OPEN YOUR MASK, PRINCESS!
Hongkong, Juli 2004
Aroma tubuh maskulin bercampur keringat terasa menusuk penciuman. Yue Hwa terus terisak dalam sisa kekuatan yang ia miliki setelah berteriak memohon belas kasih ibunya agar tidak membuangnya. Setidaknya itulah yang ia persepsikan ketika ia diserahan kepada penjaga bernama Wei. Aroma keringat pria paruh baya itu entah mengapa terasa menenangkannya, seakan membiusnya untuk percaya ia akan baik-baik saja.
"DORRR..." bunyi tembakan memekakkan telinga.
Wei melindungi kepala Yue Hwa dengan lengannya, ia terus berlari menggendong erat tubuh mungil itu.
"Penjaga Wei, suara apa itu?" Yue Hwa bertanya polos.
"Itu petasan Nona Li, tutup telingamu ya!"
Namun tebakan peringatan kedua kembali mengudara. Wei menghentikan langkah kemudian menyelinap ke dalam gudang tua.
Sementara itu, Nyonya Li bernasib tidak baik, ia menjadi tawanan suaminya.
"Katakan saja, di mana kau menyembunyikannya? jangan paksa aku berlaku kasar padamu, Liang Jia." sergah Tuan Li, kesabarannya nyaris habis menghadapi kebungkaman sang istri.
"Bagaimana kau bisa sekeji itu? Bagaimanapun ia tetap darah daging kita. persetan dengan gendernya." cecar Nyonya Li geram.
"Persetan katamu? sudah kutegaskan sejak kelahirannya, aku hanya menginginkan anak laki-laki. Keluarga ini perlu penerus! Aku sudah bermurah hati memberinya kesempatan hidup sampai sekarang, namun fakta bahwa kau tidak bisa memberiku seorang anak laki-laki, terpaksa menyeretku mengambil keputusan ini."
"Lalu mengapa kau tidak mempermasalahkan status ke empat gadismu yang lain? kenapa harus Yue Hwa yang mau kau habiskan?" Nyonya Li mulai terisak. ketidak adilan seperti apa ini yang dialami putri bungsunya sehingga tidak berkesempatan hidup oleh ayahnya sendiri.
"Kau tidak berhak bertanya! cepat katakan di mana pengawal tuamu membawanya pergi? jika kau nurut, aku akan mempertimbangkan keselamatannya, atau kau memang tidak ingin kuberi ampun?"
***
Gudang tua tak
berpenghuni dan tak terkunci itu menjadi perisai bagi Yue Hwa dari incaran
pembunuh. Ia masih belum mengerti drama apa yang sedang ia hadapi, sampai
akhirnya Wei melontarkan kata-kata kepadanya.
“Nona Li, maafkan saya
tapi kita tidak punya banyak waktu lagi. Dengarkan saya, Nona. Apapun yang
terjadi pada saya nanti, nona harus terus bertahan hidup. Saya akan melakukan perlindungan
kepada nona dengan cara ini, kelak mohon nona bisa menjaga diri sendiri dan
andalkan kemampuan sendiri.”
Wei mengeluarkan sebuah
masker. Oh tidak, itu justru terlihat seperti sebuah kulit. Yue Hwa ketakutan
melihat benda asing di tangan Wei. Sungguh kalimat serius yang dilontarkan Wei
tidak mampu dicerna oleh pikiran anak seusianya. Namun untuk memberontak
ataupun menolak, Yue Hwa tidak punya kekuatan lagi. Selain diam dan pasrah
dalam tatapan penuh ketegangan, ia berusaha percaya pada pria yang telah
dipercaya ibunya.
“Aaarrrgghhhhhh…”
teriakan Yue Hwa memekik kesunyian. Seketika pula Wei membungkam mulut mungil
itu. Musuh masih berkeliaran memangsa mereka, sangat tidak pantas untuk menarik
perhatian lewat teriakan itu, walaupun ia tahu nona kecilnya memang kesakitan.
Masker kulit itu bukan
barang sembarang, benda berwarna kuning langsat itu menempel di wajah oval Yue
Hwa. Teksturnya yang lengket, cair,
seketika menyerap kencang hingga terasa sangat perih. Yue Hwa berusaha
melepaskannya, ia menarik, menggosoknya dengan keras tetapi malah semakin
menyakitkan rasanya.
“Penjaga Wei, wajahku
kenapa? Ini sakit sekali, aku tidak mau memakainya.”
Wei segera berlutut,
wajahnya menunduk membenamkan raut penyesalan.
“Maafkan saya Nona,
saya pantas mati. Mulai sekarang nona adalah orang baru, jangan mudah percaya
pada siapapun karena itu bisa saja mencelakakanmu. Nona tidak boleh
menceritakan tentang diri nona kepada siapapun!”
Yue Hwa menyipitkan
mata, ujung matanya makin meruncing, seruncing pikirannya yang tidak mengerti
sebenarnya apa yang sedang terjadi? Mengapa tidak ada yang menjelaskan padanya,
mengapa dan mengapa?
“Katakan sejujurnya
padaku, apa yang terjadi!”
Wei merebahkan
punggungnya ke dinding bambu, fondasi utama gudang reot itu masih cukup kuat
menahan beban pria tua itu. Sembari menghela napas panjang, ia berusaha terbuka
pada majikan kecil di depannya. Mungkin ini terakhir kalinya ia melindungi
gadis dengan wajah baru itu.
“Nona, mulai sekarang
kau tidak boleh menggunakan nama margamu. Kita akan merubah namamu. Wajahmu sekarang
bisa mengelabui musuh, mereka pasti tidak bisa mengenali. Ayahmu, Tuan Li San
hendak membunuhmu. Dan ibumu berusaha melindungimu, itulah sebabnya ia
memerintahku membawamu pergi.”
Satu persatu tetes air
mata luruh dari kelopak mata Yue Hwa. Mengapa ayahnya tega padanya? Apa salahnya?
Ia merasa tidak melakukan kesalahan besar dan selalu tunduk pada aturan dalam
keluarganya. Lalu mengapa?
“Nona, aku tahu kamu
bingung. Namun ini bukan saat yang tepat bertanya. Keadaan sangat mendesak, dan
kita masih harus melakukan satu langkah terakhir.” Desah Wei, ia paham
kegundahan hati yang tidak berdaya itu.
“Kalau begitu, lakukan
saja apapun yang bisa menyelamatkanku!” Pinta Yue Hwa Tegas.
“Baik, Nona. Tapi kau
harus berjanji untuk menahan diri. Jangan berteriak keras lagi. Gigit ini saat
kau merasa sakit.” Wei melepaskan jas hitamnya dan menyodorkan pada nona
kecilnya.
Tanpa banyak bertanya
lagi, Yue Hwa mengangguk. Ia mulai menggigit bagian lengan jas meski Wei belum
memulai aksinya.
“Maafkan saya, Nona. Tidak bermaksud lancang, semoga nona
mengampuni saya.” Wei melepas resleting belakang dress Cheongsam pink yang dikenakan Yue Hwa. Sebuah jarum suntik
mulai menusuk masuk dalam pori-pori punggung Yue Hwa. Ia terbelalak, namun
komitmen untuk tidak berteriak demi sebuah harga nyawa harus ia tepati.
Cairan dalam tabung
suntik itu menimbulkan sensasi kaku dan kebas pada punggung Yue Hwa, seketika
itu ia merasa dirinya mematung. Wei masih berkutat dengan pisau bedah dan
sebuah alat kecil mungil. Semua rencana itu sudah ia dan Nyonya Li persiapkan
secara rahasia. Hanya ini satu-satunya cara yang tersisa agar Yue Hwa tetap
hidup.
Wei melubangi 1 cm di
samping tulang punggung Yue Hwa yang telah dibius, dengan hati-hati ia selipkan
alat kecil itu ke dalam. Yue Hwa sudah tidak bisa merasakan apapun selain
sensasi kaku. Andai ia bisa melihat ketegangan di wajah Wei, mungkin ia akan
pesimis bisa tetap hidup.
Yup! Alat itu tertanam
sempurna. Wei mulai tersenyum, tangannya kian cekatan menjahit luka yang ia
sayat. “Sudah selesai, Nona.”
Wei menggeser posisi
duduk menghadap Yue Hwa. “Nona, apa kau merasa sakit?”
Yue Hwa menggeleng, ia
tidak lagi menggigit jas untuk menaham sakit.
“Aku menanam sesuatu di
punggungmu. Tidak boleh ada yang tahu, atau mengeluarkannya. Itu sangat
berbahaya pada nyawamu.”
“Penjaga Wei, kenapa
hanya aku yang merubah wajah? Kenapa kamu tidak melakukannya juga? Kita akan
pergi bersama kan?” Yue Hwa mulai dibayangi ketakutan, jika hanya ia yang
berubah, apa itu menjamin keamanan?
Wei tersenyum lirih, ia
menepuk pundak Yue Hwa pelan. “Aku…”
Ucapan Wei terputus. Bunyi
sebuah ledakan di luar mengalihkan perhatian mereka. Yue Hwa terperanjat. Apakah
musuh sudah menemukan persembunyian mereka?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 553 Episodes
Comments
Siti Aulia
semoga ceritanya bagus sampai chapter selanjut selanjutnya,ini pertama baca udah menarik jalan ceritanya bagus
2021-12-24
0
Oi Min
Dasar bapak luck nut.....apa Ye Huwa pnya keistimewaan sehingga dia hrs di bunuh??? Gila emang
2021-10-31
0
sandrinaaa
👍
2021-05-30
0