Hana! Catty!
Mata Marco terbelalak setelah melihat Hana dan Catty tengah bertengkar di dalam kamarnya.
Hana! Catty! Hentikan apa yang kalian berdua lakukan disini?!
Seketika Hana dan Catty terdiam menatap Marco yang tiba-tiba datang.
"M-marco... Marco lihat wanita ini!" kata Hana sembari menunjuk Catty dengan jari telunjuknya.
"Wanita gila ini masuk ke dalam rumahmu dan tidur di dalam kamarmu! Berani sekali dia melakukan itu! Bahkan aku sahabatmu sendiri saja tak pernah melakukan itu!"
Marco hanya terdiam mendengar perkataan Hana yang terus menunjuk ke arah Catty yang ketakutan.
Marco melihat penampilan Catty yang memang sedikit seperti orang gila. Karena rambutnya acak-acakan, tubuhnya yang tak terawat dan juga kurus.
"Hana... Dia memang terlihat seperti orang gila. Tapi dia bukan orang gila, dia tetangga kita Hana, nama dia Catty."
"Tetangga kita? Maksudmu tetangga baru kita yang ada di depan rumahmu itu?"
"Iya."
"Kenapa kamu bisa mengenalnya?"
Ketika Hana menanyakan hal itu. Marco berbohong pada Hana, Marco tak memberitahu jika Catty sudah pernah datang ke rumahnya dan tidur di kamarnya.
"Aku mengenalnya saat aku mengantarkan kue, kamu ingatkan saat kamu menyuruhku mengantarakan itu pada tetangga baru yang ada di depan rumahku."
"Oh, iya aku ingat. Tapi Marco kenapa dia ada disini? Apa kamu sudah sangat dekat dengannya?"
"Tidak, aku lupa mengunci pintu, mungkin dia masuk ke sini tiba-tiba. Sudah beberapa hari ini aku lembur jadi terkadang aku lupa mengunci pintu."
Catty yang sedari tadi hanya diam melihat Marco dan Hana yang terus berbicara, tiba-tiba Catty pergi kembali ke rumahnya tanpa sepengetahuan Marco dan Hana.
"Tapi tetap saja aku ga suka kamu terlalu dekat dengan Catty Marco! Dia wanita ga waras!"
"Hana jaga ucapanmu, Catty masih ada disini dia bisa sakit hati dengan ucapanmu. Catty... Loh kemana dia?"
Marco dan Hana bingung ketika melihat Catty sudah tak ada di hadapan mereka berdua.
"Lihat dia itu benar-benar ga waras! Dia menghilang begitu saja seperti setan!"
"Hana kamu itu temanku yang selalu berkata sopan, tapi kenapa hari ini ucapanmu kasar? Aku tidak suka itu!"
"B-Baiklah Maro... Aku minta maaf. Aku tak akan melakukannya lagi."
Setelah kejadiaan itu, Hana kembali pulang setelah memberikan beberapa makanan untuk Marco, ketika Marco sedang memakan makanan yang di berikan oleh Hana. Marco tiba-tiba teringat Catty.
"...Ehmm lagian kenapa dia benar-benar terlihat seperti orang yang tak waras. Jadinya Hana mengira dia wanita gila."
"Tunggu... Tapi setelah di pikir-pikir kenapa Catty terlihat semakin kurus?"
Marco yang tengah memikirkan Catty tiba-tiba ia kehausan, Marco membuka lemari es'nya dan terlihat dua susu kotak tempo hari yang pernah ia beli untuk Catty sudah tidak ada isinya. Hanya tersisa bungkusnya saja.
"Siapa yang meminumnya? Apa mungkin Hana? Tidak, Hana tak pernah memakan apapun dari rumahku tanpa berbicara dulu padaku. Apa Catty yang meminumnya?"
Marco tiba-tiba tersenyum kecil setelah melihat dua susu kotak itu habis dan tak tersisa setetes pun dari bungkusnya. Karena Marco rasa Catty sudah meminumnya.
"...Ish! Apa'an si, kenapa aku sumringah setelah berfikir yang meminumnya Catty."
Marco yang awalnya merasa bahagia dan tersenyum sumringah setelah berfikir yang meminumnya Catty, seketika berubah lagi menjadi pria yang tak peduli setelah memikirkannya dua kali.
Marco naik ke kamarnya karena sudah sangat larut setelah ia makan malam. Marco duduk di depan komputernya, ketika Marco akan mengerjakan lagunya. Pikiran Marco tak bisa fokus Marco malah mengingat soal kolam ikan berisi belut listrik di rumah Catty.
"Sekarang pikiranku terganggu oleh keluarga Catty, dan sekarang aku mulai terobsesi dan ingin mencari tahu soal Catty dan keluarganya yang aneh itu. Tapi... Akh! Ga aku ga perlu ikut campur urusan mereka!"
Marco yang pikirannya kesana kemari membutnya tak fokus bekerja, akhirnya Marco mengambil earphone dan memakainya, lalu Marco membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Marco memutar lagu favorit-nya sebelum ia tertidur, Marco memilih salah satu lagu diantara playlist lagu favorit-nya.
Hmm... Lagu apa yang harus aku dengarkan sekarang?
ATEEZ Turbulence? atau BTS Zero O'clock?
"Ahh... aku rasa untuk malam ini aku harus mendengarkan Still with you."
Setelah Marco memilih lagu favorit-nya dari playlist yang sering ia dengarkan. Akhirnya Marco memutuskan untuk mendengar lagu Still with you Jungkook.
"Bagaimana bisa dia menulis lirik lagu dan melodi sebagus ini, sampai-sampai aku tak pernah menghapus lagu ini dari playlistku."
Marco akhirnya terlelap malam itu dengan earphone di telinganya.
****
Saat pagi tiba, Marco mendengar suara ketukan pintu.
Siapa itu, Ini masih pagi kenapa seseorang bertamu sepagi ini?
Marco berjalan menuju pintu untuk menghampiri tamu yang datang ke rumahnya pagi itu.
Catty...
Marco terkejut karena yang bertamu kepadanya adalah Catty, yang membuat Marco terkejut adalah. Catty mendapati hidungnya mengeluarkan banyak darah hingga menetes ke pakaian yang ia pakai.
"Astaga Catty! Apa yang terjadi? Cepat masuk biar aku ambilkan tisu! Angkat kepalamu tataplah langit-langit."
Marco membawa Catty masuk ke dalam rumahnya dengan menuntunnya karena Catty tak bisa melihat kedepan, karena Catty harus mengangkat kepalanya agar darahnya tak menetes ke bawah.
Marco membawa kursi meja makan ke dekat wastafel, Marco sengaja mendudukan Catty disana agar ia bisa membersihkan hidung Catty yang penuh dengan darah oleh air kran.
Marco mengambil beberapa tisu dan membersihkan darah yang ada di hidung Catty, Marco sesekali membasahi tisu itu dengan air. Marco menyumpal dua hidung Catty dengan tisu agar darahnya berhenti keluar.
"Argh... Bagaimana bisa aku bernafas nanti, jika kamu menutup kedua lubang hidungku?"
"Ini bukan waktunya untuk bercanda Catty! Bernafaslah melalui mulut!"
Setelah membantu Catty, Marco berdiri sembari bersender di wastafel menghadap Catty yang duduk di kursi.
"Sekarang aku ingin bertanya padamu Catty, apa kita dekat? Apa kamu mengenalku?"
"Tidak, aku tidak mengenalmu. Bahkan aku tak pernah menanykan siapa nama kamu."
Catty menjawabnya dengan suara yang agak aneh, karena kedua lubang hidungnya disumbat oleh tisu.
"Nah itu kamu tahu, kita itu ga kenal satu sama lain, kita itu ga sedeket nadi! Tapi kenapa kamu terus datang padaku?"
Ketika Marco bertanya akan hal itu. Catty tak menjawab apapun, Catty hanya terdiam seperti orang ke bingungan.
"Namaku Marco, Marco! Marco! Kamu bisa memanggilku dengan nama itu. Bisa-bisanya kamu lupa dengan namaku. Padahal malam itu aku pernah memberitahumu."
"Iyaa Marceo. Aku akan memanggilmu Marceo..."
"MARCO! dibaca dengan K bukan dengan C!"
Catty malah tersenyum setelah mempermainkan Marco.
"Sekarang beritahu aku, ada apa dengan hidungmu? Apa kamu menabrak tembok atau kamu sering mimisan?"
"Bukan keduanya!"
"Lalu... apa yang terjadi dengan hidungmu itu?"
...Bantu like komen dan vote ya...
...Terima kasih.❄...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments