Semalam Lucciane tidak jadi mencari tahu soal bau darah itu.
Entah dari mana datangnya La’ti. Tiba-tiba perempuan itu berdiri di depan pintu saat Lucciane hendak pergi ke luar untuk menyelidiki. Saat ditanya sedang apa, La’ti yang berdiri di depan pintu hanya menjawab datang untuk mengantarkan lilin aroma terapi three fragranced layers. Lilin yang mengandung tiga aroma berbeda pada setiap lapisannya, yaitu aroma sugared lime, passion pear dan blueberry untuk Lucciane. Padahal di kamar Lucciane masih banyak persediaan lilin. Baik lilin aromaterapi ataupun lilin biasa.
La’ti juga sempat mengabiskan beberapa waktu di kamar Lucciane. Ia baru pergi setelah memastikan Lucciane tidak membutuhkan apa-apa lagi dan akan segera beristirahat.
“Semalam memang aneh.”
Jika dipikir-pikir, semalam memang aneh. Mulai dari lolongan predator malam, bau darah segar, sampai kedatangan La’ti yang tiba-tiba. Sebuah kompilasi yang membingungkan.
“Kita harus menyelidikinya,” lirih Lucciane seraya mengelus Lucy.
Saat ini mereka sedang berada di taman bunga. Menikmati keindahan taman yang dihiasi oleh bunga nasional Negara ini dan semilir angin pagi. Double delight atau Mawar tudor namanya.
Mawar tudor adalah lambang heraldic bunga tradisional Inggris yang nama dan asal-usulnya diambil dari House of Tudor yang menyatukan House of Lancaster dan House of York. Mawar tudor terdiri dari lima kelopak dalam putih, mewakili House of York, dan lima kelopak luar merah untuk mewakili House of Lancaster. Mawar tudor menjadi simbol baru pada dinasti Tudor yang memerintah Inggris pada tahun 1485-1603. Mawar tudor yang memiliki dua Warna, Yaitu Putih dan merah. Dijadikan sebagai lambang persatuan antara House of Lancaster (mawar merah) dan House of York (mawar putih).
Di Luccane The Palace sendiri ada area taman yang khusus diperuntukan untuk tumbuhan mawar tudor. Karena dirawat dengan baik, mawar-mawar itu tumbuh dengan baik dan subur di sana. Begitu indah dipandang mata ketika mereka mekar secara serentak.
“Luc, kamu mau kemana?”
Ketika sedang asik melihat-lihat, tiba-tiba saja Lucy meloncat dari pangkuan. Hewan berbulu merah itu berlari cepat ke satu arah, meninggalkan area taman. Lucciane sampai terkesiap dibuatnya.
“Luc, tunggu!”
Lucciane tentu saja mengejarnya. Ia tidak mungkin membiarkan Lucy pergi begitu saja, mengingat kaki hewan itu masih dalam masa pemulihan. Namun, dilihat dari cara berlarinya yang sudah gesit, Lucciane bisa sedikit merasa lega. Namun, rasa cemas masih mendominasi.
Setelah diikuti, ternyata Lucy berlari ke arah kebun Mcimtosh red apple. Tujuan hewan yang lebih aktif di malam hari itu ternyata pohon apel paling besar di dekat tembok pembatas. Pohon apel tanpa buah yang menghiasi tangkainya. Tempat di mana Lucy ditemukan oleh Lucciane. Saking besarnya, satu dahan pohon itu bahkan menjulur ke luar tembok pembatas. Mungkin jika berbuah, akan ada satu atau dua buah apel yang jatuh ke luar tembok pembatas.
“Ada apa, Luc? Apa kamu mendengar panggilan dari kawan-kawan mu?” Lucciane bertanya saat berhasil menemukan Lucy yang gagal menaiki pohon apel tersebut. “Kaki mu terluka dan masih dalam proses pemulihan. Kamu akan bisa menaikinya lagi jika sudah sembuh. Tunggu sedikit lagi,” ucap Lucciane seraya membawa Lucy dalam pelukan.
Lucy sempat meronta, namun segera kembali tenang saat pucuk kepalanya dielus. Entah kenapa hewan yang berkeluarga dekat dengan anjing itu mudah sekali jinak di tangan Lucciane. Walaupun berkeluarga dekat dengan anjing, rubah merah juga memiliki banyak kemiripan dengan kucing. Salah satunya suka memanjat pohon dan tidur di dahan-dahan pohon.
“Sekarang kita kembali ke rumah. Lebih baik menonton aku membantu Marry di dapur, ketimbang berlarian disini. Kamu masih belum pulih.”
Setelah berceloteh demikian, Lucciane membawa Lucy menjauh dari pohon apel tersebut. Meninggalkan perkebunan Macintosh red apple dan memilih untuk kembali. ia memang tidak punya jadwal resmi, selain berdiam diri. Jika masih tinggal di La Vie En Rosé, mungkin saat ini ia sudah sibuk bolak-balik di depan oven untuk memanggang roti. Mengingat pada lunch time atau break time, akan ada beberapa pelanggan yang datang untuk membeli kudapan manis untuk dimakan di tempat atau dibawa pulang.
Selain terisolir dari dunia luar, Lucciane jadi tidak punya banyak kegiatan selama tinggal di Luccane The Palace. Kebutuhan yang ia perlukan juga sudah disiapkan. Lucciane tinggal menggunakan. Namun, bohong jika ia tidak merasa bosan melakukan kegiatan itu-itu saja. Terlebih ia tidak dapat menjangkau dunia luar sedikitpun, karena tidak ada alat komunikasi modern seperti telepon seluler.
Lucciane harap keadaan cepat membaik, supaya ia bisa segera pergi dari sini. Setidaknya sampai ia mampu melawan balik Madam Gie dan Gwen.
“Kalian tidak mau?”
Suara dentingan sendok garpu dan pisau berhenti sesaat ketika Lucciane bertanya. La’ti dan Marry yang kebetulan menemaninya makan malam menggeleng secara bersamaan. Helaan nafas kecil terdengar setelahnya.
“Padahal gaelic steak ini sangat lezat. Pantas saja Queen Elizabeth II menyukainya.”
Lucciane tersenyum kecil seraya kembali memotong daging rusa panggang yang diberi whiskey sauce. Salah satu menu yang sangat disukai oleh ratu Elizabeth II. Namun sayang, hanya Lucciane yang malam itu menikmati kelezatan gaelic steak seorang diri. Pasalnya La’ti dan Marry menolak ajakan dinner bersama. Untuk ke sekian kali, Lucciane harus makan sendiri. Kadar kenikmatan yang ia dapatkan jadi berkurang beberapa persentase.
Selesai menyantap makan malam, Lucciane pamit undur diri bersama Lucy. Ia sempat berpesan pada La’ti untuk tidak datang ke kamarnya. Malam ini Lucciane akan tidur cepat dan tidak mau merepotkan La’ti hanya sekedar berganti pakaian.
Dalam perjalanan kembali ke kamar, Lucciane tertarik pada suatu ruangan dengan pintu berwarna coklat yang menguarkan aroma darah segar yang begitu kental.
“Bau darah itu berasal dari dalam sini?”
Lucciane bergumam seraya menatap pintu di depannya. Pintu yang menjulang tinggi tersebut adalah ruang istirahat Luccane.
“Ada apa di dalam sana?” Lucciane penasaran.
Rasa penasaran akan bau darah segar yang menyengat itu lah yang mendorong Lucciane untuk meraih kenop pintu. Padahal ia tahu betul jika tindakan tersebut dilarang. Karena, memasuki sembarang ruangan termasuk ruang istirahat Luccane adalah pelanggaran.
Untuk sejenak Lucciane berpikir. Bukan kah peraturan dibuat untuk dilanggar? Entahlah. Yang pasti sekarang Lucciane telah melanggar peraturan yang ada karena seberkas rasa penasaran.
Perasaan tersebut lah yang sekarang mendasari tindakan Lucciane. Ia bahkan telah berada di dalam ruangan di balik pintu tersebut. Tanpa menimbulkan bunyi yang berarti, ia masuk ke dalam. Lucy sengaja ia tinggal di luar. Dari pengamatannya, Lucy adalah mahluk yang cerdas. Ia pasti akan menunggu Lucciane di luar, jika tidak hewan itu pasti akan kembali ke kamar.
Setelah berhasil masuk pandangan Lucciane langsung disambut dengan cahaya remang yang membanjiri seluruh ruangan. Seperti pada master room pada umumnya, interior di dalam ruangan pribadi Luccane juga sebagian besar sangat menarik perhatian. Berbeda dengan isi di dalam ruangan yang menjadi tempat istirahatnya. Tidak terlalu banyak barang yang disimpan di sini.
Namun, ruangan itu terasa begitu suram karena memilih warna-warna yang gelap. Ketika berhasil masuk, aroma darah itu semakin kuat tercium. Lucciane masih tetap mantap untuk melangkah maju. Bukannya bergegas keluar sebelum ketahuan, Lucciane malah memilih untuk melihat-lihat lebih dalam. Ia curiga, ada yang disembunyikan di dalam sini. Entah apa, Lucciane juga tidak tahu.
Lucciane yang berniat melihat-lihat sebentar, jadi keterusan. Penasaran. Itulah alasan yang mendasari tindakan Lucciane. Sampai ketika ia berdiri di balik sebuah dinding, tempat yang cukup strategis. Karena dari tempat tersebut ia bisa melihat hampir keseluruhan ruangan. Termasuk pada dua objek yang tampak berdiri dengan jarak dekat dan terbilang intim.
“Luccane?” gumam Lucciane tak mempercayai penglihatannya. Akan tetapi, memang apa yang ia lihat benar dan nyata. Itu Luccane. Entah dengan siapa.
Bukannya pria itu ada di London? tapi itu memang Luccane The Khayat. Lucciane meyakini penglihatannya walaupun cahaya di sekitar remang-remang.
Di depan sana, dalam radius beberapa meter, sang pemilik Luccane The Palace sedang mendaratkan mulutnya di perpotongan antara leher dan seorang wanita.
Sedang apa mereka? Lucciane juga tak tahu. Namun, ia bisa melihat ada darah di sekita leher wanita itu dan juga ….taring di antara deretan gigi Luccane.
“Luccane …. menghisap darah?”
🦋🦋🦋
Semoga suka 🖤
Jangan lupa rate bintang 5 🌟 like, vote, komentar, follow Author, share, tabur bunga sekebon dan tonton iklan sampai selesai 😘
Tanggerang 29-12-23
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Luzi
keren loe thor rinci banget,,,sukaaaaa
2024-02-03
2
Dini Bae
detail khas author
2023-01-31
2
Aji Prayogi
segera up date Thor
2023-01-29
1