“Apa benar Lynn bisa mengeluarkan aku dari sini?” gumaman itu terdengar dari agar gadis cantik yang sejak tadi bolak-balik di dekat tempat tidur. Pertemuannya dengan Lynn—pria rupawan yang mengaku sebagai pemilik Lucy—meninggalkan banyak tanda tanya.
Lucciane sempat mengira jika Lynn datang untuk mencari Lucy dan membawanya pergi. Sudah, sampai disitu saja. Namun, ternyata pria itu masih membiarkan Lucy tinggal di Luccane The Palace sampai Lucciane membuat keputusan. Lynn tahu jika pemilik Luccane The Palace bukan orang sembarangan. Lucciane tidak ‘seharusnya’ terkurung di Luccane The Palace, karena di luar sana masih banyak orang yang sedang menunggu kepulangannya.
Lynn bersedia membantu Lucciane, asalkan Lucciane mau dibantu. Lynn juga sudah menawarkan bantuan, soal diterima atau tidaknya tawaran tersebut, Lynn menyerahkan keputusan pada Lucciane. Semua keputusan kembali pada Lucciane.
“Andai open sesame dapat aku gunakan di dunia nyata,” lirih Lucciane dengan tatapan tertuju pada pintu yang tertutup rapat. Open sesame sendiri adalah mantra yang digunakan Ali Baba untuk membuka pintu yang penuh dengan harta karun, dalam kisah Ali Baba and The Forty Thieves. Dalam Seribu Satu Malam versi Antoine Galland.
Jika bisa keluar sendiri dari Luccane The Palace, Lucciane tidak perlu merepotkan orang lain. Termasuk Lynn yang baru ia kenal. Dilihat dari tindak-tanduknya, Lynn sepertinya orang baik dan dapat dipercaya. Pria itu juga sangat ramah dan murah senyum, berbanding terbalik dengan Luccane. Sejauh ini Lucciane bahkan tidak pernah melihat wajah Luccane rileks, jangankan tersenyum. Melihat wajah rupawan itu rileks saja Lucciane belum pernah.
“Eh, kenapa aku jadi membeda-bedakan mereka?” Lucciane tanpa sadar bergumam. Omong-omong soal Luccane, dua hari ini ia full menjaga jarak dengan cara tidak keluar kamar.
Lucciane masih butuh waktu untuk menerima kenyataan yang ada. Identitas Luccane sebagai vampire benar-benar mengejutkan. Ditambah lagi Lynn juga tahu jika Luccane bukan lah manusia. Lynn berkata jika Luccane punya status tinggi, baik di dunia manusia maupun dunia vampire. Lucciane juga bisa menilai jika Luccane itu bukan sosok yang sembarangan. Dari auranya saja bisa membuat siapa pun takut, tunduk, takluk kepadanya.
“Dia memang vampire, bukan manusia. Wajar jika auranya begitu berbeda,” lirih Lucciane seraya mengambil posisi berbaring. Di saat-saat begini ia jadi rindu aroma harum butter, vanilla esens, berbagai jenis jenis keju; cheddar, edam, parmesan, anchor, Mozarella, serta bahan-bahan baking lain yang biasa menjadi pemandangan sehari-hari di dapur La Vie En Rosé. Sekarang kesehariannya begitu membosankan dan hanya berpusat di dalam kamar.
“Apa Lynn benar-benar bisa membantuku?” Lucciane melirik Lucy yang berbaring di sisinya. Hewan berbulu fluffy itu seolah-olah mengetahui kegundahan majikan barunya. “Dia sepertinya orang baik. Tidak ada salahnya jika aku percaya kepadanya bukan?” tidak ada salahnya untuk mencoba. Setalah dipikir-pikir sacara matang, ia tidak bisa tinggal selamanya di Luccane The Palace. “Aku harus kembali untuk mengambil La Vie En Rosé,” ujar Lucciane penuh semangat.
“Sejak dulu La Vie En Rosé adalah milik ibu yang diperuntukkan untukku.”
La Vie En Rosé yang berarti ‘hidup dalam warna merah jambu’ adalah kalimat yang dipilih sebagai nama toko pastry pemberian ayah Lucciane pada istrinya—ibu Lucciane. La Vie En Rosé diambil dari bahasa Prancis, tanah kelahiran nenek moyang sang ibu. Karena Lucciane suka warna merah jambu, sang ibu secara khusus memberi nama toko pastry yang memang dipersiapkan untuk putrinya dengan nama La Vie En Rosé. Karena diperuntukkan untuk putri sematawayang mereka, ayah dan ibu Lucciane sendiri yang mengurus segala kebutuhan untuk interior La Vie En Rosé.
Lucciane tidak mau jika La Vie En Rosé berpindah ke sembarang tangan. La Vie En Rosé satu-satunya peninggalan orang tuanya yang masih tersisa. Oleh karena itu, sebisa mungkin ia akan mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya, yaitu La Vie En Rosé.
Setelah berkutat dengan berbagai kemungkinan, Lucciane sampai tidak sadar terlelap begitu saja di atas tempat tidur. Meninggalkan Lucy yang masih terjaga sampai pintu terbuka. Mamalia berbulu fluffy warna merah itu langsung memasang tampang tidak bersahabat saat sosok yang baru saja membuka pintu melangkah masuk.
Suara Lucy bisa saja menganggu tidur Lucciane jika tidak langsung dihentikan. Oleh karena itu, sosok tersebut langsung mengangkat tangan kanan, membawa ke arah Lucy. Tanpa aba-aba, ia mengayunkan jari telunjuknya secara vertical. Sedetik kemudian, Lucy terpental ke arah tembok dekat jendela dan jatuh meringkuk ke lantai. Mamalia itu tak bergerak lagi.
“Ras lemah yang merepotkan,” komentarnya datar.
Sosok yang baru saja muncul dari keremangan itu berjalan mendekat ke tempat tidur yang digunakan Lucciane. Ia sudah memastikan jika Lucy, mata-mata yang dikirim oleh para Lord vampire telah kehilangan kesadaran.
“Mereka pikir bisa menyelundupkan mahluk lemah ke kediamanku?” suara berat itu kembali terdengar. Seingai tipis tampak tersungging di bibirnya.
Luccane bukan tidak tahu jika Lucy adalah rasa siluman yang bekerjasama dengan para Lord vampire. Ia bahkan bisa mencium keberadaan mata-mata tersebut semenjak kembali dari London, namun ia menahan diri untuk membinasakan ras yang tidak ada apa-apanya itu. Mengingat Lucciane sangat menyukai keberadaan Lucy. Mahluk lemah itu menjadi salah satu support sistem bagi gadis kecil tersebut.
“Kau terlalu naif,” ucap Luccane pada Lucciane yang tampak terlelap dengan pulas. “Kau pikir aku bodoh?” lanjutnya seraya menurunkan tinggi tubuhnya. “Sebelum mereka datang dan mengiming-imingi tawaran menggiurkan padamu, aku sudah lebih dulu menyadari keberadaan para pengec*t itu.”
Luccane tahu jika ada yang telah mengusik Luccane The Palace. Ia bisa merasakan ada ras vampire murni yang datang dan hendak membawa salah satu bagian dari Luccane The Palace, kepunyaannya. Luccane tentu tak akan tinggal diam. Berani-beraninya para Lord Vampir yang hampir punah itu menganggu kepunyaannya, bahkan berniat membawanya pergi.
“Kau tidak akan bisa pergi kemana-mana,” ucap Luccane dengan posisi wajah sudah berada dekat dengan wajah cantik Lucciane. Salah satu tangannya bahkan sudah bertengger apik di antara perpotongan leher dan bahu Lucciane yang terbuka.
Vintage nightdress yang digunakan Lucciane sama sekali bukan perihal sulit bagi Luccane untuk melihat tanda kepemilikan yang telah ia tinggalkan dua hari lalu. Alasan kenapa Lucciane tiba-tiba saja jatuh sakit, demam dan mengeluh sakit kepala ringan. Itu karena tanda kepemilikan tersebut bereaksi.
Biasanya tanda kepemilikan diberikan lewat bekas gigitan. Namun, kali ini Luccane hanya memberikan lewat hisapan dan sesapan. Itu pun efek nya sudah lumayan berpengaruh pada Lucciane. Umumnya, seseorang yang punya tanda atau segel kepemilikan akan merasakan sakit yang teramat jika ia meragukan atau sampai menghianati tuannya atau si pembuat segel. Oleh karena itu, mereka yang telah ditandai tidak akan bisa berhianat dan pergi jauh dari tuannya.
“Kau tidak akan pergi kemana pun tanpa izin dariku, little lady,” ucapnya sebelum menjatuhkan satu kecupan lagi pada tempat yang sama. Tempat yang paling mengeluarkan aroma harum dari gadis cantik bermata indah tersebut. “Kau sudah menjadi bagian dari kepunyaanku. Jadi jangan pernah berharap untuk pergi dari jangkauanku. Karena itu akan menyakiti dirimu sendiri.”
🦋🦋🦋
TBC
Jangan lupa 👇
Tanggerang 01-02-23
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
anisa f
kyk sasuke donk
kok jd ada kurama, sasuke dan pintu kemana saja nya doraemon ya 😂
2024-02-25
1
anisa f
pake pintu kemana saja nya doraemon aja
2024-02-25
2
s.u.s.a.n.l.y.n.e❤
pilih mn lynn ato lucc?
mn yg sbnrnya punya niat jahat yah?
2023-07-24
1