CHAPTER 17

"Marco apa yang kamu pikirkan? Kenapa kamu diam saja, biasanya kamu mengobrol denganku setiap berjogging. Apa yang membuatmu terlihat galau seperti itu?"

Ketika Hana bertanya, Marco masih saja terdiam seperti orang galau. Tak seperti biasanya yang selalu mengobrol bersama Hana ketika mereka jogging bersama.

Hana tiba-tiba berhenti dari lari kecilnya. Dengan wajah yang masam karena Marco terus terdiam.

Marco akhirnya tersadar jika Hana tak ada disampingnya. Marco berbalik badan dan kini ia sadar Hana tertinggal di belakang. Terlihat Hana memasang wajah masam dengan tangan yang di lipatkan di depan dadanya.

Astaga Hana! Kenapa kamu tak berlari?

Marco akhirnya menghampiri Hana, namun Marco masih tak sadar jika Hana merajuk karena Marco mengabaikannya.

"Hana kenapa kamu berhenti?"

"Aku malas jogging sama kamu Marco!"

"Kenapa?"

"Kamu terus mengabaikanku! Padahal aku bertanya banyak hal padamu. Ada apa denganmu kenapa kamu terlihat seperti sedang memikirkan seseorang?"

"Hana aku minta maaf, aku ga akan kaya gitu lagi. Tadi aku memikirkan hal lain jadi aku tak mendengarmu."

Hana cepat luluh lalu mereka kembali jogging bersama. Walau begitu Hana tetap yakin dan tahu jika Marco pasti memikirkan wanita aneh yang bernama Catty itu.

Setelah tiga puluh menit lamanya Marco dan Hana berjogging. Marco pulang ke rumah begitu pula Hana.

Tapi ketika Marco di rumah, Marco sering sekali mengintip ke arah rumah Catty.

"Tumben sekali si Catty itu tak mampir kesini, biasanya dia selalu keluar masuk rumah ini." kata Marco sembari menatap ke arah rumah Catty dati jendela kamar lantai duanya.

Ketika Marco tengah menatap rumah Catty dari jendela kamaranya, terlihat Catty tiba-tiba berpenampilan sangat rapih, rambutnya yang sering acak-acakan kini terlihat di ikat rapih di bagian bawahnya dan menggunakan gaun berwarna kuning.

Catty di tuntun oleh Bibi Meeza dan anak perempuannya masuk ke dalam mobil yang di kendarai oleh suami bibi Meeza.

Walau mereka tampak rapih, Catty tetap memasang wajah datar dan terlihat mempunyai anxious dalam dirinya.

"Kemana Catty akan pergi?"

Marco tiba-tiba mengambil jaket kulitnya dan berlari ke arah mobil. Ketika Marco akan pergi Hana tampak berdiri di depan gerbang Marco untuk menghampirinya dengan membawa wadah berisi makanan.

"Marco! Kamu mau kemana? Aku membawa makanan untukmu!"  Teriak Hana sembari menghampiri Marco yang masuk ke dalam mobilnya.

Namun Marco terlalu fokus pada Mobil Catty sehingga tak sadar jika Hana sedang memanggilnya.

Marco! Marco kamu mau kemana?!

Percuma Hana terus memanggil Marco, karena Marco sama sekali tak sadar ada Hana disana. Namun Hana tahu jika Marco mengejar mobil Catty.

Marco benar-benar mengikuti mobil Catty dan keluarganya, agar keluarga Catty tak curiga. Marco mengikutinya dengan jarak yang sedikit lebih jauh.

Setelah beberapa menit lamanya Marco mengikuti mobil Catty. Akhirnya mobil Catty itu berhenti di sebuah gedung yang sepertinya tengah mengadakan sebuah party besar nan mewah.

"Party... Mereka pergi ke party." gumam Marco dalam mobilnya.

Catty benar-benar masuk dan digandeng oleh anak perempuan Bibi Meeza. Mereka pun masuk bersama, lalu dengan cepat Marco juga mengikutinya perlahan.

Namun sayang Marco tak bisa langsung masuk, disana di hadang oleh seorang penjaga.

"Maaf sebelum masuk beritahu identitas kamu. Atau tunjukan pada kami undanganya."

Marco dengan cepat membuat sebuah kebohongan dengan santainya.

"Saya dari keluarga Meeza, aku anak dari dia. Lihat wanita yang aga gendut itu bernama Meeza."

"Jika benar kamu dari keluarga mereka, kenapa kamu tak berjalan bersama dengan mereka."

"Apakah itu hal penting?! Aku juga punya jalanku sendiri."

"Tolong jangan membuat Quotes disini, saya bertanya serius."

"Saya sudah memarkirkan mobil jadi saya tak berjalan bersama dengan mereka. Apa anda masih tak percaya jika saya anak dari wanita bernama Meeza itu. Kalo tak percaya baiklah saya pergi dan akan melaporkan kalian, karena kalian tak menyuruhku masuk."

"T-tidak perlu, saya percaya silahkan masuk."

Akhirnya Marco di izinkan masuk oleh sang penjaga itu.

Marco bersikap biasa agar tak di curigai oleh orang-orang di party itu. Terlihat Catty duduk di kursi paling depan bersama dengan Bibi Meeza dan yang lainnya. Wajah Catty selalu terlihat datar tak menampakan ekspresi apapun hingga Marco tak tahu Catty bahagia atau tidak di party ini.

Marco duduk di sebuah meja seorang diri dan terus memantau Catty dan Keluarganya itu dari ke jauhan.

Selang beberapa menit party dimulai, terlihat di atas panggung kecil berdiri sepasang suami istri yang tampaknya dari keluarga yang kaya raya dan satu orang laki-laki tampan nan jangkung berdiri di tengah mereka.

Sepasang suami istri itu mengenalkan laki-laki tampan nan jangkung itu kepada semua tamu undangan.

"Perkenalkan dia adalah anak kami yang kini sudah berusia 23 tahun. Sekarang dia akan menjadi penerus perusahaan ayahnya, Nama dia Jaeden."

Setelah sang ibu memperkenalkan anak laki-lakinya yang bernama Jaeden itu, seketika para tamu undangan bersorak untuknya bahkan banyak yang memujinya pria tampan.

Ketika semua orang fokus pada ketampanan Jaeden, Marco lebih fokus pada tatapan Jaeden.

"Ada apa dengan tatapan itu, kenapa dia terus mencuri-curi pandang pada meja keluarga Catty?"

Marco yang tahu dengan momen sedetail itu, kini bertanya-tanya pada siapa Jaeden mencuri-curi pandang.

Karena Jaeden mencuri pandang ke arah meja keluarga Catty. marco jadi bingung siapa yang Jaeden pandang karena Catty dan Anak perempuan bibi Meeza duduk bersebelahan.

Setelah acara inti party selesai, semua para tamu undangan menikmati makanan dan menari bersama di tempat itu.

Marco diam-diam berpindah tempat duduk, Marco duduk di tempat yang sedikit lebih dekat dengan meja Catty dan keluarganya.

Ketika Marco sudah mendekat, tampaknya Bibi Meeza dan suaminya dekat dengan ayah dan ibu Jaeden karena mereka tampak mengobrol bersama di pojok ruangan.

Dan kini yang terlihat di meja itu hanya Catty dan anak perempuan Bibi Meeza.

Ketika mereka berdua tengah duduk, tiba-tiba Jaeden menghampiri mereka. Seketika Marco yang melihatnya merasa curiga dan aneh.

Ketika Jaeden mendekati mereka, Jaeden di sambut hangat oleh anak perempuan Bibi Meeza tetapi tidak dengan Catty yang hanya mengacuhkannya.

Karena Marco tak mendengar pembicaraan mereka dengan jelas. Akhirnya Marco berpindah tempat menuju meja yang lebih dekat lagi dengan meja Catty demi mendengar pembicaraan mereka.

"Hai, namaku Jaeden, nama kalian siapa?" tanya Jaeden yang duduk di depan Catty dan anak perempuan Bibi Meeza.

"Oh hai... Namaku Yuri." jawab anak perempuan Bibi Meeza yang ternyata bernama Yuri.

"Hai Yuri, Dan nama kamu siapa?"

"Akh tidak perlu tahu nama dia Jaeden. Dia sebenarnya sedikit maaf, tidak waras..." bisik Yuri pada Jaeden.

Walau Yuri berbisik seperti itu tampaknya Catty tetap mendengarnya. Namun Catty masih saja terdiam dengan wajah cantiknya namun tanpa ekspresi.

"Oh... M-maafkan aku. Tapi aku rasa dia fine aja Yuri, bahkan dia bisa berdandan dan bergaya cantik seperti ini."

"Argh... Emm itu kan aku yang dandani agar kami tak malu saat datang ke party kamu Jaeden."

Walau Yuri sudah memberitahu Jaeden jika Catty orang yang tak waras. Jaeden masih tak percaya jika Catty tak waras, Jaeden yakin jika Catty orang yang normal.

"Jaeden... Namaku Catty."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!