Pertemuan yang menghabiskan nyaris dua jam dengan hasil yang cukup memuaskan bagi Weini. Akhirnya ia bisa tertawa penuh kemenangan setelah mengembalikan pemberian dari pria arogan itu. Weini berbaring di atas kasur sembari meregangkan kekakuan otot yang sudah beraktivitas sepanjang hari. Kesan pertama dari pria arogan itu memang cukup menjengkelkan, tetapi saat bertemu lagi, Weini merasa pria itu tidak seburuk prasangkanya. Ia cukup sopan dan tegas namun bisa mengalah. Nyatanya ia enggan memperpanjang masalah lagi dan beralih topik membahas pekerjaan setelah Weini mengembalikan uangnya.
“Arrrrgghhhh… kenapa mikirin dia mulu.” Weini menepuk jidat. Sesuatu mulai mengerrorkan otaknya.
“O ya, kenapa aku belum tahu namanya? Dia bahkan sudah memanggil namaku.” Jidat yang tidak bersalah itu kembali ditepuk-tepuk si empu.
Haris berdiri di depan kamar Weini sejak tadi, namun ia mengurungkan niat untuk mengetuk pintu. Satu keistimewaan Haris yang tidak diketahui Weini adalah kemampuannya membaca pikiran orang. Tanpa perlu
diceritakan, Haris sudah tahu ada seorang pria yang sedang mengusik hati Weini. Terlalu dini disebut cinta, tapi juga terlalu dangkal dianggap perasaan biasa.
Tok tok tok… “Weini, makan malammu keburu dingin jika kau masih bertapa dalam kamar.”
Weini tergugah mendengar suara familiar itu. Jika ia tidak segera keluar, Haris pasti semakin meledeknya. Ia beranjak dari kasur dan membuka pintu.
“Aku datang Tuan besar. Hehe…”
Haris menyambut candaan Weini dengan senyuman. Gadis di depannya sudah mulai merasakan ketertarikan kepada lawan jenis. Itu artinya Haris semakin tua, jika suatu hari Weini menikah, ia akan tercampakkan oleh
pria baru yang akan melindunginya. Pikiran Haris ternyata tidak jauh aneh dengan Weini. Keduanya tersenyum sembari berjalan menuju dapur.
“Wah, kau masak enak lagi hari ini.” Seporsi kepiting asam manis dan sup jagung yang masih hangat tersaji di hadapan Weini. Ia berkali-kali menelan ludah saking tergiurnya. Tanpa dikomando, piring yang tertata di sebelah magic com berpindah ke tangan Weini. Eksekusi makanan enakpun dimulai.
“Selamat makan.” Suara kelaparan yang sangat bersemangat dilontarkan Weini.
“Selamat makan.” Haris menyahutnya sembari meraih remote TV. Ini saatnya menyaksikan hasil kerja keras Weini setiap hari. Haris tidak akan melewatkan tayangan perdana sinetron yang dibintangi gadis di hadapannya itu.
Weini terlalu sibuk mengupas cangkang kepiting hingga tidak memperhatikan layar TV led 21 Inch itu memuat tayangan dirinya.
Frans gue mohon jangan tinggalin gue kayak gini. Gue masih cinta sama lu hiks. Haris sengaja membesarkan volume TV saat kemunculan peran Weini. Ia begitu terkesima menyaksikan acting memukau Weini. Sebaliknya,
napsu makan Weini menurun drastis ketika menyadari suaranya di TV.
“Pak Haris plis, pindah chanel.” Pinta Weini, ia betul-betul mules karena tayangan itu.
“Loh ngapain? Ini bagus kok, actingmu alami. Cantik lagi.” Haris tak memerdulikan Weini, ia tetap setia menonton.
Ini sangat memalukan. Aku nggak terbiasa lihat diriku sendiri di TV. Weini terpaksa memutar kursinya membelakangi meja makan. Ia menghindari tatapan mata ke arah layar bergambar itu. Lebih baik punggungnya
saja yang menonton daripada selera makannya hilang.
***
Langit malam begitu cerah dalam taburan berjuta bintang. Xiao Jun memutuskan pulang lebih awal dari biasanya. Setelah Weini meninggalkan kantornya, tak lama iapun menyusul beranjak dari situ. Sejak datang ke Jakarta, ia belum berkunjung ke tempat lain selain kantor dan mal yang tak jauh dari kantor. Padatnya lalu lintas menghilangkan gairah travelingnya. Terlebih ia harus lebih berkonsentrasi melatih kemampuan sihirnya.
“Paman, apa kau tahu kabar kedua kakakku?”
Lau tengah menonton sinetron yang dibintangi Weini di ruang tengah. Xiao Jun tidak mengamati aktivitas pengawalnya saat itu sehingga ia diacuhkan. Xiao Jun beranjak dari kursi rotan panjang yang sering ia gunakan untuk rebahan dan menghampiri Lau.
“Eh…” Xiao Jun terkesiap melihat wajah gadis di layar TV. Dia lagi dia lagi. Baru beberapa jam ia bertemu gadis itu, sekarang wajah manisnya muncul kembali.
“Paman” Xiao Jun mencoba memecah konsetrasi Lau yang tersihir Weini.
Lau menyadari keberadaan Xiao Jun di sampingnya. Ia segera berdiri dan memberi hormat. “Maaf Tuan, saya tidak fokus.”
“Gadis itu lagi.” Xiao Jun menonton adegan Weini di bandara. “Jadi dia bertemu kita saat sedang kerja di sana.”
“Sepertinya begitu tuan.”
“Lupakan dulu lah. Paman, apa kau tahu kabar kedua kakakku?” Xiao Jun duduk di sofa dan mempersilahkan Lau duduk di sampingnya. Mengobrol dalam keadaan santai lebih menyenangkan ketimbang bersikap formal.
“Setahu saya Tuan besar mengirim mereka ke sebuah kota kecil di pinggiran, namun mereka mendapatkan hidup yang layak dan pendidikan. Ada apa tuan menanyakannya?”
“Belakangan ini aku sering mimpi suara seorang perempuan memanggil nama kecilku. Suara itu tidak terasa asing namun entah siapa. Aku khawatir itu firasat bahwa terjadi sesuatu pada kakakku.” Tangan Xiao Jun menutupi dagu, ia berpikir keras memecahkan misteri mimpi aneh itu. Hanya Lau yang bisa dijadikan tempat berbagi pikiran dengan aman.
“Apa anda ingin saya meminta bantuan pada pihak lain untuk menyelidikinya?” Lau mampu melakukan itu, namun semua harus dengan persetujuan dari majikannya. Ia mempunyai mata-mata yang sangat professional dan bisa dipercaya. Li San bahkan tidak mengetahui organisasi rahasia di bawah naungan Lau.
“Iya, tolong lakukan untukku. Pastikan tuan besar tidak mengetahuinya, atau kita akan celaka.”
“Atas perintahmu, Tuan.” Lau menerima tugas baru. Ini kode ia kembali mencari pasukannya.
Wajah Weini masih menghiasi layar kaca di hadapan Xiao Jun. Setelah obrolan serius dua pria beda generasi itu berakhir, mereka melanjutkan kembali tontonan itu. Adegan Weini mengejar seorang pria tampan dengan berurai air mata sukses memancing emosi Xiao Jun. Ia tidak nyaman melihat Weini sedekat itu dengan seorang pria meskipun semua itu hanya sandiwara.
“Dia tinggal di mana?” Xiao Jun terpancing rasa penasaran terhadap Weini. Ia ingin tahu lebih dan lebih tentang gadis cantik itu.
“Maksud tuan, nona Weini? Saya akan mencari tahu untuk anda.” Lau menahan tawa, ia sangat gembira akhirnya tuan muda yang begitu tertutup itu mulai tertarik pada seorang gadis. Umpan yang ia berikan pun nampaknya berhasil, Xiao Jun tidak menyadari bahwa ia sengaja menyetel saluran televisi yang menayangkan sinetron perdana Weini.
“Oke. Seperti biasa, lakukan secara rahasia.” Xiao Jun memberikan perintah resmi. Lau sangat berkompeten dalam hal mengumpulkan informasi seseorang. Hanya sekelas gadis biasa tentu bukan masalah besar baginya.
Jangankan alamat, saya akan bantu tuan menyadari perasaan anda. Hmmm…
***
Apa yang digariskan untukmu, tak peduli kau siap atau tidak, pasti akan menghampirimu.
__ Quote Of Lau__
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 553 Episodes
Comments
Den Lina
kangen saga sama han.
2021-02-10
0
Den Lina
huaaaa
2021-02-10
0
Puan Harahap
keren
2020-09-25
0