Segala sesuatu yang terjadi terasa wajar, kecuali kau mengingkarinya! Namun takdir yang menyedihkan
itu, apakah wajar bila harus menerimanya dengan ikhlas?
***
Aula kediaman Li didatangi oleh anak dan istri Wei yang masih polos. Mereka belum tahu apa yang telah menimpa pria malang itu. Liang Jia bahkan tak sanggup menatap wajah-wajah lugu itu, terlebih putra dan putri Wei yang menjadi anak yatim karena melindungi Yue Hwa.
“Terima hormat kami tuan besar Li.” Nyonya Wei berlutut memberi hormat diikuti oleh anak-anaknya.
“Xin Er, kamu harus tahu bahwa Wei telah lancang mengkhianatiku dan pantas mendapat hukuman mati.” Li
San dengan lantang menggertak wanita sederhana beserta anak-anaknya yang masih di bawah umur.
“Ampun Tuan besar. Hamba mohon ampun!” Xin Er bersujud hingga membenturkan kepalanya ke lantai memohon
belas kasih. Ia berharap anak-anaknya tidak terserat hukuman yang mengenaskan.
“Menimbang jasa dan bakti yang telah dilakukan leluhur Wei di masa lalu, aku hanya bisa meringankan hukuman, namun kalian akan tetap dihukum seumur hidup!” Sebuah papan keputusan dilempar kea rah Xin Er. Pertanda ia akan divonis hukuman yang sangat berat.
“Mengapa kami yang masih kecil harus dihukum? Bukankah aku tidak melakukan apapun selain belajar dan mengusili saudaraku? Apa itu salah?” Tiba-tiba suara seorang anak kecil memecah ketegangan. Nampaknya ia tidak memahami kondisi rumit yang melanda ibu dan dirinya.
“Kau… bocah lancang! Siapa namamu?” Jemari Li San menunjuk kepada bocah itu.
“Hamba Wei Li Jun.” Singkat dan acuh jawaban dari putra bungsu Wei itu mengusik hati Li San. Perasaannya
langsung tertarik pada keberanian anak itu.
“Berapa usiamu? Kau tidak diajarkan sopan santun sehingga berani selancang itu!” cecar Li San.
“Ampunilah anak hamba Tuan Besar! Ini salah hamba yang tidak mendidiknya. Hamba siap menerima hukuman.” Xin Er kembali membenturkan kepala ke lantai hingga tubuhnya roboh.
Li Jun segera berlari memeluk ibunya. Sedangkan saudaranya yang lain tidak berkutit dan hanya menunduk takut dengan kaki bersujud.
“Hmm… nyalimu cukup besar bocah! Aku sudah mengambil keputusan untuk hukuman yang tepat untuk kalian.”
Liang Jia yang sedari tadi bungkam langsung terkesiap, mata dan hidungnya sudah memerah oleh derasnya air mata. Ia terus menyalahkan dirinya yang lemah dan tidak punya posisi menguntungkan untuk melawan kehendak Li San.
“Atas kejahatan berat yang dilakukan oleh Wei Ming Fung, hukuman mati pantas ia dan keluarganya terima.
Xin Er dihukum menjadi pembantu di keluarga Li seumur hidup. Anak-anaknya akan dikirim ke perbatasan kota dan diasingkan, kecuali Wei Li Jun.” penasihat Li San membacakan surat keputusan.
Xin Er segera bersujud memohon ampun untuk anak-anaknya. Memisahkan ibu dan anak yang masih kecil sungguh tidak sanggup ia terima.
“Tuan Li, mohon kemurahan hati anda untuk menimbang kembali nasib anak-anak mereka.” Liang Jia ikut bersujud sehingga membuat Li San terkejut. Wanita terhormatnya harus merendahkan diri memohon pengampunan bagi keluarga pengawal setianya. Tangan Li San mengepal keras, wanitanya sungguh keras kepala.
“Aku mengirim mereka ke kota perbatasan untuk menjadi budak. Jika suasana hatiku bagus, kelak aku akan
pertimbangkan lagi. Memberi kalian kesempatan hidup, seharusnya kalian bersyukur, bukan malah menuntut!” ucapan Li San membuat seisi ruangan hening.
“Terima kasih Tuan besar” Xin Er terpaksa menerima semua kenyataan pahit itu. Tidak ada daya lain lagi, setidaknya anak-anaknya masih diberi kesempatan hidup.
“Lalu hamba tinggal di sini sebagai apa? Membantu ibu sebagai pembantu kah, Tuan besar?” Li Jun
mengajukan pertanyaan yang tepat. Semuanya belum tahu atas dasar apa Li Jun diistimewakan.
“Mulai sekarang kau tinggal di rumah ini sebagai anakku!” Li San beranjak dari duduk sekaligus mengakhiri eksekusi saat itu. Tanpa memperhatikan ekspresi wajah seluruh orang yang berada di aula, ia melangkah pergi tanpa sepatah kata lagi.
***
Takdir ini apakah sedang mempermainkanku? Kemarin Yue Hwa masih bersamaku, putri yang malang itu entah bagaimana nasibnya sekarang? Kini seorang anak laki-laki Wei masuk dan menggantikan posisi Yue Hwa sebagai anak. Bagaimana aku menerima kenyataan ini?
Aroma dupa penenang yang dinyalakan dalam kamar rupanya tidak mampu menenangkan pikiran Liang Jia. Enam
tahun ia berusaha memberikan keturunan lagi pada Li San, namun harapan itu tak kunjung jadi datang. Taruhannya adalah nyawa Yue Hwa, ia pikir waktu enam tahun bisa menumbuhkan rasa sayang ayah pada putri kandungnya. Ternyata dugaan itu meleset, opsesi Li San memiliki anak laki-laki tidak terbendung. Lalu mengapa ia begitu mudah mengangkat Li Jun sebagai anak?
Putra bungsu Wei yang baru mereka kenal semalam, bisa mencuri perhatian Li San pada pertemuan pertama. Jika ia tahu Li San tertarik pada anak itu, kenapa tidak terpikir sejak dulu untuk mencari anak angkat? Pasti tragedi ini tidak akan terjadi pada Yue Hwa. Tanpa Wei di sampingnya, mungkin ia juga tidak mampu bertahan hidup. Semakin
Liang Jia memikirkannya, ia makin tidak kuat menerima kenyataan. Beban itu terlalu berat ia pikirkan dan tubuhnya seketika ambruk ke lantai.
***
Semua terasa bagai mimpi yang tak berujung. Anak laki-laki yang baru berusia tujuh tahun bisa melontarkan keberaniannya sehingga menggugah hati pria berdarah dingin dan menjadikannya anak. Li San mantap dengan keputusannya mengadopsi Li Jun, bahkan kelak harta dan kekuasaannya akan ia limpahkan pada anak itu.
“Terimalah hormatku, Tuan besar.” Li Jun berlutut ketika melihat kedatangan Li San ke kamarnya.
“Bangunlah anakku. Kemarilah kita bahas sesuatu.” Li San mengisyaratkan agar anak itu tidak berlaku formal
lagi padanya.
Li Jun hanya terdiam. Ia paham betul bahwa segala tindak tanduknya mungkin bisa berpengaruh bagi ibu dan
saudaranya. Tidak melakukan kesalahan adalah strategi teraman untuk bertahan.
“Berapa usiamu sekarang?”
“Tujuh Tahun, Tuan besar.” Li San langsung menepuk mulutnya. Ia salah bicara dan itu bisa
mengundang amarah pria bertubuh besar itu.
“Mulai sekarang panggil Ayah padaku. Dan namamu adalah Li Xiao Jun, putra dari Li San Jing. Kamu harus
paham statusmu. Tidak peduli bagaimana masa lalumu, kamu harus segera beradaptasi.”
Senyuman getir tersungging dari sudut bibir kecil Xiao Jun, dengan segala hal yang baru ia harus bisa mengambil kesempatan untuk menyelamatkan ibu dan saudaranya. Mengorbankan seluruh masa kecilnya untuk dewasa sebelum waktu, apapun itu akan ia lakukan agar bersatu kembali dengan keluarga aslinya.
“Terima Kasih, Ayah!”
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 553 Episodes
Comments
Novelable uwwu
ini cerita bagus bgt tp yg baca br dikit..tp klo cerita nya berbau ceo koq ribuan ya yg baca..keren thor aq padamu..cmungudd
2021-02-01
0
ideyco
bapaknya sakit jiwa
2020-12-26
0
mareta cahya
gils, smpe terobsesinya sma anak laki". tanpa ada perempuan lu jg g ada didunia ini
2020-09-21
14