"Apa dia mengingatku?" bisik wanita itu pada dirinya sendiri.
Ayara menundukkan kepalanya, benar-benar merasa gugup dan takut melihat tatapan Julian padanya.
"Apa kamu benar-benar bisa merawat bayi?" tanya Julian, penuh selidik. Karena menurutnya wanita yang akan menjadi pengasuh baby Elvano itu masih terlihat sangat muda, dan dia yakin sama sekali belum berpengalaman.
"Ya-yakin, Tuan!" jawab Ayara dengan suara lirih.
"Jawab dengan tegas! Yakin atau tidak yakin?" suara Julian sedikit meninggi, dan penuh penekanan hingga membuat Ayara terjengkit ketakutan.
"Yakin, Tuan!" sahut Ayara dengan suara yang masih pelan, tapi lebih baik dibandingkan dengan yang sebelumnya.
"Kamu bisa lebih tegas sedikit gak sih?"Julian mulai sudah tidak bisa menahan kesalnya, karena menurutnya Ayara terlalu lemah untuk dipercayakan mengasuh baby Elvano.
"Julian, bagaimana dia bisa tegas kalau cara kamu bertanya semenakutkan itu? Tentu saja dia takut," Sarah akhirnya buka suara memberikan teguran buat putranya itu.
Julian akhirnya terdiam, menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya kembali ke udara.
"Baiklah, aku akan mencoba untuk percaya ke kamu, karena kamu pilihan Mbok Sumi. Jadi, berterima kasihlah padanya!" kini suara Julian sudah mulai melembut, tapi tetap saja tidak bisa menyembunyikkan ketegasan yang terselip di balik ucapannya itu.
"Baik, Tuan!" sahut Ayara sembari membungkukkan tubuhnya.
"Baiklah, sekarang aku mau kasih tahu kamu. Ini anakku, namanya Elvano Virendra Pradipta. Kamu bisa panggil dia baby El, Vano, terserah kamu!" jelas Julian yang sepertinya menambahkan nama tengah pada baby El dan sekaligus menyematkan nama besar keluarganya.
"Baik,Tuan," Ayara menjawab Julian dengan mata yang menatap penuh kerinduan pada bayi yang ada di gendongan Julian.
"Kamu pasti sudah mendengar dari Mbok Sumi, kalau baby Vano baru saja selesai melakukan operasi karena jantungnya bocor. Dia memang sudah bisa dibawa pulang, tapi dia masih perlu pantauan dokter. Jadi aku, harap kamu lebih ekstra hati-hati merawatnya. Jangan sampai terjadi apa-apa. Setiap kamu ingin menyentuhnya, pastikan tangan dan tubuhmu dalam keadaan bersih dan steril!" tutur Julian, yang terdengar seperti seorang dokter.
Mendengar semua perkataan Julian yang sangat tidak menginginkan ada hal buruk terjadi pada baby Vano, membuat ada rasa bahagia dan haru yang timbul di hati Ayara. Wanita itu merasa tidak terlalu merasa bersalah memberikan anaknya itu pada Julian, papa kandung baby Vano.
"Apa kamu mendengar semua yang aku katakan?" tanya Julian dengan kening bertaut, dan wajah datar.
"De-dengar, Tuan!" sahut Ayara yang seketika kembali gugup.
"Jadi, kenapa kamu dari tadi tidak menanggapu penjelasanku?" nada bicara Julian terdengar semakin dingin.
"Ma-maaf, Tuan!" atmosfer di ruangan itu benar-benar terasa menegangkan bagi Ayara. Wanita itu merasa seperti sedang diinterogasi karena sudah melakukan kesalahan.
"Sekali lagi kalau aku bertanya, kamu harus jawab dengan tegas. Aku benar-benar tidak suka cara kamu menjawab tadi. Untuk bisa jadi pengasuh putraku, kamu tidak boleh lemah!"
Ayara menganggukan kepalanya, menyanggupi apa yang dikatakan oleha Julian.
"Ya udah,sekarang kamu bawa baby Vano ke dalam kamarnya! Kamu sudah tahu di mana kamarnya kan?"
"Sudah, Tuan!" sahut Ayara, lugas.
"Emm,apa kamarnya sudah kamu bersihkan dan sudah steril?" Ayara menganggukan kepalanya dengan mantap. "Sudah juga, Tuan!"
"Bagus! Sekarang kamu gendong putraku dan bawa dia ke kamarnya!" Julian menyodorkan bayi yang ada di dalam gendongannya ke arah Ayara yang tentu saja dengan cepat menyambut baby Vano. Namun, tiba-tiba Julian menarik kembali baby Vano ke arahnya. "Haish, kenapa lagi ini orang? kenapa anakku ditariknya kembali?" batin Ayara yang mulai kesal dengan sikap Julian.
"Apa tangan kamu bersih?" tanya Julian memastikan.
"Astaga, ternyata hanya gara-gara itu!" mendadak Ayara ingin mengumpat pria di depannya itu, tapi dia masih berusaha menahannya.
"Sudah, Tuan! Tadi aku sudah mencuci tangab dan juga sudah menyemprotkan tanganku dengan hand sanitaizer pemberian bude Sumi,"
"Bagus kalau begitu! Nih, aku serahkan baby Vano ke kamu, tolong bawa ke kamarnya!" kali ini Julian benar-benar memberikan baby Vano ke tangan Ayara.
Dengan tangan yang sedikit bergetar dan mata yang berkaca-kaca, Ayara pun menerima bayi itu. Ingin rasanya dia mendekap erat putra yang sangat dirindukannya itu dan memberikan ciuman yang bertubi-tubi. Namun sebuah cubitan kecil yang datang dari Sumi, menyadarkannya untuk tidak melakukan hal itu.
Kemudian Ayara mulai mengayunkan kakinya melangkah menuju kamar yang sudah disiapkan untuk baby Vano.
"Mbok Sumi, bisa tidak Mbok mencarikan wanita sehat yang bisa menjadi pendonor ASI untuk baby Vano? Karena kata dokter, itu bisa mempercepat pemulihannya."
Ayara sontak berhenti melangkah, begitu mendengar ucapan Julian barusan. Wanita itu kemudian berbalik dan kembali menghampiri Julian dan Sarah mamanya.
"Maaf, Tuan bukan bermaksud menguping, tadi aku mendengar Tuan ingin mencari wanita yang mau mendonorkan ASInya, kalau Tuan berkenan,biar aku saja yang memberikan ASI ku padanya,"
Julian dan Sarah sontak terkesiap kaget mendengar ucapan Ayara.
"Kamu ... Kamu mau memberikan ASI? Bagaimana bisa kamu memberikan ASI, sementara kamu belum punya anak? Tolong jangan bercanda, karena hal ini tidak pantas dijadikan sebagai bahan candaan!" tegas Julian, sulit untuk percaya.
"Tapi, aku sama sekali tidak bercanda, Tuan! Sebenarnya aku baru saja kehilangan anakku yang masih bayi dan aku diceraikan oleh suamiku. Jadi, aku masih punya ASI yang banyak, dan setiap hari aku pompa," ucap Ayara, terpaksa berbohong. "Daripada mubazir, biar saja aku yang menyusui baby Vano," imbuh Ayara lagi yang kali ini bicaranya sangat lancar.
Tanpa sadar mata Julian langsung mengarah ke arah dada Ayara yang tampak sekal. Pria itu bahkan sampai menelan ludahnya sendiri begitu melihat ada sedikit bercak air yang membasahi tepat di area tombol kecil, yaitu bagian yang sering diemut bayi kalau sedang minum susu.
Menyadari tatapan Julian yang mengarah ke dadanya, Ayara sontak mengangkat tubuh baby Vano sedikit lebih tinggi, menutupi area yang sedang dilihat oleh pria itu.
Melihat tindakan Ayara, sontak membuat Julian berdeham dan melihat ke arah lain.
"Sial, kenapa aku merasakan ada sesuatu yang bergejolak melihat dada pengasuh itu.Kenapa Otakku jadi kotor begini. Biasanya aku tidak terlalu peduli dan tidak tertarik, walaupun banyak wanita yang dengan sengaja berpakaian seksi sambil menunjukkan benda kembar mereka yang seperti ingin melompat keluar di depan mataku. Tapi aku sama sekali tidak tertarik,". Julian menggerutu di dalam hati.
"Bagaimana, Tuan?" Ayara kembali bersuara, mengembalikan kesadaran Julian dari pikiran kotornya.
"Ba-baiklah. Tapi,sebelumnya, kesehatanmu perlu diperiksa dulu. Aku tidak mau anakku mendapat ASI dari wanita yang tidak sehat," pungkas Julian akhirnya menyetujui.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Truely Jm Manoppo
good job mama Ayara ... pasti baby El cepat sehat.🥰🥰🥰
2023-12-09
0
༄༅⃟𝐐Shanum🎀
papa Jul 🤣🤣🤣🤭🤭
2023-09-28
0
Natha
Julian mau ikutan nyusu juga, biar keingat kejadian satu malam bersama Ayara 🤣🤣🤣
2023-03-07
4