Bianca melirik sinis Susi yang tampak berusaha mengambil perhatian Raka. Ia beberapa kali berdecak, bahkan tatapannya bertabrakan dengan perempuan yang mungkin usianya lebih tua dari dirinya.
Bianca malas berurusan dengan wanita yang lebih tua darinya itu, namun sikap menyebalkan Susi benar-benar mengganggu bagi Bianca.
"Tuan, ini minum nya." Tutur Susi seraya memberikan sebotol jus pada Raka.
"Terima kasih." Ucap Raka dengan cuek.
"Tuan butuh sesuatu lagi, mau makan?" tanya Susi semakin menjadi-jadi.
Raka hanya menggeleng, sementara Bianca tampak sudah berapi-api. Bukan karena ia cemburu, tapi Bianca risih melihatnya.
"Mbak nggak usah ngurusin mas Raka, dia punya tangan buat ambil makanan sendiri. Mending mbak keliling deh sana, cari jodoh." Ucap Bianca ketus.
Raka menatap istrinya, ia mengusap-usap punggung Bianca, namun ditepis oleh istrinya itu.
"Diem kamu, kamu nggak risih apa sama sikap dia ini." Gerutu Bianca kemudian beranjak dari duduknya.
Raka menatap kepergian Bianca dengan helaan nafas pelan, ia menutup botol jus miliknya lalu bangkit juga dari duduknya.
"Kiano, mau ikut papi atau disini sama mbak?" tanya Raka.
"Aku mau disini, Pi. Jangan lama-lama ya, aku nggak suka sama mbak." Jawab Kiano seraya mengambil posisi berjauhan dengan Susi.
Susi melototkan matanya, ia tidak menyangka bocah kecil itu bicara demikian. Ia benar-benar kesal dan ingin menjewer telinga bocah itu lagi.
Raka mengerutkan keningnya, selama ini Kiano tidak pernah bicara begitu, namun hari ini tiba-tiba saja Kiano hal yang tidak pernah diucapkan sebelumnya.
Raka manggut-manggut. "Papi nggak lama kok, cuma nyusul mami aja." Kata Raka.
Raka pun pergi meninggalkan Kiano bersama pengasuh anaknya itu. Ia harus segera menyusul Bianca yang entah kenapa tiba-tiba pergi.
Sepeninggalan Raka, Susi langsung mendekati Kiano dan memegang tangan bocah itu. Pegangannya tidak keras, namun karena Kiano menolak, ia jadi kalap.
"Kamu kenapa ngomong gitu sama papi kamu. Lagian kenapa kamu nggak suka sama mbak?" tanya Susi kesal, namun masih menjaga nada bicaranya.
"Mbak galak, aku nggak suka. Mbak suka cubit sama jewer aku." Jawab Kiano ketakutan.
Susi makin melotot, ia bisa dipecat jika Kiano bicara seperti tadi di depan Raka, tuannya.
Susi tertawa garing. "Eh, Kiano. Mbak minta maaf ya, kita baikan ya. Kan selama ini Kiano mainnya sama mbak." Ucap Susi merayu.
"NGGAK, aku nggak mau sama mbak." Tolak Kiano lalu bangkit dari duduknya.
"Oke-oke, mbak nggak akan maksa kamu. Sini duduk ya, tunggu papi kamu balik." Tutur Susi lembut.
Susi takut jika Kiano lari dan hilang, ia bisa-bisa dipenggal oleh majikannya jika itu terjadi.
Kiano pun nurut, bocah itu semakin menjaga jarak sambil memainkan tablet miliknya dan menonton kartun.
"Nih anak makin bandel aja, apalagi setelah ada nyonya judes itu!" batin Susi kesal.
Sementara itu Raka, saat ini ia sedang duduk di sebelah Bianca yang hanya diam tanpa mau menatap apalagi bicara padanya.
"Kamu kenapa, Bia?" tanya Raka lembut.
Bianca lagi-lagi hanya diam, gadis itu menatap lurus ke depan, dimana terdapat danau buatan yang cantik.
"Bia, kamu marah sama saya?" tanya Raka lagi.
Bianca menoleh, ia menatap Raka dengan tatapan tajam dan penuh emosi.
"Mas masih nanya? Kamu harusnya mikir, kenapa aku bisa kaya gini. Kamu tuh … nggak tau deh, malas bicara sama kamu." Jawab Bianca sewot, namun tidak menjelaskan detailnya.
"Saya kenapa, coba jelasin. Gimana saya tahu kalo kamu aja nggak mau ngomong." Pinta Raka lembut.
"Nggak mau, mas cari tahu sendiri aja." Tolak Bianca ketus.
Raka mengambil tangan Bianca, ia menggenggam nya dengan erat karena ia tahu istrinya itu akan menolak dan berusaha melepaskan nya.
"Kamu kenapa, Sayang?" tanya Raka lembut, tangannya mengusap-usap punggung tangan Bianca.
"Masih tentang Susi, kamu masih mau pecat dia?" tanya Raka lagi.
Bianca menoleh. "Udah tahu, malah nanya." Jawab Bianca.
Raka tergelak, ia menangkup wajah Bianca meski dengan paksaan.
"Lucu banget Nyonya Dewangga." Ucap Raka gemas.
Bianca hendak memukul kedua tangan Raka yang ada di pipinya, namun Raka malah menarik tangannya sehingga pukulan Bianca mengenai pipinya sendiri.
"Awww …" ringis Bianca.
"Tuh kan, makanya jangan kasar sama suami." Celetuk Raka, kemudian kembali menangkup wajah Bianca dengan tangan yang mengusap wajah istrinya.
"Sakit tau nggak." Ketus Bianca dengan ekspresi wajah yang benar-benar lucu bagi Raka.
Raka tidak menyahut, ia terus mengusap-usap pipi Raka, namun setelahnya pria itu malah mencium kedua pipi istrinya bergantian.
"Udah nggak sakit kan?" Tanya Raka usai mencium istrinya.
Bianca terdiam, namun beberapa saat kemudian ia memukuli bahu Raka karena kesal.
"Mas udah cium aku sembarangan, aku bilangin mama. Lihat aja!!" cerocos Bianca sambil terus memukuli Raka.
Raka bukannya takut justru malah tertawa, ia terus saja tertawa mendapat pukulan dari istrinya.
Apa kata Bianca tadi? Mengadu? Yang ada gadis itu ditertawakan orang tuanya karena mengadu telah dicium oleh suami sendiri.
"Heh! Saya ini suami kamu, Bia. Dicium suami dapat pahala," ucap Raka memegangi kedua tangan Bianca.
"Dasar nggak sopan." Ketus Bianca lalu memilih untuk beranjak dari duduknya.
Raka segera menyusul, ia merangkul pinggang ramping istrinya, namun Bianca menolaknya, tentu saja.
"Lepasin, apaan sih." Bianca kesal, namun Raka malah tertawa.
"Naik sepeda yuk, Sayang?" ajak Raka menunjuk orang-orang yang berlalu-lalang dengan sepeda.
"Nggak." Tolak Bianca.
"Nggak boleh nolak, kamu tunggu disini. Aku mau panggil Kiano." Tutur Raka.
Bianca hanya diam, ia membiarkan suaminya memanggil Kiano yang entah mau diajak apa, mungkin naik sepeda juga.
Tidak lama kemudian Raka dan Kiano datang.
"Mami!!" panggil Kiano dan langsung memegangi baju Bianca.
"Mami mau ajak aku naik sepeda ya?" tanya Kiano mendongak.
"Iya, kamu mau?" tanya Bianca balik, dan Kiano menjawabnya dengan anggukan kepala.
Raka pun mengajak anak dan istrinya menuju tempat penyewaan sepeda. Raka memilih sepeda kecil untuk Kiano, sementara ia memilih satu sepeda besar.
"Kamu sebenarnya mau ajak aku atau nggak sih, punyaku mana?" tanya Bianca kesal.
Raka menarik tangan istrinya mendekat. "Kamu duduk disini, saya bonceng biar romantis." Tutur Raka.
Bianca melongo, jadi Raka mau membonceng dirinya di depan.
"Nggak, Mas. Aku nggak mau!" tolak Bianca.
"Duduk, saya nggak akan jatuhin kamu." Tutur Raka memaksa Bianca untuk duduk.
Bianca kesal, namun pada akhirnya ia pasrah seperti biasanya. Bianca duduk di besi sepeda dimana orang biasa duduk jika di bonceng depan.
"Mami, Papi. Ayo!!" panggil Kiano yang sudah menggoes duluan sepedanya.
Raka pun segera menyusul putranya, ia melakukannya dengan sangat baik, bahkan Bianca tidak takut terjatuh.
"Enak banget bisa dekat-dekat kamu gini, kita kayak orang pacaran." Ucap Raka dengan bibir yang berada di puncak kepala istrinya.
Raka beberapa kali mencium rambut Bianca, dan gadis itu hanya bisa diam. Jika dia marah, sama saja ia ingin tubuhnya terpelanting ke tanah.
"Dasar tukang modus." Ketus Bianca mencibir.
Raka menunduk, ia sedikit menoleh lalu memberikan kecupan di pipi istrinya.
"Ishh kamu, nanti jatuh kan malu!!" kesal Bianca seraya mengusap bekas bibir Raka di pipinya.
"Yaudah makanya diam, Bia. Lagian pasrah aja kenapa sih kalo dicium suami." Bisik Raka sambil senyum-senyum.
Bianca mendengus lagi, namun ia memilih diam daripada dirinya benar-benar dijatuhkan Raka ke tanah.
Raka terus mengendarai sepedanya mengikuti Kiano dari belakang. Bocah itu cukup mahir mengendarai sepeda.
Bersambung............................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Ernadina 86
lah gak ngomong jahatnya pengasuh lah mana tau si Raka kalo pengasuhnya galak..cm mau mecat gak ada alasan y si Raka bingung...lagian pengasuhnya di awal tua sekarang jadi mudaan..kapan gantinya
2023-11-02
2
adning iza
pasang cctv lah raka
2023-10-22
1
Sweet Girl
Ya masak tegah dengan sengaja jatuhin...
2023-10-17
0