Lily mengantar Marco hingga halaman depan rumahnya.
"Lily... Aku pulang dulu, sampai nanti." kata Marco sembari membuka pintu mobilnya.
"Ii-iya Marco, sampai nanti dan... Selamat malam." jawab Lily dengan senyuman kecil di wajahnya.
Marco pun pamit untuk pulang, tapi ketika di perjalanan ia terus memikirkan soal keluarga Matteo itu, Marco mempunyai firasat 50% benar dan 50% tidak benar, jika dirinya adalah anak dari keluarga Matteo yang terkenal itu.
"Apa mungkin aku anak dari keluarga Matteo itu? Jika benar pasti mereka akan membuat sebuah sayembara dimana-mana karena mereka berasal dari keluarga kaya."
"Tapi aku juga bertanya-tanya kenapa istri dari Matteo itu menggunakan liontin dengan bandul yang sama seperti yang aku miliki."
Ketika Marco sibuk memikirkan akan hal itu, Marco melihat sebuah toko yang masih buka. Dan toko itu menjual susu kotak yang di pajang di lemari pendingin.
Marco menghentikan mobilnya dan menepikannya di toko itu, Marco ingat pada Catty yang selalu meminta susu kotak padanya.
Emm... Aku rasa aku harus membeli banyak susu kotak.
Marco membeli begitu banyak susu kotak berbagai macam rasa, tak hanya susu kotak Marco juga membeli beberapa makanan ringan.
Setelah membeli begitu banyak susu kotak dan makanan ringan, Marco akhirnya pulang dan terlihat kursi mobil belakanganya yang penuh dengan susu kotak dan makanan ringan.
Astaga... Kenapa aku membeli begitu banyak susu kotak dan makanan ringan untuk Catty.
Hah! Apa? Catty...
Marco tersadar jika ia benar-benar membelinya karena teringat dengan Catty.
"...Ah lagi pula aku hanya kasian padanya, tak lebih. Tak masalah jika aku membelikannya begitu banyak."
Marco tiba di rumahnya tengah malam sekali. Ketika Marco keluar dari mobilnya untuk membuka gerbang rumahnya, marco mendengar sesuatu dari arah rumah Catty.
Marco yang tengah membuka gerbangnya tiba-tiba terhenti seketika demi mendengar suara tangisan.
Dan suara tangisan itu berasal dari rumah Catty.
Marco semakin diam tak bergerak sama sekali, demi benar-benar mendengarkannya dengan jelas. Karena Marco merasa penasaran Marco berjalan cepat ke arah rumah Catty.
Ketika Marco tiba di dekat rumah Catty, Marco melihat gerbangnya sudah di gembok dan di lilit oleh sebuah rantai, dan suara yang ia dengar tadi semakin jelas terdengar.
Marco mendengar suara tangisan kecil dari arah kamar yang ada di bawah, dan juga suara orang yang sedang mengerang kesakitan. Jika diartikan itu seperti suara orang menangis yang menangisi orang yang sedang mengerang kesakitan.
Marco mulai sadar jika suara tangisan itu sangat mirip dengan suara Catty. Marco pun terpaksa memanjat ke atas gerbang rumah Catty yang di ikat oleh rantai. Setelah Marco memanjatnya Marco pun memanggil nama Catty.
Catty! Catty!
Dan tiba-tiba saja Catty membuka pintu rumahnya dan berlari keluar menghampiri Marco.
"Marco... Marco tolong aku!"
Catty menarik tangan Marco dan membawanya ke dalam rumah.
"Catty apa yang terjadi?" tanya Marco namun Catty tetap fokus menarik tangan Marco dan membawanya ke sebuah kamar.
Ketika Catty membawa Marco ke dalam kamar, terlihat seorang anak laki-laki yang masih remaja terbaring diatas ranjang. Dengan keadaan mulut yang terus mengerang mengeluarkan suara seperti orang yang tengah di cabut nyawanya.
"Marco... Tolong aku! Apa yang terjadi dengan
Niko? Dia adikku Marco!"
Marco pun ikut panik karena terlihat keadaan adik Catty yang bernama Niko itu sudah sangat parah.
"Catty ayo bawa dia ke rumah sakit, aku akan menyiapkan mobilku."
Ketika Marco berlari ke arah luar, Marco lupa jika gerbangya dikunci dan di ikat oleh rantai yang tergembok.
"Astaga! Bagaimana aku bisa membawanya keluar nanti?"
Marco yang panik berlari kembali ke dalam rumah dan bertanya pada Catty dimana tempat di simpannya peralatan bangunan.
"Catty gerbanganya di rantai, aku harus membukanya agar adikkmu bisa dibawa keluar. Dimana kalian menyimpan kunci atau peralatan bangunan?"
"A-aku tidak tahu Marco! Cepat cari saja!"
Marco akhirnya berlari mencari kesekelilingnya namun ia sama sekali tak menemukannya.
Dan tiba-tiba Catty menangis lebih keras. Marco yang curiga akan hal itu berlari masuk ke dalam kamar dan ternyata, Niko adiknya Catty sudah meninggal dunia.
Catty menangis histeris sembari memeluk Niko. Marco yang tadinya berdiri kini kakinya tak sanggup berdiri lagi, ia duduk di lantai merasa bersalah karena terlambat membawa Niko ke rumah sakit.
Catty... Maafkan aku.
Dan tiba-tiba suara mobil datang dan membuka gerbang yang di rantai itu, ketika Marco melihatnya dari arah jendela dalam rumah. Ternyata itu adalah bibi Meeza, suaminya dan juga satu anak perempuannya yang sepertinya seumuran dengan Catty.
Marco pun menghampiri mereka yang baru tiba dengan penuh kemarahan.
Marco mendekati suaminya bibi Meeza yang berpakaian rapih dan terlihat elit itu dengan tatapan tajam.
"Kenapa anda merantai gerbang itu! Kenapa HAH!!!" Teriak Marco di depan wajah suami Bibi Meeza.
Dan tiba-tiba Bibi Meeza mendorong Marco menjauh dari suaminya!
"Lepaskan dia! Siapa kamu seenaknya berada di dalam rumah saya dan bertingkah tidak sopan kepada suami saya?!"
"Saya teman Catty! Dan sekarang adik Catty meninggal dunia! Saya ingin menolongnya dan membawanya keluar tapi kalian malah merantai gerbang ini, sekarang adiknya meninggal dunia!"
Ketika Marco menjelaskan akan hal itu, Catty tiba-tiba datang dengan penuh ke marahan dia mendorong Bibi Meeza dan berteriak di hadapannya.
"Niko meninggal dunia! Kalian semua telah menyiksanya sejak lama! Aku akan membalas ulah kalian semua!"
Ketika Catty marah dan menangis di hadapan Bibi Meeza, Bibi Meeza mendorongya dengan keras sehingga Catty tersungkur ke tanah.
Bibi Meeza dan suaminya tiba-tiba masuk dengan cepat ke dalam ruamahnya untuk melihat Niko adik laki-laki Catty. Sedangkan anak perempuanya masih terus-terusan menatap Marco dengan senyuman centilnya.
"Catty... Kamu tak apa-apakan?" tanya Marco sembari membantunya bangun, karena terjatuh akibat Bibi Meeza mendorongnya.
Tiba-tiba Catty menangis memeluk Marco dengan begitu eratnya.
"Marco... Niko meninggal, dia adikku Marco ini semua karena mereka yang telah menyiksanya. Aku sendirian Marco, aku takut!"
Marco mengelus punggung Catty dan mencoba menenangkannya, namun tiba-tiba anak perempuan Bibi Meeza itu menarik tangan Marco sehingga pelukan Catty terlepas darinya.
"Jangan peluk dia! Dia itu wanita gila, lihat kamu orang yang sangat tampan jadi tak pantas berpelukan dengan wanita gila ini!" Katanya dengan raut wajah yang merendahkan Catty.
Marco pun marah padanya dan menunjuk wajah anak perempuan dari Bibi Meeza itu.
"Hei jaga ucapanmu! Siapa kamu berani-beraninya mengatakan hal seburuh itu pada Catty!"
...Bantu like komen dan vote ya...
...Terima kasih.❄...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments