Lucciane mungkin pernah tinggal di rumah mewah dan megah saat orang tuanya masih lengkap. Rumah bergaya Eropa yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas modern sebagai sarana penunjang. Semenjak memasuki bangunan utama Luccane The Palace, Lucciane merasa dibawa ke abad 19 sampai awal abad ke-20. Masa di mana arsitektur Victorian atau Victoria berjaya.
Selain besar dan megah, Luccane The Palace juga memiliki desain yang rumit dengan bentuk eksterior yang simetris. Lucciane tak akan merasa bosan sedikit pun jika dibiarkan tinggal lebih lama.
Seorang pelayan wanita mengantarkan Lucciane tanpa banyak kata. Kamar tamu yang Sebastian maksud berada di lantai dua bangunan utama. Ruangan dengan lampu chandelier cantik yang tergantung di tengah-tengah langit-langit itu sangat indah dipandang mata. Bagi Lucciane, kamar tamu itu terlalu indah dan mewah.
Selain lampu chandelier cantik yang dihiasi oleh Kristal bening, tirai mewah model overlay juga menjadi salah satu ciri khas gaya Victoria. Dengan nuansa biru yang berpadu dengan warna emas serta unsur alami kayu, kamar tamu itu juga dilengkapi dengan tempat tidur gaya kanopi kelambu yang elegan. Walaupun mengusung tema Victoria, Lucciane masih bisa melihat gabungan dari arsitektur Gothic pada beberapa sudut ruangan.
“Terima kasih banyak,” ucap Lucciane saat menerima satu pakaian baru serta alas kaki rumahan dari pelayan yang sama.
“Sama-sama, Lady.”
Lucciane tidak punya banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan para penghuni Luccane The Palace. Setelah diantarkan ke kamar, Lucciane dibantu pelayan untuk mengobati kakinya yang terluka. Pelayan itu juga memberikan baju baru untuk ganti, sebuah vintage dress berwarna putih dengan aksen lace. Bahan dress nya sangat lembut dan nyaman ketika digunakan. Walaupun demikian, Lucciane agak terganggu dengan bagian kerah model V yang memiliki potongan dada lumayan rendah. Dress itu terbilang jauh lebih layak dibandingkan dengan dress yang Lucciane pakai—dress alakadarnya dengan beberapa bagian terkoyak.
“Apa para pembunuh bayaran itu sudah pergi?” gumam Lucciane saat tubuhnya mulai berbaring di atas tempat tidur ber-kanopi yang dihiasi kelambu. Dari tempatnya berbaring, ia bisa melihat indahnya rembulan yang tengah bekerja, menyinari bumi.
Jika Madam Gie tidak menyuruh orang untuk membunuhnya, mungkin saat ini Lucciane sedang berkutat dengan cream cheese frosting untuk menghiasi red velvet cupcake buatannya.
“Aku harap Lana baik-baik saja,” gumamnya lagi dengan pandangan menerawang. “Begitu pula dengan La Vie En Rosé.”
Lucciane berharap Madam Gie tidak benar-benar merealisasikan niatnya untuk mengambil alih kepemilikan atas La Vie En Rosé. Lucciane sudah tidak memiliki apapun di dunia ini, kecuali La Vie En Rosé yang ditinggalkan kedua orang tuanya.
🦋🦋🦋
Fajar bahkan belum menyingsing ketika Lucciane terbangun dari pulau kapuk. Ada yang mengetuk pintu, sehingga ia bergegas untuk segera bangun. Lucciane sempat melirik jam dinding dengan model klasik yang ada di sudut ruangan. Dari benda tersebut Lucciane mendapatkan informasi mengenai waktu ia bangun dari pulau kapuk.
“Selamat pagi, beautiful lady.”
“P-agi,” jawab Lucciane kikuk. Ia pikir pelayan yang datang dan mengetuk pintu dua kali berturut-turut. Ternyata Butler Luccane The Palace, Sebastian.
Pria dengan visual matang itu kali ini tidak tampil dengan tailcoat suit hitam yang khas melekat pas di tubuh tinggi dan tegapnya lagi. Melainkan dengan dengan long coat hitam yang melapisi kemeja putih serta vest yang senada dengan warna long coat nya. Penampilannya sudah persis seperti seorang eksekutif muda.
“Ada apa, Sebastian?”
“My Lord menunggu Anda di ruang jamuan. Anda hanya memiliki waktu empat puluh menit untuk bersiap.” Sebastian berkata dengan sikap yang begitu tenang dan professional. “Saya datang untuk mengingatkan. Mengingat My Lord sangat benci keterlambatan.”
Lucciane langsung mengangguk, tanda jika ia paham. Kemarin Sebastian sempat berkata jika ia harus menemui pemilik Luccane The Palace. Ternya hari ini lah saatnya. Semalam Lucciane juga sempat memikirkan pemilik Luccane The Palace.
Semenjak ia menginjakkan kaki untuk pertama kali, tidak ada satu pun potret yang mencetak gambar pemilik Luccane The Palace. Hanya ada nama Luccane The Khayat yang tercetak pada setiap penghargaan serta plakat emas yang dipajang di beberapa sisi ruangan.
Maka tak heran jika Lucciane tidak punya gambaran apa-apa. Namun, sempat terbesit pemikiran jika pemilik tempat ini adalah pria tua yang gila harta. Buktinya Luccane The Palace berada di tengah hutan kegelapan. Walaupun berada di tengah hutan kegelapan, siapa sangka jika Luccane The Palace menyimpan kemewahan dalam tiap sudut bangunannya.
“Anda cantik sekali, Lady.”
Pujian itu diberikan oleh pelayan semalam yang pagi ini kembali membantu Lucciane untuk bersiap.
"Terima kasih banyak. Ini semua juga berkat bantuan kamu."
Sebenarnya Lucciane merasa sungkan, namun Sebastian bilang jika semua fasilitas yang diberikan harus digunakan dengan baik.
“Hmm, apa aku boleh tahu sesuatu tentang pemilik Luccane The Palace?” tanya Lucciane hati-hati.
“My Lord?”
Lucciane mengangguk. “Orang seperti apa dia?”
“My Lord adalah orang yang sangat berwibawa,” sahut pelayan yang sempat mengenalkan dirinya dengan nama La’ti tersebut.
La’ti datang dengan satu vintage dress cantik yang siap Lucciane gunakan. Kali ini vintage dress yang dibawa memiliki motif bunga-bunga kecil yang menonjolkan kesan manis. Untuk surai merah keemasan milik Lucciane, La'ti membantu menatanya secara sederhana. Dibiarkan tergerai dengan sebagian surai di kepang, kemudian dihiasi oleh bunga-bunga segar.
“Saya tidak dapat memberikan gambaran lebih detail tentang My Lord. Lady bisa menilai sendiri jika sudah bertemu dengan My Lord.”
Lucciane tidak mendapatkan informasi apa-apa lagi, selain pemilik Luccane The Palace itu orang yang berwibawa. Ah, satu lagi. Dapat dipastikan seratus persen jika pemilik Luccane The Palace juga seorang pria.
“Silahkan masuk, Lady. My Lord sudah menunggu di dalam.”
Lucciane mengangguk. Ia kemudian mengangkat pandangan, menatap pintu yang menjulang tinggi di depan sana. Jantungnya tiba-tiba berdebar tidak menentu. Ada banyak pertanyaan yang muncul dalam benak. Lucciane takut pemilik Luccane The Palace akan langsung mengusir gadis buronan seperti dirinya. Saat ini ia sangat butuh tempat tinggal dan perlindungan. Ia harap pemilik Luccane The Palace adalah orang yang dermawan serta baik hati, sehingga mau berbesar hati menampung Lucciane lebih lama lagi.
Ketika pintu itu pada akhirnya terbuka dari dalam, debaran jantung Lucciane kian menjadi-jadi. Dengan langkan pendek dan wajah yang tertunduk, ia pun memberanikan diri untuk melewati pintu masuk. Membulatkan tekad untuk menghadap pemilik Luccane The Palace. Tempat yang sudah memberinya perlindungan dari para pembunuh bayaran.
“Selamat pagi,” sapa Lucciane dengan suara kecil. Bahkan hampir terdengar bergetar. Padahal ia yakin di sini ia tidak ada air conditioner, namun suhu udara di rungan ini sangat dingin. Ditambah lagi mencekam.
“Angkat wajahmu ketika sedang berbicara.”
Lucciane langsung tersentak dalam diam. Ia mendengar suara berat itu secara jelas, namun motoriknya masih ragu untuk memberikan respon.
“Aku rasa tidak sopan bicara tanpa melihat lawan bicara.”
Ketika suara berat itu kembali terdengar, Lucciane akhirnya memberanikan diri untuk mengangkat wajah. Ia tidak mau dicap tidak sopan pada pertemuan pertamanya dengan pemilik Luccane The Palace. Sepersekian detik berikutnya, pandangan iris biru Lucciane hanya terpaku pada pria yang duduk di ujung meja makan dengan segala kegagahan yang terpancar.
Pemilik Luccane The Palace bukan pria tua yang gila harta, seperti pikirannya semalam.
Pemilik Luccane The Palace adalah pria muda dengan wajah matang yang terpahat sempurna. Layaknya gambaran Edward Cullen, vampire dalam serial Twilight Series yang tampan luar biasa. Apalagi saat ia bicara, mengeluarkan suara beratnya yang terdengar sangat ber-damage. Lucciane sampai dibuat merinding.
“Lucciane Garcia, selamat datang di Luccane The Palace.”
🦋🦋🦋
TBC
Semoga suka karya baru Author tema Fantasi 🖤
Jangan lupa rate bintang 5 🌟 like, vote, komentar, follow Author, share, tabur bunga sekebon dan tonton iklan sampai selesai 😘
Tanggerang 11-12-23
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Sergiy Karasyuk Lucy S.K.L.
😎 Dukung teroooozz Thor 🌹
2023-04-04
3
Queen Bee✨️🪐👑
sampai lupa komen karena ceritanya bagus , diksinya juga keren 🫶
2023-02-22
1
Karinah Karinah
lanjut terusssss he 🤭
2023-02-09
1