Lucciane bukan tidak percaya akan keberadaan mahluk-mahluk mitologi seperti vampire yang telah menjadi legenda di beberapa belahan dunia. Ia hanya percaya, namun tidak pernah benar-benar menyakini keberadaan mahluk-mahluk mitologi semacam vampir. Mengingat kepercayaan terhadap mahluk penghisap darah sudah ada sejak zaman kuno. Kepercayaan tersebut ibarat sesuatu yang sudah diwariskan secara turun-temurun.
Istilah vampire sendiri baru popular pada awal abad ke-18 setelah masuknya legenda mengenai mahluk penghisap darah ke Eropa Barat dari daerah Balkan dan Eropa Timur. Ada berbagai versi yang berkembang di masyarakat mengenai rupa mahluk penghisap darah atau vampire. Vampire di Balkan dan Eropa Timur digambarkan memiliki penampilan mirip manusia, sampai berbentuk mayat hidup. Sedangkan di Eropa Barat, sosok vampire digambarkan sebagai mahluk yang berpenampilan rapih serta mewah.
“Vampir akan keluar di malam hari untuk menggigit manusia dengan taringnya yang tajam, kemudian menghisap darah mereka.”
Itu adalah kalimat yang terngiang di kepala Lucciane kecil. Saat masih tinggal di Castleton, ia kerap mendengar Jema—seorang nenek tua penjual kue jahe bercerita tentang larangan anak kecil bermain di luar rumah ketika matahari terbenam.
Jema kerap menyangkut pautkan larangan tersebut dengan mahluk-mahluk mitologi, salah satunya perihal mahluk mitologi bernama vampire. Lucunya, dulu teman-teman sepermainan Lucciane tidak pernah membantah cerita Jema. Mereka akan berdiam diri di dalam rumah jika matahari sudah terbenam.
Mungkin dulu Lucciane sama dengan anak-anak sebaya lainnya, mereka tidak berani keluar rumah jika matahari sudah terbenam karena takut akan cerita Jema soal mahluk-mahluk mitologi benar-benar terjadi. Namun, sekarang Lucciane bukan lagi gadis kecil yang tinggal di Castleton. Ia tidak akan mudah merasa takut hanya karena cerita soal mahluk mitolongi yang belum seratus persen terbukti kebenarannya.
Kendati demikian, sekarang kondisinya berbeda. Lucciane melihat dengan mata dan kepalanya sendiri jika mahluk penghisap darah itu ada. Ia mengambil wujud manusia dengan rupa sempurna, berpenampilan perfeksionis dan mewah. Layaknya manusia yang punya status sosial mentereng. Dengar-dengar vampire yang ada di depannya saat ini merupakan bagian dari House of Lords atau Dewan Kebangsaan Inggris. Maka tak heran jika banyak tanda kehormatan yang dipajang atas namanya di rumah ini.
“Ahk!”
Jeritan yang terdengar sama itu bak godham tak kasat mata yang berhasil memukul kesadaran Lucciane. Ia sejak tadi terpaku di tempatnya berdiri. Bukannya segera lari, meninggalkan tempat tersebut untuk menyelamatkan diri.
Seharusnya memang begitu. Lucciane lari tunggang-langgang meninggalkan Luccane The Palace, selagi si empunya rumah belum sadar akan kehadirannya. Namun, baru saja hendak mundur satu langkah, suara dari gerakan itu berhasil ditangkap oleh pemilik iris abu-abu kebiruan itu. Refleks, Lucciane kembali terdiam dengan pandangan terarah pada dua sosok yang kini tinggal menyisakan satu sosok.
Kemana satu sosok lagi? Wanita tadi? Korban yang sedang Luccane hisap darahnya? Lucciane juga tidak tahu jawaban dari semu pertanyaan itu.
Padahal ia hanya memejamkan mata sebentar saat hendak mengambil satu langkah mundur. Jika diukur dengan pengukur waktu, mungkin Lucciane hanya menghabiskan beberapa sekon untuk memejamkan mata. Tak sampai satu menit. Lantas kemana perginya wanita itu?
Tidak ada siapa-siapa di samping pemilik iris abu-abu itu, kecuali setumpuk abu yang baru Lucciane lihat.
Tunggu, abu? Entah dari mana datangnya serbuk lembut berwarna abu-abu keputihan itu. Lucciane tidak tahu. Namun, tiba-tiba terbesik opini gila di kepala.
Jangan-jangan, wanita itu ….telah berubah menjadi abu?!
Lucciane langsung membekap mulutnya sendiri dengan kedua tangan. Entah benar atau tidak. Namun, ia merasa opini gila itu banar-benar adalah jawaban dari semua pertanyaan yang berkeliaran di dalam kepala.
“What are you doing, litte lady?”
Lucciane tak mampu merespon pertanyaan yang pasti dilontarkan untuknya itu. Ia terlalu shock, sampai-sampai kakinya teras begitu lemas dan sukar digerakkan. “Aku….” Lidahnya kelu. Sampai-sampai ia kesulitan menjawab pertanyaan itu.
“Apa kau melupakan peraturan yang telah aku buat?”
Lucciane menggelengkan kepala seraya menunduk takut. Demi Tuhan, aura di ruangan ini benar-benar didominasi oleh aura Luccane De Khayat. Dingin, datar, dan mencekam. Seolah-olah oksigen saja tak mampu membuat pernapasan Lucciane bekerja dengan semestinya, sehingga napas Lucciane terdengar putus-putus bahkan tersenggal dalam beberapa kesempatan.
“Aku hanya….”
“Menyusup?” potong Luccane.
“Tidak!” sanggah Lucciane. Saat kepalanya mendongkrak, ia langsung disuguhi wajah tampan Luccane. Ralat, wajah menyeramkan Luccane. Persis di hadapan wajahnya.
Padahal Lucciane sama sekali tidak mendengar suara langkah kaki. Lalu, bagaimana bisa Luccane menjangkau keberadaannya dengan kecepatan cahaya?
“Kira-kira apa sebutan yang pastas disematkan bagi seseorang yang diam-diam masuk tanpa izin?” suara berat itu kembali terdengar. Kali ini Lucciane bahkan bisa merasakan bulu kuduk nya merinding karena suara itu terdengar begitu dekat.
“Aku hanya….” Penasaran, lanjut Lucciane di dalam hati. Semua ini terjadi karena rasa penasarannya.
Rasa ingin tahu atau penasaran memang harus dijaga dan dipelihara. Walaupun rasa ingin tahu atau penasaran adalah sifat yang manusiai, namun tidak sedikit masalah dapat yang muncul akibat rasa ingin tahu yang berlebihan.
Lucciane jadi ingat quetos Pema Chodrön, “biarkan rasa ingin tahumu lebih besar dari rasa takutmu.” Mungkin quetos itu yang paling menggambarkan posisi Lucciane, ketika berani melanggar peraturan dengan cara menerobos masuk. Padahal ia tahu jika larangan dibuat bukan tanpa alasan, pasti ada sebab dan akibat nya.
“Apapun alasannya, kau tetap melanggar peraturan yang telah aku buat.”
Kalimat itu dilontarkan dengan penuh penekanan. Sekarang Lucciane bahkan sudah tidak dapat berpikir secara benar, karena rasa takut lebih mendominasi. Ia takut apa yang terjadi pada wanita malang itu akan segera terjadi padanya.
Padahal Lucciane belum bisa membalas perbuatan Madam Gie dan Gwen, serta mengamankan kepemilikan atas La Vie En Rosé. Kendati demikian, sekarang nyawa nya sedang dipertaruhkan. Lucciane tentu saja tidak mau tewas mengenaskan menjadi abu di tangah Luccane.
“Sekarang kau sudah tahu.”
Lucciane terdiam. Ia memang sudah tahu jika Luccane adalah sorang vampire. Ia bahkan masih tidak bisa percaya jika ada vampir sungguhan di depan matanya.
“Selanjutnya apa yang akan kau lakukan?” Luccane bertanya dengan salah satu tangan besarnya meraih belakang pinggang mungil Lucciane. Melingkar posesif di sana, sehingga jarak di antara mereka semakin tidak terpangkas. “Setelah melihat apa yang baru saja terjadi.”
“Aku ….aku…”
“Haruskah kau mengalami nasib yang sama seperti wanita tadi?”
“Tidak!” jawab Lucciane cepat. Ia tidak mau mengalami nasib yang sama dengan wanita tadi. Ada masalah yang harus ia selesaikan menyangkut hak dan kewajibannya.
Luccane menyeringai kecil. Jenis seringai yang bahkan tidak dapat diketahui oleh lawan bicaranya. Ia cukup terhibur dengan ekspresi gadis pemilik surai merah keemasan tersebut. Menyenangkan bisa melihatnya bergetar ketakutan.
“Kalau begitu terima hukuman lain dariku, little Lady.”
Lucciane terhenyak mendengarnya. Bersamaan dengan itu, satu tangan Luccane yang lain bergerak meraih bagian belakang kepalanya. Sehingga kini wajah mereka saling bertatapan dalam jarak yang begitu dekat. Tak lama meraka bertahan dalam posisi itu, karena tiba-tiba Luccane merunduk. Menjatuhkan pahatan wajah tampannya pada perpotongan antara leher dan bahu Lucciane yang terbuka.
Lucciane tentu terkesiap. Ia masih ingat betul bagaimana menyeramkannya taring yang muncul saat Luccane menghisap darah wanita tadi. Apa sekarang Luccane juga akan menggunakan taring itu untuk mengoyak kulit dan dagingnya?
"T-olong lepaskan aku...."
🦋🦋🦋
Semoga suka 🖤
Jangan lupa rate bintang 5 🌟 like, vote, komentar, follow Author, share, tabur bunga sekebon dan tonton iklan sampai selesai 😘
Tanggerang 29-12-23
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Dini Bae
Waduh, Lucciane bakal digigit
2023-01-31
1
trisya
gadis nakal ini harus di gigit dlu sbg hukuman, lain kali gak boleh nakal lagi ya cantik 😃
2023-01-30
2
Aji Prayogi
next Thor
2023-01-29
2