Bianca selesai makan, ia hendak membawa piring bekasnya makan ke dapur, sekaligus menghindari pembicaraan yang ingin suaminya lakukan.
Tangannya hampir menggapai pintu kamar, namun suara suaminya menghentikan langkah Bianca.
"Pintunya saya sudah kunci, Bia. Saya mau kamu duduk, dan kita bicara." Ucap Raka sambil tersenyum.
Bianca menghela nafas, ia memegang nampan berisi piring bekas makannya dengan erat. Ia kesal, namun tidak berdaya.
Bianca meletakkan nampan itu di meja, ia lalu kembali duduk di pinggir ranjang, namun tanpa mau menatap Raka yang ada di depannya.
Raka sendiri bangkit dari duduknya, ia lalu berjalan mendekati Bianca, namun masih memberikan jarak agar istrinya itu tidak marah padanya.
"Mas mau ngomong apa, aku nggak punya banyak waktu." Ucap Bianca tanpa mau menatap Raka.
"Memang kamu mau apa sampai nggak punya banyak waktu?" tanya Raka dengan suara yang pelan dan tenang.
Bianca menggenggam sprei ranjang dengan kuat, ia memilih untuk diam daripada emosinya tersulut.
Raka duduk di sebelah Bianca, hal itu seketika membuat Bianca langsung menoleh dan menggeser lebih jauh posisinya.
"Mas, mau ngapain?" tanya Bianca ketus.
"Mau bicara sama kamu, apalagi." Jawab Raka sambil tersenyum.
Bianca mendengus, ia bangkit lalu berpindah duduk di sofa yang ada di dekat jendela kamar.
Raka yang melihat itu hanya bisa menghela nafas. Ia merasa sangat kesulitan untuk mendekati Bianca.
"Bia, bisakah saya meminta kamu untuk jadi temannya Kiano. Kasihan dia, Bia. Dia sangat ingin main dengan maminya, apa kamu tega." Ucap Raka memulai pembicaraan.
Bianca tidak bicara apa-apa, ataupun sekedar menatap Raka.
"Bia." Panggil Raka lembut.
Bianca melipat tangannya di dada, ia lalu bangkit dan menatap Raka dengan mata berkaca-kaca.
"Nggak bisa, Mas! Kamu nggak bisa meminta aku untuk ini itu, termasuk menemani anak kamu bermain." Timpal Bianca dengan nada tinggi.
"Berapa kali aku harus mengingatkan mas soal janji kamu sendiri sebelum nikahin aku. Mas janji nggak akan pernah nuntut ini itu sama aku." Tambah Bianca semakin tinggi.
Lagi-lagi Raka hanya bisa menghela nafas. Sebisa mungkin ia berusaha untuk mengerti istrinya.
Bianca baru berusia 21 tahun, dan gadis itu pasti belum bisa menahan emosi dalam dirinya, bukan seperti Raka yang bisa mengendalikan emosinya.
"Saya tahu dan saya ingat, Bia. Saya ingat pada janji saya untuk tidak memaksa kamu, tapi sekarang saya sedang memohon agar menerima Kiano." Ucap Raka menjelaskan.
"Kiano sangat menyayangi kamu, Bia. Dia sudah sangat menanti untuk bisa bermain dengan kamu, maminya." Tambah Raka.
Bianca menggeleng tegas. "Aku bukan maminya, Mas." Balas Bianca.
"Bia." Tegur Raka dengan suara yang halus.
"Kamu maminya Kiano. Walaupun dia bukan anak kandung kamu, tapi dia anak kamu. Dia anak saya, anak kita." Lanjut Raka memperjelas.
"Nggak! Kiano adalah anak mas, bahkan anak aku ataupun anak kita. Aku nggak menerima kamu, ataupun Kiano, jadi bagaimana bisa dia disebut sebagai anak aku." Tolak Bianca dengan keras.
"BIA!!!" Raka meninggikan suaranya karena suara Bianca pun semakin meninggi.
Bianca sampai terkejut mendengar bentakan Raka, ia terdiam sesaat lalu kembali duduk dan menangis.
Raka tersadar, ia menyesal telah membentak istrinya dengan begitu keras, dan ia yakin Bianca pasti sangat ketakutan.
Raka mendekati Bianca, ia menatap istrinya yang menangis dengan perasaan sesal. Bianca pasti semakin marah, atau bahkan membencinya.
"Bia, maafkan saya. Saya nggak bermaksud untuk bentak kamu tadi." Ucap Raka lembut.
Bianca masih menangis, bahu gadis itu bergetar tanda bahwa tangisannya begitu menyakitkan.
"Bia, saya minta maaf." Ucap Raka lagi.
Bianca menyeka air matanya, ia lalu bangkit dari duduknya dan berpindah ke ranjang.
"Mas nggak perlu minta maaf, aku sadar bahwa kamu, dan orang tua aku memang tidak bisa mengerti perasaan yang aku punya. Kalian egois." Balas Bianca tanpa menatap Raka.
"Itu tidak benar, Bia. Saya selalu berusaha untuk mengerti kamu," timpal Raka menjelaskan kesalahpahaman Bianca.
Bianca menatap Raka. "NGGAK, MAS!" nada bicara gadis itu kembali tinggi.
"Mas nggak pernah berusaha untuk mengerti aku, kalo kamu mengerti aku, pasti kamu akan menolak perjodohan kita." Tambah Bianca.
"Kamu tahu kan, Mas? Kamu tahu aku mencintai pria lain, dan ingin menikah dengannya, tapi gara-gara kamu semuanya jadi hancur. KAMU EGOIS, SANGAT EGOIS!!" teriak Bianca di depan wajah Raka.
Raka hanya diam menerima cacian dan teriakan yang Bianca lontarkan. Ia akan menampung segala keluhan Bianca dan memberikan pengertian setelahnya.
Bianca membaringkan tubuhnya di atas ranjang, ia memeluk bantal dan kembali menangis.
"Saya merasa tidak salah, Bia. Saya menikahi kamu karena cinta, saya juga berjanji akan membahagiakan kamu." Ujar Raka setelah beberapa saat terdiam.
"Mungkin saya egois, tapi hal itu saya lakukan karena saya mencintai kamu. Saya merasa hanya saya lah yang memiliki cinta sebesar ini pada kamu." Tambah Raka.
"Kiano, anak itu tidak salah. Jika kamu merasa benci pada saya karena saya egois, maka tolong terima dia." Pinta Raka.
Bianca tidak bicara apapun, ia terus menangis sambil memegangi dadanya yang terasa sesak.
"Kiano menyayangi kamu sebagai maminya, jadi saya memohon agar kamu berusaha untuk membalas kasih sayang putra kita." Kata Raka lagi.
Ucapan Raka yang panjang dan terjeda-jeda sama sekali tidak ditanggapi apapun oleh Bianca. Gadis itu tetap pada posisinya.
KOMEN POSITIFNYA GUYS🤗
Bersambung........................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Nurin Kafisah Tonkyy
POSITIF 🤣🤣🤣🤭
2023-11-03
0
Ira Susana
umur Raka brp yak? 29/30 kah
2023-11-01
0
Katherina Ajawaila
thour, plases yg bisa bikin Bianca luluh hanya out thour. kita ush kesel benci liat kelakuan Bianca, out thour yg berkuasa🤭🤭🤭🤭
2023-10-18
0