tanya Kiano sambil menangis.
Raka melepaskan pelukannya, ia menyeka air mata putranya lalu mencium kedua pipi anak laki-lakinya yang tampan itu.
"Mungkin mami masih lelah, besok pasti kembali baik." Jawab Raka berusaha membuat anaknya tidak sedih.
Kiano tampak mengerti, ia menyeka air matanya lalu mengangguk paham.
"Kamu tidur gih sama bibi, besok biar bisa main sama mami." Tutur Raka, ia lalu menatap pengasuh Kiano.
Paham dengan kode majikannya, pengasuh Kiano pun segera mengajak bocah itu masuk ke dalam rumah.
Raka pun segera masuk, ia harus menemui Bianca dan bicara pada istrinya itu. Raka sejujurnya kecewa dengan sikap Bianca tadi, namun sekali lagi ia hanya bisa diam karena tahu bahwa Bianca butuh waktu.
Kiano sendiri sudah sangat menyayangi Bianca, meski sebelumnya mereka belum pernah berinteraksi.
Raka pun masuk ke dalam kamar, ia melihat istrinya itu sedang duduk di dekat jendela kamar sambil melamun.
Raka menghela nafas, ia meletakkan ponsel, kunci mobil dan dompet di atas meja nakas, lalu mendekati Bianca.
"Bia, mandi dulu, setelah itu kita istirahat." Tutur Raka dengan suara yang lembut.
Bianca menoleh. "Kamu duluan aja." Balas Bianca cuek.
Raka menghela nafas, ia duduk di sebelah istrinya itu lalu menggenggam tangan erat. Dan ya, reaksi Bianca masih sama seperti di mobil tadi.
"Berapa kali harus aku katakan untuk jangan menyentuhku, aku nggak suka sama kamu, aku juga nggak suka dengan pernikahan ini atau anak kamu." Ucap Bianca seraya bangkit dari duduknya.
Raka terkejut dengan gerakan Bianca yang cukup cepat. Ia bersyukur karena kamar mereka kedap suara, sehingga tidak akan ada yang mendengar ucapan mereka diluar.
"Bia." Panggil Raka dengan lembut.
Bianca tidak bicara, ia hanya diam sembari melipat tangannya di dada dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Untuk sekarang, kamu boleh nggak suka sama saya atau pun pernikahan kita, tapi tolong terima Kiano, dia sangat menyayangi kamu." Ucap Raka dengan penuh kasih sayang.
"Aku nggak mau. Aku tidak menerima pernikahan ini, aku nggak cinta sama kamu, apalagi di usiaku yang masih muda sudah harus mengurus seorang anak!" Tolak Bianca langsung.
Raka menghela nafas, ia ikut bangkit dan berdiri di depan istrinya. Raka hendak memegang bahu istrinya, namun ia urungkan karena khawatir akan reaksi yang ditunjukkan oleh Bianca.
"Setidaknya cobalah untuk menjadi temannya, Bia." Pinta Raka.
Bianca menoleh, ia tersenyum miring mendengar penuturan pria yang usianya lebih tua 8 tahun darinya.
"Kamu nggak bisa banyak nuntut, Mas. Kamu sudah berjanji untuk tidak akan pernah memaksa aku, jika kamu melanggar lebih baik aku pergi." Ucap Bianca mengancam.
Raka memejamkan matanya, ia menghela nafas lalu tersenyum manis.
"Baiklah, saya minta maaf. Saya tidak akan memaksa kamu, tapi tolong tetaplah disini." Pinta Raka, namun Bianca hanya diam.
Bianca beranjak dari tempatnya, ia pun memutuskan untuk mandi dan bersih-bersih sebelum istirahat.
Mereka akan tidur sekamar dan seranjang, tapi tentu saja dengan Raka yang dilarang untuk menyentuh istrinya walau hanya sedikit.
SEMANGAT MAS RAKA UNTUK MELULUHKAN HATI MBA BIA🤗
Komen positif kalian adalah semangatku 🖤
Bersambung..............................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Fakhirah Nurfathanah
Bianca angkuh tdk pnya hati. Kiano kan tdk salah setidaknya bersikaplah baik dgn anak kecil
2025-03-30
0
Mami Radifa
Komen ku jutex banget Bia nya 😜🤭
2024-08-31
0
Jarmini Wijayanti
belum bisa komen thor
2024-02-27
1