“Lush tidak dapat menerima pesan yang aku kirim.”
Pria berkulit putih dengan gaya rambut under cut itu berkata dengan nada frustasi yang terselip. Kedua bola matanya yang berbeda warna tampak bergerak gelisah.
“Tidak biasanya Lush begini?”
Lush yang dimaksud adalah Lucy. Mahluk dari ras siluman itu memang memiliki nama asli, yaitu Lush. Lush atau Lucy juga bisa berubah menjadi manusia, namun dalam versi manusia kerdil dengan rupa baby face yang menggemaskan. Lush berasal dari sebuah gunung di salah satu Negara yang terletak pada benua Asia. Pertemuannya dengan para Lord vampire terjadi saat para Lord vampire yang terdiri dari Lynn Asrahan, Luke Asrahan, Lomon Asrahan, dan Leon Asrahan.
“Mungkin Lush tidak bisa menerima pesan karena sedang bersama Lucciane, Luke.”
Pria rupawan dengan model rambut under cut yang memiliki ciri khas pada kedua warna mata yang berbeda itu mendengus. Luke Asrahan namanya. Adik tertua Lynn yang punya dua warna mata berbeda. Bola mata kanan Luke punya pupil ember dengan warna kuning tembaga yang tampak berkilau keemasan (golden eyes). Warna mata yang unik dan jarang ditemukan, sehingga digolongkan sebagai warna mata langka. Sedangkan bola mata kiri punya pupil berwarna biru cerah. Dalam kedokteran, kondisi ini disebut Heterochromia. Kondisi langka ketika warna mata kanan dan kiri berbeda. Menurut riset, hanya ada 1% populasinya di dunia yang memiliki keistimewaan ini.
Namun, menurut Elder vampire yang mengurus mereka sejak kecil, Luke memiliki dua warna mata yang berbeda karena ia adalah Lord vampire yang istimewa. Selain lahir sebagai ras vampire murni, Luke juga mewarisi darah ras manusia serigala atau werewolf. Maka tak heran jika saat menginjak usia dewasa, Luke dapat mengubah wujudnya menjadi serigala ketika terjadi bulan purnama. Kendati demikian, keistimewaan Luke sempat menjadi perdebatan di antara para Elder vampire. Bagaimana bisa seorang Lord vampire memiliki darah ras werewolf? Namun, Luke mampu menunjukkan jika perbedaan yang ia miliki berguna bagi ras mereka. Saat ini Luke sendiri diakui sebagai Lord vampire terkuat setelah Lynn.
“Ini berbeda, Kak.”
Lynn yang sedang menatap ke arah langit menikmati indahnya rembulan lantas menoleh. “Berbeda apanya?”
“Aku bisa melihat jika aura titisan The Goddess diliputi oleh perisai Raja vampire.” Luke bergerak, mendekat ke arah Lynn. “Bukan kah itu berarti jika Raja vampire telah mengetahui identitas Lucciane sebagai titisan The Goddess?”
“Bisa jadi perkataan Luke benar,” sahut Lomon. Lord vampire yang punya warna rambut pirang itu langsung mengambil posisi berdiri dari duduknya. “Bukan kah sebelumnya Raja vampire tidak melakukan apapun saat Lucciane baru memasuki Luccane The Palace? Kenapa sekarang tiba-tiba memasang perisai?”
Ucapan dua saudaranya—Luke dan Lomon—ada benarnya juga. Selama ini Luccane tampak biasa saja, tidak ada pengamanan berlapis pada Luccane The Palace. Namun, jika sudah menggunakan perisai tak kasat mata untuk melindungi Luccane The Palace, itu berarti ada yang pria itu coba lindungi. Raja vampire telah mempersiapkan Luccane The Palace dengan baik dari berbagai kemungkinan yang bisa saja terjadi.
“Kita harus memastikannya secara langsung,” usul Luke. “Bagaimana jika terjadi sesuatu pada Lucciane?”
“Tenang,” kata Lynn seraya menatap saudaranya satu per satu. “Malam ini juga kita akan mengunjungi Luccane The Palace untuk memastikan. Namun, kalian harus bisa menjaga perilaku.”
Luke, Lomon dan Leon mengangguk. Mereka—terutama Luke yang sangat peka terhadap insting, tidak mau kecolongan menyangkut keselamatan titisan The Goddess. Selain sangat peka terhadap insting, Luke juga punya kemampuan untuk berkomunikasi lewat telepati. Lewat cara telepati, Luke bisa berkomunikasi dengan seseorang dari jarak jauh. Bahkan dapat menangkap apa yang ada di benak orang lain tanpa mempergunakan alat-alat yang dapat dilihat.
🦋🦋🦋
“Apa hari ini kamu tidak punya pekerjaan lain?” sindiran halus itu dilayangkan oleh Lucciane yang sedang menikmati Bangers and mash ditemani oleh Lucy.
“Hari ini saya akan menemani Anda seharian, Lady.”
Gerakan tangan yang sedang memotong sosis menggunakan pisau dan garpu itu tertahan seketika. “Kenapa? Bukannya kamu punya rutinitas harian selain mengikuti keseharian ku?” lanjut Lucciane.
Ia sudah hampir menghabiskan setengah porsi Bangers and mash, hidangan tradisional Inggris yang terdiri dari sosis yang disajikan dengan kentang tumbuk, ditambah saus bawang, telor mata sapi setengah matang, potongan tomat ceri, serta zucchini potong. Konon katanya, istilah Bangers berasal dari Perang Dunia 1, ketika kekurangan daging mengakibatkan sosis menjadi pengganti daging.
Namun, sampai menu sarapan paginya hampir selesai, La’ti masih tak kunjung pergi. Tidak seperti biasanya. Padahal Lucciane masih ingin mengurung diri, serta menjaga interaksi.
“Berhentilah mengurung diri dan mogok berinteraksi, Lady. My Lord secara khusus meminta Anda untuk lebih banyak beraktivitas di luar ruangan.”
“Aku sedang malas pergi ke luar,” sahut Lucciane. “Apa His Lord masih ada di rumah?” lanjutnya, tiba-tiba menanyakan sang Lord.
“Tidak ada. My Lord sudah pergi sejak pagi,” jawab La’ti. “Hari ini saya ingin mengajak Lady memetik buat berry. Apa Lady bersedia memenuhi ajakan saya?”
Mendengar tawaran La’ti yang terdengar menggiurkan, Lucciane jadi teringat pada tawaran Lynn. Ia jadi bimbang lagi. Apakah ia akan menerima atau menolak tawaran Lynn?
“Lady?”
Lucciane mendongkrak, lalu tersenyum tipis. “Baik lah. Aku ikut denganmu.”
Senyum itu dibalas oleh hal serupa oleh La’ti. Guna memenuhi titah sang Lord, La’ti memang harus berada di sisi Lucciane dari pertama membuka mata hingga menutup mata kembali di malam hari. Sepertinya sang Lord memang mulai membatasi ruang gerak Lucciane, tanpa diketahui oleh pihak yang bersangkutan.
“Anda boleh pergi kemana pun, asalkan bersama saya.” La’ti yang menjadi pemimpin jaman kembali bersuara. “Lady tidak perlu lagi datang ke kebun apel, karena banyak tempak lain yang belum Lady kunjungi.”
“Kenapa aku tidak boleh pergi ke kebun apel? Aku suka pergi ke sana.”
“My Lord melarang Anda pergi ke kebun apel untuk sementara waktu.”
Kening Lucciane mengernyit mendengar kalimat itu. “Kenapa?”
“Untuk alasannya, Anda bisa tanyakan langsung kepada My Lord.”
Lucciane mendesah lemah. Bagaimana ia mau bertanya, jika ia saja masih enggan bertemu dengan laki-laki itu?
Karena tidak mau merusak suasana hati dengan membawa serta Luccane dalam topik obrolan, Lucciane pun akhirnya setuju saja untuk ikut memetik buah berry yang katanya banyak tumbuh liar di area paling belakang Luccane The Palace. Lucciane anggap ajakan La’ti sebagai healing, karena belakangan ia terlalu banyak mengurung diri.
Lucciane juga sempat berpikir jika berry yang dimaksud La’ti cuma satu atau dua jenis, ternyata dugaannya salah. Ada lebih dari empat jenis berry. Semua berry itu tumbuh liar, namun menghasilkan buah berry yang bagus, gemuk dan segar.
“Semua berry ini tumbuh liar?”
“Iya, Lady. Tidak ada yang memakan berry ini, selain hewan liar seperti tupai dan burung.”
“Sayang sekali. Padahal ini bisa dijadikan berry jam untuk selai roti atau isian kue.” Jiwa-jiwa pembuat pastry Lucciane meronta melihat banyaknya buah berry yang segar-segar. Mulai dari mulberry (morus), elderberry, cerry, blackberry, raspberry, strawberry, bahkan ada juga plum liar juga yang berbuah lebat di sana.
“Apa aku boleh meminjam dapur Marry untuk membuat selai dan roti lagi?”
“Tentu saja,” sahut La’ti. “Anda bebas menggunakan dapur Luccane The Palace.”
“Terima kasih,” ucap Lucciane tulus. “Satu lagi, apa bisa seseorang membagikan roti yang nanti aku buat?”
“Untuk itu, Anda harus mendapatkan izin terlebih dahulu, Lady. Mengingat hanya ada beberapa orang yang diperbolehkan keluar-masuk Luccane The Palace. Jika tidak berkepentingan, My Lord melarang para penghuni Luccane The Palace pergi keluar.”
“Baiklah.”
Lucciane tidak tahu kenapa Luccane sangat membatasi pergerakan para penghuni Luccane The Palace. Apa mungkin karena … para penghuni Luccane The Palace yang lain juga satu ras dengannya?
“Ada apa, Lady?” tanya La’ti saat Lucciane tiba-tiba menoleh ke arahnya.
“Ah, tidak,” sahut Lucciane kikuk. Ia lantas segera memetik beberapa buah berry lagi. Di sisinya, ada Lucy yang asik menemani. Hewan itu sempat tidak ia temukan di tempat tidur saat membuka mata. Setelah ditelusuri, ternyata Lucy tidur di bawah jendela. Aneh sekali. Padahal Lucy biasa tidur di dekatnya. Lucciane juga tidak ingat apa yang semalam terjadi sebelum ia terlelap.
Ia hanya ingat jika semalam tidur sangat nyenyak. Ibarat seorang anak yang tidur diiringi lullaby—lagu pengantar tidur, Lucciane juga samar-samar mendengar nyanyian yang begitu menghanyutkan. Sehingga tidurnya begitu lelap dan berkualitas.
“La’ti.”
“Yes, my Lady?”
“Boleh kah aku pergi sebentar untuk mengambil beberapa butir apel?”
La’ti yang sedang mengumpulkan beberapa buah plum langsung menautkan kening. “Anda dilarang pergi ke sana untuk saat ini, Lady.”
“Hanya sebentar. Aku butuh beberapa untuk membuat pie.”
Hari sudah beranjak sore saat Lucciane dan La’ti hendak kembali. Banyak hal yang mereka lakukan di sana, selain memetik berry. Mulai dari bercerita, melihat bunga, sampai menonton para tupai datang dan memakan berry. Namun, tiba-tiba Lucy berlari ke arah kebun apel. Lucciane tentu saja ingin mengejar hewan berbulu fluffy itu, namun La’ti tidak memperbolehkan.
“Lebih baik kita segera kembali, Lady. Langit akan segera gelap.”
“Tidak sebelum aku pergi mengambil beberapa buah apel,” tolak Lucciane.
“Tapi, Lady …”
“Kamu pergilah. Masalah His Lord, biar aku yang mengurusnya,” potong Lucciane.
La’ti menggelengkan kepala seraya menatap lekat ke arah Lucciane.
“Apalagi yang kau tunggu? Aku bilang pergi. Aku akan kembali setelah mengambil beberapa buah apel dan …”
“Kenapa kau suka sekali membantah, little Lady?”
Kalimat Lucciane berhasil terputus saat mendengar suara berat itu tiba-tiba mengalun dari arah belakang. Ketika berbalik, Lucciane bisa melihat pemilik dari Luccane The Palace berdiri gagah dengan setelan suit hitam slim fit di tubuhnya. Rupawan sekali.
“Kembali lah bersama La’ti, sebelum aku berubah pikiran dan berakhir menghukum dirimu lagi.”
Lucciane tidak suka. Ia tidak suka dikekang, namun karena saat ini ia tinggal di Luccane The Palace, berarti ia harus patuh pada perintah tuan rumah.
🦋🦋🦋
TBC
Semoga suka 😘 Jangan lupa 👇
Tanggerang 02-02-23
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Sheninna Shen
Kak aku mampir nih, mampir dong ke novel aku
2023-02-28
1
Dini Bae
Di luccane the palace melimpah ruah makanan
2023-02-06
1
Siti Sandini
Betah banget kalau tinggal di Luccane The Palace
2023-02-06
3