Raka keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya yang sengaja ia keramas agar lebih segar dari biasanya. Acara resepsi benar-benar sangat melelahkan, sebab tamu yang hadir cukup banyak.
Ketika dirinya keluar, ia menoleh dan mendapati sang istri sudah tertidur dengan pulas nya diatas ranjang mereka.
Raka tersenyum simpul, ia berjalan mendekati ranjang lalu berlutut di dekat ranjang sehingga kini wajahnya sejajar dengan wajah Bianca yang tampak damai dalam tidurnya.
Tangan Raka terulur guna mengusap wajah Bianca, namun ia menghentikannya karena tidak mau jika gerakan nya akan membuat Bianca terbangun, dan marah padanya.
Raka tidak bisa menyentuh Bianca untuk saat ini, sehingga yang bisa ia lakukan hanya diam sambil memperhatikan istrinya.
"Kamu cantik banget, Bia. Tidak ada yang berubah dari kamu sejak pertama kali aku melihat dan langsung jatuh cinta." Ucap Raka seperti sebuah bisikan.
Raka tersenyum lagi, ia benar-benar tidak bisa lupa ketika dirinya dulu melihat Bianca yang hendak berangkat ke sekolahnya.
Berikan waktu pada Raka untuk bercerita bagaimana ia bisa jatuh cinta dengan Bianca, seorang gadis muda yang usianya cukup terpaut jauh dengannya.
Pagi itu Raka sudah bersiap untuk pergi ke kantor, ia nyaris terlambat datang karena kelelahan setelah pindah rumah semalam.
Ya, Raka baru saja pindah dari Bandung ke Jakarta kemarin dan hari ini ia sudah harus kembali ke kantornya yang juga baru.
Raka dulu bekerja di perusahaan cabang sebagai karyawan biasa. Meskipun ia anak dari keluarga Dewangga, namun sang papa tidak langsung menyuapinya dengan posisi penting.
Kini sang papa telah percaya padanya, sehingga ia diberikan sebuah posisi sebagai CEO di pusat yang kantornya ada di Jakarta.
Raka tinggal bersama kedua orang tuanya yang sebelumnya sudah menetap lebih lama di Jakarta. Mereka berdua hanya menyewa apartemen, namun karena sekarang ada Raka, maka mereka pun membeli sebuah rumah komplek elit.
Raka dengan tergesa-gesa langsung melempar tas kerja miliknya tanpa mau peduli pada isi dalam tas tersebut.
Ia yang hendak masuk ke dalam mobil langsung terhenti ketika mendengar suara teriakan dari tetangga depan rumahnya.
Kebetulan saat itu pagar rumah Raka sudah terbuka, sehingga ia bisa melihat tetangganya yang baru saja berteriak.
"Mama, aku terlambat datang ke sekolah. Ya ampun, aku bisa-bisa berdiri di depan pagar sekolah." Ucap seorang gadis dengan tergesa-gesa.
Gadis itu memakai helm dengan mulut yang tidak berhenti bicara.
Semua itu tentu saja disaksikan oleh Raka yang masih setia berdiri di samping mobil sambil memegang pintu mobilnya yang sudah terbuka.
Raka tersenyum tipis, entah mengapa ia senang melihat gadis itu yang terus-menerus bicara pada wanita yang tengah menyiram tanaman, wanita itu Raka yakini sebagai ibu dari gadis bawel yang membuatnya terus tersenyum.
"Aku berangkat, Ma." Gadis itu pun pergi meninggalkan rumahnya dengan mengendarai motor matic miliknya.
"Bianca, hati-hati. Jangan ngebut!!" ucap wanita yang tadi sedang menyiram tanaman dengan sedikit berteriak.
Sejak hari itulah Raka mengetahui bahwa nama gadis yang telah membuatnya terus tersenyum adalah Bianca.
Setiap hari sebelum berangkat ke kantor, Raka akan berdiri di depan rumahnya hanya untuk melihat Bianca yang mau berangkat ke sekolah.
Gadis berseragam putih biru dongker itu selalu bisa membuat Raka tersenyum tanpa alasan. Namun walaupun kagum, Raka tidak berani sama sekali untuk mengajak gadis itu berkenalan atau sekedar sapa saja
Raka takut, bagaimanapun ia sadar bahwa gadis yang ia taksir itu masih sekolah. Melihat dari wajahnya, Raka yakin bahwa Bianca saat itu baru berusia sekitar 15 tahun, kelas 3 SMP.
Setiap hari Raka terus saja tersenyum sambil melihat Bianca di pagi hari, bahkan seringkali ia tidak sengaja melihat Bianca sedang membaca buku di balkon kamarnya.
"Cantik banget sih bocah SMP itu, astaga Raka!! Sadar umur. Kau sudah 23 tahun, dan dia?" Gerutu Raka sembari menatap Bianca dari jendela kamarnya.
Suatu hari, tepatnya di hari minggu. Raka pergi joging dengan papanya, dan baru pulang di waktu yang hampir menjelang siang.
Ketika ia dan sang papa sampai, ternyata mamanya itu sedang mengobrol dengan mama dari gadis yang ia sukai. Disana ada Bianca juga yang tampak berusaha untuk mengobrol dengan mamanya.
Raka tersenyum kecil, ia lantas mendekati sang mama dengan harapan bahwa ia bisa berkenalan sedikit dengan Bianca.
"Ma." Panggil Raka seraya berjalan menghampiri sang mama.
"Nah ini dia anak saya, namanya Raka." Ucap mama Wina, ibunda Raka.
"Oh yang sering saya lihat kalo pagi ini, anaknya satu aja ya Bu?" Tanya mamanya Bianca.
"Iya, satu aja." Jawab mama Wina.
Mama Bianca menatap Raka dengan senyuman ramah dan hangat, sementara Bianca hanya diam sembari menunduk.
Tangan Raka terulur untuk menyalami tangan mamanya Bianca yang diketahui namanya adalah mama Vena.
"Raka, Tante." Ucap Raka memperkenalkan diri.
Mama Vena tersenyum, ia lalu memegang kedua bahu putrinya yang terus saja menunduk sambil bermain ponsel.
"Aca, nih kenalan sama tetangga. Jangan nunduk aja, cari apa sih!" tutur mama Vena.
"Nggak nyari apa-apa, Ma." Jawab Bianca dengan senyuman manis.
Raka sempat terhipnotis, namun sesaat kemudian ia tersadar ketika tangan gadis itu yang tampak putih terulur ke arahnya.
"Bianca, Kak." Ucap Bianca memperkenalkan diri.
Raka berdehem, ia membalas jabatan tangan Bianca dengan senyuman yang ramah.
"Saya Raka." Balas Raka.
Raka benar-benar senang jika mengingat perkenalannya dengan Bianca dulu. Ia yang naksir pada bocah SMP, kini bocah itu malah menjadi istrinya.
"Kamu tahu, Bia. Itu adalah kali pertama dan terakhir aku menjabat tangan kamu dulu." Ucap Raka dengan senyuman kecil
Kenapa bisa di sebut pertama dan terakhir, sebab setelah hari itu ia ditugaskan sang papa ke luar negeri untuk mengatur kerja sama.
Selama satu bulan ia tinggal sendiri di negara Paman Sam, dan ketika pulang ia langsung dijodohkan dengan gadis pilihan kedua orang tuanya.
Gadis yang tidak dicintainya, namun terpaksa ia terima karena permintaan dari kedua orang tuanya yang tidak bisa ia tolak.
Seorang gadis yang langsung menjebaknya di malam pertama sehingga ia bisa memiliki Kiano sekarang.
Tolong! Berikan waktu pada Raka untuk bercerita lain kali, saat ini ia malas mengingat masa lalu pernikahannya yang kelam.
Saat ini Raka hanya ingin menikmati saat-saat bersama Bianca, istrinya.
"Bia, saya janji akan selalu membahagiakan kamu." Bisik Raka dengan sungguh-sungguh.
YANG PENASARAN SAMA MASA LALU RAKA, NANTI KITA UNGKAP SEDIKIT-SEDIKIT YA, SABAR SAYANG 😚
Bersambung........................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Jarmini Wijayanti
waduh cinta pada pandangan pertama👍👍👍👍
2024-02-27
0
Susi Jatirogo
kiano bukan anak biologis raka ya...
2023-11-12
0
Katherina Ajawaila
jgn2 istri pertamanya nakal kali y thour, salam kenal thour, lagi melipir nyangkut ketemu bacaan.
2023-10-18
2