Nasehat Bianca

Bianca keluar dari kamarnya dan langsung pergi ke meja makan. Entah mengapa pagi ini ia bangun lebih awal, mungkin karena semalam lelah bertengkar sehingga ia tidur lebih awal juga.

Ya, semalam setelah pertengkarannya dengan Raka, Bianca langsung tidur dan tidak tahu sampai mana suaminya itu bicara.

Saat sampai di meja makan, Bianca melihat Raka dan Kiano sedang sarapan bersama dengan dilayani oleh bibi.

Tidak mau bertemu dengan Raka, Bianca pun memutuskan untuk kembali ke kamar dan akan sarapan setelah Raka pergi, sayangnya Raka sudah melihat ia duluan.

"Bia, mau kemana kamu. Kemari dan sarapan bersama," ucap Raka.

Langkah Bianca berhenti, ia membalik badan lalu melipat tangannya di dada.

"Nggak, aku bisa makan nanti." Tolak Bianca dengan nada bicara yang begitu dingin.

Kiano turun dari kursi meja makan, bocah itu berlari dan memeluk Bianca cukup erat.

"Mami!! Ayo sarapan sama aku dan papi, aku mau disuapin sama mami." Ajak Kiano dengan kepala mendongak menatap Bianca.

Bianca pun menundukkan kepalanya, ia bisa melihat bocah laki-laki itu tersenyum lebar ke arahnya.

Bianca menelan salivanya, ia tidak menjawab ajakan Kiano dan malah melepaskan pelukan bocah itu.

"Aku belum lapar, kamu sarapan sama papi kamu aja. Aku mau ke kamar lagi," kata Bianca cuek lalu segera pergi dari sana.

Kiano menatap kepergian Bianca dengan kata berkaca-kaca dan bibir yang sudah terbentuk ingin menangis.

Raka yang melihat sikap Bianca pagi ini lagi-lagi hanya bisa menghela nafas, ia geleng-geleng kepala lalu menghampiri putranya yang ia yakini sudah mau menangis.

"Eh anak papi, makan sama mbak aja dulu ya. Mungkin mami belum lapar, makanya nggak mau makan sama Kiano." Ucap Raka mencoba menghibur putra kecilnya.

Kiano tidak bicara apa-apa, mungkin anak itu bosan mendengar alasan dari papinya sejak kemarin-kemarin.

Kiano kembali ke meja makan dan menikmati sarapannya lagi.

"Mbak, tolong temani Kiano ya. Saya mau siap-siap ke kantor," ucap Raka pada pengasuh Kiano.

"Baik, Tuan." Balas pengasuh Kiano.

Raka pun segera pergi ke kamarnya, ia harus segera bersiap datang ke kantor. Raka sudah cuti 2 hari karena pernikahan, dan ia tidak bisa terus mengambil cuti.

Sampai di kamar, Raka melihat Bianca sedang duduk sambil memainkan ponselnya.

"Bia, saya sudah selesai sarapan. Kamu lebih baik sarapan sekarang, jangan suka menunda makan." Tutur Raka seraya berjalan menuju lemari pakaian.

Bianca tidak bicara, gadis itu tetap fokus pada ponselnya sendiri.

Raka yang melihat Bianca sibuk dengan ponselnya hanya bisa diam, ia memilih untuk langsung mengganti pakaiannya di dalam kamar mandi.

Sementara Bianca, gadis itu sedang melakukan chatting dengan sahabatnya, Intan. Ia sedang berkeluh-kesah kepada sahabatnya itu.

Hari ini Bianca tidak ada jadwal kuliah, dan besok baru ada. Kemarin sebenarnya ada, tapi karena Raka melarangnya pergi ia jadi tidak masuk kuliah.

10 menit kemudian Raka keluar dari kamar mandi, pria itu sudah memakai setelan kasualnya.

Sambil berjalan mendekati meja rias, Raka sibuk membenarkan kancing di ujung kemeja panjangnya.

"Bia, hari ini saya akan ke kantor. Saya titip Kiano ya, dan saya akan pulang sore." Ucap Raka tanpa menatap istrinya.

Bianca mengangkat wajahnya, seketika matanya melotot sempurna melihat penampilan Raka yang kini sedang berkaca diri.

"Itu mas Raka? Ganteng juga. Eh tapi masih ganteng Reza!!" batin Bianca tanpa sadar sedikit terpesona dengan suaminya.

Raka yang menyadari bahwa Bianca sedang memperhatikan nya lantas membalik badan, namun Bianca justru mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Raka tersenyum tipis, ia berjalan mendekati Bianca lalu mengulurkan tangannya untuk dicium oleh Bianca.

"Apa?" tanya Bianca ketus.

"Cium tangan saya, Bia. Itu bisa membuat urusan suami kamu lancar nantinya, lagian ini sudah kewajiban istri." Jawab Raka menjelaskan.

"Aku capek berdebat sama kamu, Mas." Kata Bianca lalu mencium punggung tangan suaminya dengan terpaksa.

Raka tertawa. "Kalo begitu jangan berdebat dengan saya, lebih baik jatuh cinta sama saya." Timpal Raka.

Bianca mendelik Raka dengan tajam, namun sesaat kemudian ia kembali membelalakkan matanya saat Raka mencium tangannya sendiri yang tadi bekas ia cium.

"Kamu apaan sih, lebay banget." Ketus Bianca.

Raka tersenyum simpul. "Kamu melarang saya untuk menyentuh kamu kan? Jadi saya cium bekas bibir kamu aja." Balas Raka lembut.

Bianca hanya diam, ia tidak berminat untuk menyahuti lebih jauh ucapan Raka barusan.

"Hari ini saya cium bekas bibir kamu, semoga hari-hari selanjutnya saya bisa cium bibir kamu secara langsung." Celetuk Raka.

Bianca bangkit dari duduknya, ia hendak berucap namun Raka sudah keburu keluar dari kamar.

"Dasar pria tua!!" umpat Bianca kesal.

Raka dibilang tua? Pria 29 tahun itu sudah tua ya??

***

Bianca keluar dari kamarnya pukul 10 pagi, saat itu ia merasa cacing-cacing di perutnya sudah berbunyi.

Bianca ingin makan, dan ketika ia sampai di lantai bawah suasananya sangat sepi, tidak seperti biasanya.

"Kenapa sepi sekali, kemana bocah itu." Gumam Bianca bertanya-tanya.

Bianca mengangkat bahunya acuh, ia lalu langsung ke meja makan dan duduk di sana.

Makanan masih banyak, dan Bianca buru-buru makan sebelum Kiano datang dan kembali merengek padanya.

Jujur saja, Bianca risih. Ia bukan tidak suka anak kecil, tapi ia tidak suka pada Raka sehingga Kiano ikut terbawa-bawa.

Mungkin apa yang Bianca lakukan salah, tapi inilah dia. Bianca tidak bisa menyembunyikan ketidaksukaan nya, ia akan langsung bicara jika dirinya memang benar-benar tidak suka.

"Nona Bianca, anda makan tidak dipanaskan dulu makanan nya? Mau saya panaskan sayurnya?" Tawar bibi di rumah Raka.

Bianca tersenyum ramah. "nggak usah, Bi. Lagipula aku sudah mau selesai kok," balas Bianca menolak.

Bianca melanjutkan makan nya, sementara bibi pekerja di rumah Raka tampak heran dan bingung.

Menurutnya istri majikannya itu ramah, bahkan bisa dikatakan baik. Tapi entah kenapa jika bicara dengan Raka, Bianca sangat ketus, termasuk pada Kiano.

"Nona butuh sesuatu lagi, mau bibi buatkan jus?" tawar bibi lagi.

"Nggak, Bi. Aku mau ke kamar lagi," tolak Bianca lalu beranjak dari meja makan.

Bianca hendak kembali ke kamar, namun Kiano masuk setelah bermain di taman.

"Mami!!!" Kiano berlari menaiki tangga dan memeluk Bianca seperti biasa.

Bianca menghela nafas, ia melepaskan pelukan bocah itu, namun kali ini tidak langsung pergi.

"Apa?" Tanya Bianca singkat.

"Mami, ayo main sama aku. Aku punya balon, nanti kita tiup sama-sama, mami." Jawab Kiano menunjukkan cairan sabun di tangannya.

"Aku nggak suka main itu, jadi kamu main sendiri aja ya." Tutur Bianca dengan suara datar.

"Kalo begitu jangan main ini, ayo main di kamar mami. Aku janji nggak akan berantakan kok, mami." Ajak Kiano lalu melempar mainan sabun nya asal ke lantai.

Bianca menatap mainan sabun yang tergeletak di lantai dengan sebelah alis terangkat.

"Kamu nggak boleh gitu, Kiano. Itu nggak sopan. Lihat kan, sekarang bibi yang harus bersihin ulah kamu." Ucap Bianca.

Kiano menundukkan kepalanya. "Maafin aku, mami. Aku janji nggak gitu lagi," lirih Kiano.

"Minta maaf sama bibi, bukan sama aku." Balas Bianca kemudian pergi meninggalkan Kiano.

SEMOGA BIA SEGERA LUNAK YAAA🥲

Bersambung..........................

Terpopuler

Comments

Esti Trianawati

Esti Trianawati

Keras bgt hsti bia.....sm anak kecil gak luluh jg...batu bgt....

2023-11-06

1

Ira Susana

Ira Susana

ya Allah di mn tipe Raka, udh kaya, mapan, ganteng pulak,, meski sdh punya ank, duren lah

2023-11-01

0

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

namun sih jadi repot y

2023-10-18

0

lihat semua
Episodes
1 Hari pernikahan
2 Penolakan Bianca
3 Mengenang masa lalu
4 Pagi yang buruk
5 Bianca marah
6 Kamu egois!
7 Nasehat Bianca
8 Sore yang mengharukan
9 Candaan Raka
10 Makan malam bersama
11 Kekompakan anak dan ayah
12 Tangisan Bianca
13 Kekesalan Bianca
14 Kiano anak saya!
15 Segitu besarnya, Bia?
16 Pesona Raka
17 Modus Raka
18 Rencana bulan madu
19 Tamparan Bianca
20 Ruang tamu penuh tawa
21 Indahnya ciptaanmu
22 Mau nggak, Sayang?
23 Cerita masa lalu
24 Apapun demi istri
25 French kiss?
26 Cuddle
27 Bianca kalah
28 Keinginan Raka
29 Kejutan romantis
30 Bibirnya enak
31 Malam terakhir yang indah
32 Kedatangan mantan istri
33 Mas Raka marah?
34 Raka irit bicara
35 Pembicaraan Reza
36 Kesabaran Raka
37 Kepedulian Raka
38 Jajan sama mas Raka
39 Akan belajar
40 Perdebatan
41 Makan malam diluar
42 Ketus, tapi lucu
43 Gagal buka segel
44 Raka nggak tahan
45 Pria gila
46 Kangen saya?
47 Bertengkar dipagi hari
48 Penyusup?
49 Jebol!!!
50 Kebakaran jenggot
51 Jadikan istri kedua
52 Sesuatu untuk mami
53 Usaha Raka
54 Si kembar kesayangan
55 Ganti rugi
56 Undangan pernikahan
57 Teman kuliah?
58 Nanti adik sedih
59 Kamu masih mencintainya?
60 Enakan di gigit
61 Pokoknya salah kamu!
62 Modal wajah datar
63 Minuman siapa?
64 Berapa bulan?
65 Keluarga harmonis
66 Lemah kandungan
67 Menyelamatkanku
68 Aku hamil
69 Si paling posesif
70 Suka nyebar hoax
71 Rayuan mami Bia
72 Sayang mami Bia
73 Tanggung jawab itu
74 Mencari sekolah Kiano
75 Saya kekasihnya!
76 Ciuman pertama!!
77 Hari pertama sekolah
78 Pecahin sekalian
79 Pelan-pelan saja
80 Flashback malam itu
81 Mami sakit apa?
82 Kan memang sudah, Pak
83 Larangan Raka
84 Hasutan Yola
85 Amarah Bianca
86 Ketiban panci
87 Lho ... mereka?
88 Permohonan dua pria
89 Membujuk istri, susah sekali!
90 Melamar, kena bogem
91 Restu dan maaf
92 Yang mau nikah, malu-malu
93 Persiapan pernikahan
94 Nggak mau minta cium?
95 Permintaan Yola
96 Sah!
97 Yang kedua kalinya
98 Badmood, minta yang aneh
99 Jangan tinggalin mami ...
100 Kondisi Kiano
101 Kiano siuman
102 Mau jadi bayi
103 Keciduk mertua
104 Kiano pulang!!
105 Dingin enaknya nyusu
106 Masih tentang honeymoon
107 Ada manis-manisnya
108 Keusilan pasutri
109 Pulang honeymoon
110 Hadiah dari Raka
111 Kabar bahagia
112 Senyuman haru
113 Penuh keharmonisan
114 Raquila Jasmine Dewangga
115 Aku cinta
116 Merasa beruntung (End)
117 Ektra part
Episodes

Updated 117 Episodes

1
Hari pernikahan
2
Penolakan Bianca
3
Mengenang masa lalu
4
Pagi yang buruk
5
Bianca marah
6
Kamu egois!
7
Nasehat Bianca
8
Sore yang mengharukan
9
Candaan Raka
10
Makan malam bersama
11
Kekompakan anak dan ayah
12
Tangisan Bianca
13
Kekesalan Bianca
14
Kiano anak saya!
15
Segitu besarnya, Bia?
16
Pesona Raka
17
Modus Raka
18
Rencana bulan madu
19
Tamparan Bianca
20
Ruang tamu penuh tawa
21
Indahnya ciptaanmu
22
Mau nggak, Sayang?
23
Cerita masa lalu
24
Apapun demi istri
25
French kiss?
26
Cuddle
27
Bianca kalah
28
Keinginan Raka
29
Kejutan romantis
30
Bibirnya enak
31
Malam terakhir yang indah
32
Kedatangan mantan istri
33
Mas Raka marah?
34
Raka irit bicara
35
Pembicaraan Reza
36
Kesabaran Raka
37
Kepedulian Raka
38
Jajan sama mas Raka
39
Akan belajar
40
Perdebatan
41
Makan malam diluar
42
Ketus, tapi lucu
43
Gagal buka segel
44
Raka nggak tahan
45
Pria gila
46
Kangen saya?
47
Bertengkar dipagi hari
48
Penyusup?
49
Jebol!!!
50
Kebakaran jenggot
51
Jadikan istri kedua
52
Sesuatu untuk mami
53
Usaha Raka
54
Si kembar kesayangan
55
Ganti rugi
56
Undangan pernikahan
57
Teman kuliah?
58
Nanti adik sedih
59
Kamu masih mencintainya?
60
Enakan di gigit
61
Pokoknya salah kamu!
62
Modal wajah datar
63
Minuman siapa?
64
Berapa bulan?
65
Keluarga harmonis
66
Lemah kandungan
67
Menyelamatkanku
68
Aku hamil
69
Si paling posesif
70
Suka nyebar hoax
71
Rayuan mami Bia
72
Sayang mami Bia
73
Tanggung jawab itu
74
Mencari sekolah Kiano
75
Saya kekasihnya!
76
Ciuman pertama!!
77
Hari pertama sekolah
78
Pecahin sekalian
79
Pelan-pelan saja
80
Flashback malam itu
81
Mami sakit apa?
82
Kan memang sudah, Pak
83
Larangan Raka
84
Hasutan Yola
85
Amarah Bianca
86
Ketiban panci
87
Lho ... mereka?
88
Permohonan dua pria
89
Membujuk istri, susah sekali!
90
Melamar, kena bogem
91
Restu dan maaf
92
Yang mau nikah, malu-malu
93
Persiapan pernikahan
94
Nggak mau minta cium?
95
Permintaan Yola
96
Sah!
97
Yang kedua kalinya
98
Badmood, minta yang aneh
99
Jangan tinggalin mami ...
100
Kondisi Kiano
101
Kiano siuman
102
Mau jadi bayi
103
Keciduk mertua
104
Kiano pulang!!
105
Dingin enaknya nyusu
106
Masih tentang honeymoon
107
Ada manis-manisnya
108
Keusilan pasutri
109
Pulang honeymoon
110
Hadiah dari Raka
111
Kabar bahagia
112
Senyuman haru
113
Penuh keharmonisan
114
Raquila Jasmine Dewangga
115
Aku cinta
116
Merasa beruntung (End)
117
Ektra part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!