Marco memperhatikan kembali dua mobil itu, dan Marco melihat ada delapan orang yang keluar dari dua mobil hitam, Lima laki-laki dan tiga orang perempuan. Lima laki-laki itu berbaju hitam sedangkan tiga perempuannya berpakaian putih seperti seorang perawat.
Tak lama mereka menaiki kamar Catty yang ada di lantai dua, dan tiba-tiba saja mereka membuka jendela kamar Catty lalu memanggil nama Catty.
Bahkan wanita yang bertubuh gendut, yang Catty panggil dengan sebutan Bibi Meeza itu, tampak membawa senter dan mencari Catty di sekitaran halaman rumahnya.
Marco tersadar jika Catty berlari ke rumahnya karena ketakutan. Marco dengan cepat menutup jendela kamarnya dan mematikan lampu kamaranya.
Marco menghampiri Catty yang duduk di sudut ranjangnya dengan tubuh yang di tutupi selimut. Marco duduk di dekatanya walau dengan canggung.
"Katakan padaku, apa yang terjadi denganmu? Kenapa kamu terlihat seperti ketakutakan?" tanya Marco tanpa menatap ke arah Catty.
Catty tiba-tiba membuka selimut yang menutupi dirinya.
"A-aku takut, aku takut jika aku memberi tahumu mereka akan me..."
Belum selesai Catty berbicara. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu rumah Marco.
Tok! Tok! Tok!
Seketika Marco dan Catty terkejut.
Permisi...
Orang itu terus memanggil dan mengetuk pintu rumah Marco.
"I-itu, itu suara Bibi Meeza... Apa dia tahu aku ada disini?"
Marco dengan cepat mengintip dari jendela kamarnya, dan benar saja itu adalah Bibi Meeza bersama dengan dua orang laki-laki berbaju hitam.
Marco juga ikut panik dan tak tahu harus melakukan apa.
"Iya itu Bibi-mu bahkan dia membawa dua orang laki-laki berbaju hitam seperti pengawal."
Tiba-tiba Catty memegang tangan Marco dengan kedua tangannya dan meminta pada Marco agar tidak memberitahu Bibi-nya jika ia ada di rumahnya.
"Aku mohon jangan beritahu mereka aku ada disini. Aku berjanji setelah pagi tiba, aku akan pulang. Aku hanya tak ingin pulang malam ini, karena mereka akan melakukan sesuatu padaku. Aku mohon sembunyikan aku untuk malam ini saja..."
Catty yang terus memohon pada Marco, membuat Marco luluh. Dan akhirnya Marco mau membantunya.
Marco turun ke lantai satu untuk menemui Bibi Meeza. Marco sempat bingung apa yang harus ia katakan pada mereka, Marco akhirnya berpura-pura seperti baru bangun dari tidurnya.
Marco membuka pintunya sembari berpura-pura bangun dari tidur.
"Maaf saya mengganggu, apa kamu melihat seorang wanita bertubuh kurus dan berambut panjang tebal?" tanya Bibi Meeza. Yang di dampingi oleh dua orang laki-laki berpakaian hitam.
"W-wanita? Aku tidak melihatnya, aku sedang tidur!"
"Hmm, baiklah tak masalah jika kamu tak melihatnya."
"Memangnya ada apa?"
"Wanita itu sedikit gila, saya Bibi'nya. Jika kamu menemukan dia tolong beritahu saya, nama saya Meeza."
"Baiklah."
Akhirnya Bibi Meeza dan kedua pria yang menggunakan pakaian serba hitam itu pergi meninggalkan rumah Marco.
Marco dengan cepat mengunci pagar dan mengunci pintu rumahnya juga, Marco langsung masuk ke dalam kamarnya dan menemui Catty kembali.
Namun Catty sudah terlelap, Marco hanya menatapnya dari kejauhan sembari memperhatikan tubuh Catty yang terlihat kurus. Marco juga berfikir apakah ucapan Bibi Meeza itu benar atau tidak, jika Catty gila.
"Aku rasa dia tak sakit, aku yakin dia bukan orang gila, dia hanya terlihat ketakutan. Tapi di satu sisi dia juga kadang bertingkah aneh." kata Marco dalam batin'nya sembari menatap Catty yang tertidur.
Marco pergi menuju lantai dua rumahnya dan tidur di kamar utama.
"Argh!!! Aku tak bisa tidur... "
Sudah dini hari dan Marco tetap tak bisa tidur, karena rasanya tak nyaman tidur dalam satu atap dengan orang asing.
Marco akhirnya naik ke lantai dua menuju kamarnya sendiri. Ketika ia masuk Catty masih terlelap tidur.
Marco diam-diam duduk di kursi tempat ia bekerja membuat lagu. Marco menyalakan komputernya dan membuka file-file lagu yang sedang ia kerjakan.
Tiba-tiba Catty membuat suara ketika ia tidur. Marco seketika menghadap ke arahnya, Ketika Marco memperhatikannya. Catty malah semakin membuat suara aneh dalam tidurnya seperti tengah bermimpi buruk.
Catty.
Marco memanggilnya perlahan, dan mendekatinya. Marco duduk di atas ranjang tepat di samping Catty.
Catty... Hei... Ada apa denganmu?
Tiba-tiba Catty terbangun dengan mata yang terbelalak, hingga membuat Marco terkejut melihatnya.
Hah!!! Huhh...
Catty tiba-tiba menangis setelah bangun dari tidurnya. Catty menatap Marco sembari meneteskan air mata.
Catty... Apa kamu bermimpi bu...
Belum selesai Marco berbicara, tiba-tiba Catty memeluknya dengan begitu erat. Marco membulatkan matanya saat Catty memeluknya.
Catty menangis dengan tersedu-sedu dalam pelukan Marco, Marco mencoba menenangkannya. Marco menepuk-nepuk punggung Catty perlahan walau canggung.
Saat Marco menepuk punggung Catty, Marco bisa merasakan tulang punggung Catty, karna Marco sangat penasaran. Marco mengelus punggung Catty lagi dengan perlahan tanpa menepuk-nepuk punggungnya. Dan Marco mulai merasakan jika Catty benar-benar kurus. Marco merasa Catty kurus karena terlalu banyak pikiran dalam otaknya hingga membuat tubuhnya rusak.
"Sudah jangan menangis, kamu hanya bermimpi buruk. Jangan seperti anak kecil." Ucap Marco sembari melepaskan pelukan Catty.
"T-tapi aku bermimpi buruk, aku takut."
"Kamu itu udah gede, ga perlu segitunya hanya gara-gara mimpi buruk."
Marco malah bersikap dingin dan kembali duduk di depan komputernya.
Catty merasa sedih dengan ucapan Marco, dan akhirnya ia kembali tidur. Ketika Marco duduk di depan komputernya, Marco malah mematikan komputernya dan malah memperhatikan Catty dari layar komputernya itu.
Marco melihat Catty memeluk dirinya sendiri dalam tidurnya, Catty bahkan mengelus kepalanya sendiri dengan tangannya.
Marco yang tak percaya dengan apa yang ia lihat di layar komputer tiba-tiba menoleh ke arah Catty, dan apa yang di lihatnya, memang benar, Catty tengah memeluk dirinya sendiri.
Marco yang tahu akan pelukan itu tersadar, jika Catty benar-benar ketakutan dan cemas jadi Catty memeluk dirinya sendiri agar rasa takut dan cemas itu hilang dalam dirinya.
Marco menundukan kepalanya setelah melihat Catty yang memeluk dirinya sendiri.
Marco mulai mengingat kembali kenangan ketika ia tinggal di asrama, Marco juga sering memeluk dirinya sendiri ketika ia merasa kesepian, ketakutan dan juga cemas. Dulu Marco juga selalu ingin mendapatkan pelukan hangat dari ibunya. Karena ia tak pernah merasakan itu, akhirnya Marco memeluk dirinya sendiri.
Marco mulai lupa dengan Butterfly Hug, tapi ketika Melihat Catty melakukan itu di hadapannya. Marco mulai teringat kembali Butterfly Hug, Marco tiba-tiba menyilangkan tangannya dan memeluk dirinya sendiri. Ya, Marco melakukan Butterfly Hug lagi setelah sekian lama.
...Aku bakalan update setiap hari...
...Bantu like komen dan vote ya...
...Terima kasih.❄...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments