Dua Minggu sudah berlalu. Kini baby Elvano sudah bisa dibawa pulang ke rumah tapi masih harus tetap melakukan check-up rutin untuk memastikan tidak ada efek samping dari operasi.
Selama baby Elvano, dirawat di rumah sakit, Julian juga sudah mengurus surat-surat untuk mengadopsi bayi yang sudah menarik hatinya dari awal.
"Apa semua urusan sudah selesai, Jul?" tanya Sarah, setelah wanita itu selesai memasukkan semua barang-barang baby Vano ke dalam tas.
"Sudah, Ma. Sekarang kita sudah bisa pulang?" Julian dengan hati-hati meraih tas perlengkapan Vano dan menyampirkan ke pundak. Setelah itu, pria itu dengan sangat hati-hati, mengangkat Vani ke dalam gendongannya.
"Nak, sini baby Vanonya biar mama saja yang gendong!"
Julian menggelengkan kepalanya dan tersenyum. "Tidak perlu, Ma. Aku bisa sendiri,"
Senyum Sarah seketika terbit dan terharu melihat putranya yang sepertinya sangat menyayangi bayi itu. Wanita paruh baya itu melihat kalau Julian sudah siap untuk menjadi seorang ayah.
"Tuan, bayinya biar saya saja yang gendong," seorang perawat yang dari tadi berada di ruangan itu, mencoba untuk menawarkan diri karena merasa tidak enak.
"Tidak perlu! kalau kamu mau membantu kamu boleh bawa tas yang ada di pundakku ini!" Ma, tolong ambilkan tas ini dan kasih ke perawat itu!" seakan tidak mau disentuh oleh sang perawat, Julian meminta Sarah yang mengambil tas dari pundaknya.
"Ayo, Ma, kita keluar sekarang!" Julian mengayunkan kakinya, melangkah keluar disusul oleh Sarah dan perawat dari belakang.
"Oh ya, Ma, bagaimana dengan pengasuh yang aku katakan itu? apa sudah ada kabar dari yayasannya?" tanya Julian tanpa menghentikan langkahnya.
"Sudah, tapi mama membatalkannya, karena kata mbok Sumi, sahabatnya Shasa anaknya mau jadi pengasuh, mungkin sekarang sudah ada di rumah,"
Julian sontak menghentikan langkahnya, dan menoleh ke arah mamanya dengan alis yang bertaut.
"Bukan dari yayasan,apa Mama yakin. pengasuh itu mampu? aku tidak mau baby Vano sampai kenapa-kenapa kalau pengasuh itu belum memiliki pengalaman. Apalagi mama tahu sendiri kalau baby Vano masih dalam pantauan dokter," Julian benar-benar terlihat keberatan.
"Sudahlah, Nak, dari yayasan pun belum tentu benar walaupun mereka sudah mendapatkan pelatihan. Mama lebih percaya pada pilihan mbok Sumi. Kamu tahu sendiri kan kalau mbok Sumi sudah bekerja di keluarga kita dari kamu bayi? jadi tidak mungkin dia merekomendasikan orang yang salah," tutur Sarah, dengan bijak.
Julian akhirnya menghela napas dengan pasrah dan menganggukkan kepalanya.
"Ya udah, aku ikut kata mama saja," pungkas Julian sembari kembali melanjutkan langkahnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sementara itu di kediaman mewah milik Julian, tampak Ayara berkali-kali melihat ke arah pintu. Wanita itu benar-benar tidak sabar untuk menunggu kedatangan Julian dan mamanya yang katanya hari ini akan membawa baby Vano putranya pulang.
Ya, Ayara yang akan menjadi pengasuh Elvano. Wanita itu begitu bahagia ketika mendapat informasi kalau Julian mencari seorang pengasuh, makanya dengan semangat dia memohon pada Sumi mamanya Shasa untuk merekomendasikan dirinya pada Sarah mamanya Julian.
"Ayara, nanti kamu jangan bersikap berlebihan! bisa-bisa nanti mereka akan curiga. Jadi, Bude harap kamu bersikap seakan-akan kamu tidak memiliki hubungan apapun dengan baby Elvano,"
Ayara menganggukkan kepala, mengiyakan ucapan mbok Sumi.
"Iya, Bude. Aku akan berusaha untuk tidak terlalu bersikap emosional saat melihat anakku nanti," ucapnya, menyanggupi.
"Baguslah. Bude percaya sama kamu. Sekarang, sebaiknya kamu duduk dulu dengan tenang. Mereka mungkin sebentar lagi juga akan sampai, karena tadi Ibu Sarah sudah menghubungi Bude, kalau mereka sedang dalam perjalanan. Bagaimana dengan kamar yang akan ditempati Vano? kamu sudah selesai bersihkan belum?"
"Bude, tenang saja. Semuanya sudah beres. Aku sangat senang, Bude, karena Julian, memberikan kamar yang sangat bagus untuk putraku." mata Ayara terlihat berembun karena sedang menahan tangis akibat rasa haru yang dia rasakan, mengingat putranya yang sepertinya akan mendapatkan kasih sayang yang tulus dari keluarga ini.
Pembicaraan kedua wanita berbeda usia itu tiba-tiba terhenti, karena dialihkan dengan bunyi pintu pagar yang digeser.
"Itu, sepertinya mereka sudah pulang!" seru Ayara sembari berdiri dari tempat dia duduk dan langsung beranjak menuju pintu.
Benar saja, tampak sebuah mobil mewah memasuki area pekarangan rumah Julian. Kemudian setelah berhenti dengan sempurna, tampak Julian keluar dari dalam mobil dengan tangan yang menggendong baby Elvano.
"Bude, mereka sudah datang. Apa yang akan aku lakukan sekarang?" Ayara terlihat mondar-mandir tidak tenang. Sepertinya dia benar-benar gugup. Jantung wanita itu kini benar-benar sudah tidak bisa diajak kompromi.
"Kamu yang tenang, Ayara, berusahalah untuk bersikap biasa. Bude ke sana dulu untuk membantu membawa tas. Kamu ke dapur dulu, untuk menenangkan diri. Nanti kamu keluar kalau aku panggil!" Ayara menganggukkan kepalanya dan melangkah menuju dapur sementara Sumi langsung menghambur keluar menghampiri majikannya.
"Sini tasnya biar aku saja yang bawain!" Sumi dengan sigap langsung meraih tas dari tangan Bambang yang memang sudah berinisiatif untuk membantu membawa tas ke dalam.
"Mbok, apa pengasuhnya sudah ada di dalam?" tanya Sarah memastikan setelah mereka sudah masuk ke dalam rumah.
"Sudah, Bu!"
"Tolong Mbok panggilkan dia!" Sumi menganggukkan kepalanya dan beranjak ke dapur untuk memanggil Ayara.
"Ayara, ayo aku kenalkan pada Bu Sarah dan Tuan Julian!" Ayara menganggukkan kepalanya dan berjalan ke arah Mbok Sumi.
"Ingat, jangan bertingkah berlebihan yang membuat mereka curiga. Kamu sanggup kan?" Sumi mengingatkan kembali.
"Aku gugup,Bude! lihat tanganku sampai dingin begini. Kakiku juga gemetaran!"
benar saja, ketika Sumi menyentuh tangan Ayara, sangat terasa kalau telapak tangan wanita itu sangat dingin. Kaki wanita itu juga terlihat gemetar, saking gugupnya.
"Coba kamu tarik napas dulu dalam-dalam dan keluarkan kembali. Lakukan berkali-kali sampai kamu merasa sudah tenang. Karena tidak mungkin bude membawa kamu dalam keadaan tidak tenang seperti ini."
Ayara pun melakukan apa yang diminta oleh Sumi. Wanita itu menarik napas dalam-dalam dan mengembuskan kembali keluar. Ia melakukannya berulang kali, sampai dia merasa kalau rasa gugupnya sudah stabil.
"Bude, aku sudah siap!"
"Kamu yakin?" tanya Sumi memastikan dan Ayara menganggukkan kepalanya dengan mantap.
"Baiklah kalau begitu! ayo sekarang kamu ikut bude!" Sumi melangkahkan kakinya dan Ayara mengekor dari belakang.
"Bu Sarah,Tuan Julian, ini pengasuh yang aku maksud, namanya Ayara!"
Sarah dan Julian sontak menoleh ke arah Ayara yang membungkukkan badannya ke arah dua orang itu. "Halo Bu, Tuan! perkenalkan,namaku Ayara!" suara Ayara bergetar karena wanita itu, seketika kembali gugup.
Melihat kehadiran Ayara, Julian sontak menatap wanita itu dengan mata yang memicing seperti sedang menyelidik. Tatapan Julian yang seperti itu tentu saja membuat Ayara semakin gugup.
"Apa dia mengingatku?" bisik wanita itu pada dirinya sendiri.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Truely Jm Manoppo
Ayara ... jangan gugup, srmangattt 💪💪💪
2023-12-09
0
༄༅⃟𝐐Shanum🎀
semangat Ayara 🤗🤗
2023-09-28
0
QQ
Typo diakhir ya Thor *Vano menjadi *Vani 🙏
2023-02-12
1