Jika ini hanya mimpi, tolong jangan bangunkan aku!
Jika ini kenyataan, tolong biarkan aku terus memilikinya.
__ Quote of Xiao Jun__
***
Suasana kelas pagi mulai dipadati kehadiran siswa satu persatu tanpa terkecuali harus dilakoni Weini. Ia tidak punya banyak pilihan selain bertahan dengan keadaan membosankan itu. Metta dan dua orang gengnya masuk ke ruang kelas dengan tawa yang lebih mirip jeritan kunti.
Cih…Weini menggumam dalam hati. Rasa geli dan lucu bercampur aduk saat melihat rombongan cewek manja itu datang.
Ekor mata Metta menangkap sosok yang ia benci. “Tumben hantu itu nongol sepagi ini.” Metta menyindir Weini yang duduk dengan tenang di kursinya sambil membaca buku pelajaran.
“Pamali atuh manggil hantu sama orang yang masih hidup.” Sela Sisi yang merasa panas mendengar sahabatnya dibully. Ia belum sempat meletakkan tasnya di meja namun sudah mulai memercik hawa pertengkaran.
“Eh gue nggak ngomong sama lu!” Metta menghardik Sisi. Ia dan dua rekannya mendekati meja Sisi. Sementara itu Weini masih menyimak mereka dalam diam.
“Trus? Gue harus diam gitu denger lu ngatain temen gue seenak jidat lu, HAH!” Sisi naik pitam. Ia berteriak lebih kencang dari gertakan Metta. Selama ini Weini dan dia selalu diam jika diusili cewek resek ini. Namun sikap diam itu semakin membuat Metta ketagihan mengusik mereka.
“Wow… lu udah berasa jadi jagoan? Udah pandai bicara sekarang!” Metta menarik kerah kemeja putih Sisi. Kedua rekan Metta mengepung Sisi sembari berkacak pinggang.
Weini mengepal tangan dengan kuat, kesabarannya mencapai puncak terakhir. Sisi berkorban untuk melindungi dirinya, dan ini kali pertama ia melihat gadis lincah itu pasang badan. Ia berjalan cepat menyelamatkan Sisi dari kerumunan gadis kekanakan. Kelas mulai dipenuhi orang-orang kepo yang hanya berani menonton tanpa berniat menolong.
“Auuwwwww” Metta menjerit keras. Kerah bajunya ditarik seseorang dari belakang sampai mencekik lehernya. Ia gelagapan saking tidak nyaman dan spontan melepaskan Sisi. Tangan Metta berusaha meraih sumber tenaga
yang mencekiknya namun ia tidak sekuat itu. Kedua rekan Metta mengerubuni Weini, namun bisa didorong oleh Weini dengan satu tangan kosong.
Sisi terkejut melihat perlawanan Weini. Darimana gadis itu mendapatkan kekuatan super hingga bisa mengangkat kerah baju Metta dengan satu tangan lalu mendorong jatuh dua cewek dengan tangan satunya? Ia malah bersorak girang menyuarakan nama Weini. Konyolnya penonton lainnya ikut memberi support pada Weini.
Weini melepaskan cengkeramannya pada Metta. Gadis sombong itu tersengal-sengal mengatur napas sambil terbatuk-batuk. “Berani lu lawan gue!!!”
“Apa yang kamu tabur, itu yang dituai. Kamu yang mulai kan, aku cuman ngerespon apa yang lakukan. Kalau kamu gitu lagi, aku nggak segan buat balas.” Weini tersenyum penuh kemenangan. Tak peduli berapa pasang mata yang menatap kagum, benci, atau takut.
***
Lau mengamati tuan mudanya yang sangat gila bekerja. Hampir seminggu bos kecilnya lembur di kantor sendirian. Ia pun kerap membawa pulang kerjaannya dan memeriksa sekian banyak berkas laporan hingga larut
malam. Sebagai seorang pengawal pribadi atau pelayan khusus Xiao Jun, ia telah memerhatikan tumbuh kembang dan perubahan Xiao Jun kecil dan remaja. Tuan muda, kau sudah dewasa.
“Paman masuklah! Berapa lama kau mau berdiri di situ?” Xiao Jun merasakan kehadiran Lau sekitar sepuluh menit lalu. Pria paruh baya itu tidak juga masuk ke ruangannya malah melamun di balik pintu.
“Ehem… permisi Tuan muda.” Lau salah tingkah dipergoki Xiao Jun. Ia bergegas masuk dan menyerahkan hasil seleksi model iklan. Ada beberapa kandidat unggul yang dikirimkan production house rekanan perusahaannya.
“Sudah ada hasilnya soal bintang iklan?” Tebakan jitu Xiao Jun. Ia sudah tahu maksud kedatangan Lau dan tak sabar melihat berkas yang ia bawa.
“Betul tuan. Ada beberapa calon yang bagus, namun sebaiknya anda yang menentukan pilihannya. Rekaman casting beserta CV artis juga disertakan untuk anda seleksi.”
Xiao Jun segera mengambil kepingan DVD dan memutarnya di laptop. Ia mengambilnya secara acak tanpa melihat nama dalam berkas. “Hmmm… Lumayan.” Ia mempercepat tayangan untuk melihat artis berikutnya.
“Eh…” Wajah yang tidak asing ini terpampang jelas dari layar laptop. Xiao Jun tersenyum kecil melihat gadis berpostur tinggi langsing sedang memperkenalkan diri.
“Paman coba lihat ini.” Xiao Jun mengajak Lau memastikan bahwa gadis itu adalah orang yang ia kenal beberapa hari lalu.
“Ah, gadis handphone.” Lau tersenyum melihatnya. Sungguh sebuah kebetulan yang manis, ternyata masih ada jodoh bertemu dengan gadis lucu itu. Mungkin benar kata pepatah, tak lari gunung dikejar, kalau jodoh tak akan
kemana.
“Kita lihat kebolehannya.” Xiao Jun melanjutkan tontonan yang terpause sejenak.
Halo, nama saya Weini. Usia delapan belas tahun. Tinggi badan 169cm, berat 47kg.
Weini berpose dari berbagai sudut memperlihatkan postur tubuh dan wajahnya sebagai syarat casting. Ia mengenakan setelah kaos longgar berwarna putih dan celana 7/8 casual berbahan rajut dalam tayangan itu.
Gerakan tubuhnya begitu gesit melakukan berbagai pose rumit namun terlihat lentur dan indah. Ia mengkombinasikan Tai Chi dan kungfu dalam peragaan.
“Wah, nona ini lihay juga. Itu bukan jurus sederhana yang diperagakan. Dia terlihat mahir kungfu.” Lau berdecak kagum, ia serius memperhatikan rekaman Weini. Sementara itu Xiao Jun terdiam dalam rasa penasaran yang makin dalam. Ia merasa pernah melihat teknik kungfu itu, darimana gadis itu bisa mempelajarinya?
“Paman, hubungi managemennya! Saya mau gadis ini yang jadi bintang iklan. Siapkan kontraknya dan panggil ia segera menemuiku.” Tayangan itu distop oleh Xiao Jun meskipun masih ada beberapa kandidat yang belum ditonton. Ia cukup tertarik dengan gadis itu, apalagi dalam waktu dekat saja sudah kembali berurusan dengannya.
Lau mengundurkan diri dari hadapan Xiao Jun, tetapi baru beberapa langkah bos kecil memanggilnya lagi. “Ya, Tuan?”
“Siapa nama gadis itu?”
Lau menghela napas panjang, ia tak habis pikir mengapa Tuannya bisa kurang perhatian. Padahal dalam rekaman itu si gadis menyebutkan namanya dengan lantang.
“Weini, Tuan.”
***
Dewi keberuntungan mungkin tengah menaungi Weini. Kemujuran demi kemujuran ia peroleh belakangan ini. Entah angin hoki apa yang bertiup hingga ia bisa lolos casting dan menerima kontrak sebesar dua ratus juta untuk satu iklan. Bayaran yang sangat fantastis mengingat posisinya sebagai artis pendatang baru. Bams bahkan makin memperlakukannya dengan special hingga terkesan sangat protektif.
“Pokoknya lu harus pake manager. Gue akan kirim dia dalam waktu dua hari lagi.” Bams enggan kalah argumentasi dengan Weini. Sedari tadi mereka cekcok mempertahankan ego.
“Itu berlebihan kak, aku masih bisa handel sendiri. Jadwalku baru satu iklan dan satu sinetron, ngapain harus bayar manager segala.”
“Tiap artis punya manager. Sekarang jadwal lu masih segitu tapi bulan depan siapa yang tahu kan?”
“Ya itu urusan nanti.” Jawab Weini skakmat.
“Arrghh… udah deh pusing ngatur hidup elu. Yaudah lu temuin dulu klien yang ini. Dia minta lu datang sendiri buat interview angsung.”
What sendiri? Kalau itu pria hidung belang gimana? “Kakak gak temanin?”
“Plis deh, gue itu sutradara plus Asprod. Siapa yang ngeyel nggak mau dikasih manager.”
Sesaat itulah Weini merasa kalah telak dari Bams. Memang bukan tugas Bams untuk menemani artis dalam agenda kerjanya. Apa ia betul-betul perlu manager sekarang? Tapi ia harus menemui orang yang entah seperti apa
wujudnya sendirian. Meskipun Bams mencarikannya manager, itupun perlu waktu dua hari. Terpaksa ia tetap harus melakukannya sendiri.
***
Weini menapaki kakinya di Perkantoran yang terletak pada pusat perbelanjaan tersohor di Jakarta Barat seorang diri. Ya seorang diri. Bams mengijinkannya pulang setelah interview karena jarak lokasi dan rumahnya searah. Ia menaiki lift yang mengantarnya pada lantai dua lima. Hanya satu pintanya, semoga bukan pria hidung belang yang ia temui.
Seorang resepsionis wanita menyambut dan mengantarkannya sampai di depan pintu ruang CEO.
“Terima kasih.” Weini mengangguk ramah sebelum wanita itu berpaling pergi.
Aku pasti bisa! Weini menyemangati diri sendiri lalu melangkah masuk ke dalam ruangan setelah mengetuk pintu.
“Kamu…”
“Halo Nona Weini”
Mustahil! Apa aku bermimpi?
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 553 Episodes
Comments
Puan Harahap
lanjutkan thor
2020-09-25
0
Cichil CoRecthe
samoai dsni sukaaaaa sekaliiiii
2020-05-11
2