"Hana... Ada apa? Aku harus berangkat ke studio."
"Marco aku mohon bantu aku, untuk kali ini saja. Aku mohon... "
"Bantu apa Hana?"
"Tolong antar kue ini pada tetangga baru kita. Aku sedang membuat kue, aku takut saat aku mengoven kue-ku, kue itu akan gosong."
"Kenapa harus aku Hana, lagi pula mengantar kue tak sampai 10 menit. Lebih baik kamu saja yang antar!"
Marco sudah menolak, tapi Hana masih saja memohon padanya agar Marco mau mengantar kue'nya.
"Marco, seharusnya kamu ngerti kenapa aku ngga mau antar kue ini ke tetangga baru kita."
"Emangnya kenapa Hana?"
"Jika aku mengantarnya, pasti mereka akan mengobrol bersamaku sangat lama, mereka pasti meminta resep kue'nya juga. Dan aku sedang membuat kue pesanan aku takut kue itu akan gagal. Pokoknya ini kuenya dan antar pada mereka!"
Hana pun memberikan kue buatanya untuk tetangga baru yang sekarang tinggal di depan rumah Marco, pada Marco.
"T-tapi Hana... "
"Bay, makasih ya Marco ganteng!"
Marco pun memasang wajah masam, ketika Hana menyuruhnya memberikan kue itu pada tetangga baru yang kini tinggal di depan rumah Marco.
"Ini cuman mengantar kue, tapi kenapa aku gugup sekali dengan tetangga baru'ku itu?"
Marco berjalan menuju rumah tetangga barunya, Marco hanya perlu menyebrangi jalan dan tak sampai dua menit Marco pun tiba di depan rumah tetangga barunya itu.
Gerbang rumahnya masih di kunci, Dan Marco terus menekan tombol rumahnya.
Dan tak lama si pemilik rumah pun keluar. Seorang wanita bertubuh gendut dan perkiraan berumur 40 tahunan, membuka gerbangnya dan menyambut Marco yang datang dengan kue di tangannya.
Marco tiba-tiba gugup. Karena ia teringat semalam, ia kepergok tengah mengintip rumah mereka dari jendela kamarnya.
"Hai... Selamat pagi, ada apa?" tanya wanita bertubuh gendut itu.
"Pagi... Saya datang kesini untuk mengantarkan kue ucapan selamat datang dari Hana."
"Hana? Siapa dia?"
"Dia anak dari pemilik perumahaan ini. Dia selalu memberikan kue setiap kali ada tetangga baru yang tinggal di sini."
"Oh. Baiklah, saya akan mengambilnya. Terima kasih banyak. Oh iya, apa yang depan itu rumahmu?"
"Ya, itu rumah saya. Baiklah kalo begitu saya harus pergi bekerja, saya pergi dulu."
"Baiklah, terima kasih banyak."
Ketika Marco akan pergi, Marco melihat wanita yang semalam ia lihat dari kamarnya, tengah berdiri di depan pintu rumah itu. Ya wanita itu yang tak lain adalah wanita yang Marco lihat semalam yang terus mondar mandir di dalam kamarnya, wanita itu benar-benar kurus, kulitnya putih bersih namun memiliki rambut tebal hitam, sehat dan panjang.
Marco pun menatapnya sebentar dan langsung kembali menuju mobil untuk berangkat menuju studio.
Ketika Marco berjalan meninggalkan rumah tetangga barunya itu, Marco mendengar suara wanita bertubuh gendut tadi memarahi seseorang dengan nada tinggi. Marco sempat curiga dan ingin berbalik badan untuk melihatnya. Namun Marco merasa ia tak perlu ikut campur dengan urusan orang lain. Marco akhirnya pergi dengan mobilnya menuju studio.
Seharian Marco bekerja di studio membuat lagu, sampai-sampai ia teringat. Jika ia harus membeli beberapa makanan dan barang-barang untuk di bawa ke panti asuhan. Tempat dimana dulu ia di besarkan.
Sore itu sebelum pulang ke rumah, Marco membeli beberapa makanan, mainan dan juga hadiah untuk ibu panti.
Setelah membeli banyak hal yang di butuhkan, Marco dengan cepat menuju panti asuhan. Tangannya penuh dengan barang bawaan untuk anak-anak panti.
Ketika Marco datang, semua anak-anak panti bersorak riang gembira menyambutnya. Marco pun tersenyum dan langsung membagikan makanan dan mainan kepada mereka.
"Marco, kamu sudah benar-benar berubah, kamu sudah dewasa sekarang." ucap salah satu pengasuh panti berkerudung merah.
Marco tersenyum dan memeluk pengasuh panti wanita yang berkerudung merah itu.
"Terima kasih ya sudah merawatku sejak aku kecil. Aku akan sering datang kesini..." kata Marco dengan senyuman.
"Oh iya, dimana ibu panti?"
"Maksudmu Ibu Bunga?"
"Ya, dia ada dimana sekarang? Aku merindukannya."
Marco pun diantar menuju ruangan Ibu Bunga, yang tak lain adalah ibu pemilik panti yang sudah merawatnya hingga ia besar dan menempatkan dirinya dengan sangat spesial di hatinya.
Marco masuk ke dalam ruangan seperti kamar di lantai dua, dan terlihat ibu panti yang sudah merawatnya semakin bertambah usia. Ia terlihat tengah duduk di sebuah sofa sembari membaca buku bersama anak perempuannya, yang usianya beda dua tahun dengan Marco.
"Bu... " Panggil Marco.
Seketika Ibu panti yang bernama Bunga dan anak perempuannya, mengalihkan pandangan mereka dari buku yang sedang mereka baca pada Marco.
"Marco... "
Marco pun mendekati ibu panti yang sudah merawatnya dan memeluknya begitu erat.
"Astaga Marco, ibu sangat merindukanmu..."
"Aku juga bu, aku merindukanmu..."
Marco duduk bersama dengan Ibu panti dan anak perempuannya. Dan terlihat anak perempuan ibu panti sedang menyiapkan minuman untuk Marco.
Marco yang duduk bersama dengan ibu panti mencoba mengobrol bersama.
"Bu, aku tak menyangka Lily sudah besar. Bahkan dia sudah terlihat dewasa." Kata Marco sembari menatap Lily yang sedang menyiapkan minuman untuknya.
Ibu panti hanya tersenyum sembari menatap Marco. Lily kembali dengan membawa minuman untuk Marco dan ia duduk di samping sang ibu.
Marco menatap Lily dengan senyuman sebentar, sehingga Lily merasa terbawa perasaan dan menundukan wajahnya dengan senyuman.
"Oh iya Marco, ibu ingin memberikan ini kepadamu. Sekarang usiamu sudah 23 tahunkan. Jadi ibu ingin kamu memegangnya."
"Apa bu, apa itu?"
Ibu panti pun memberikan wadah berwarna hitam, yang berisi liontin yang bertuliskan nama depan dan belakang Marco. Ya, kalung itu kalung milik Marco saat Marco ditemukan di bandara, Marco sudah memakai kalung itu.
Marco pun mengambil kalungnya, ia tersenyum melihat kalung itu.
"Suatu hari jika kamu ingin menemukan orang tuamu, tunjukan kalung itu."
Ketika Ibu panti mengatakan hal itu. Marco langsung memeluknya dan meneteskan air matanya. Karena Marco sudah tahu, jika sejak kecil ia tak tahu dimana keluarganya berada. Dan hanya ibu pantilah satu-satunya orang yang menjadi tempatnya kembali.
****
Hari mulai gelap, Marco pulang menuju rumahhnya dengan keadaan bahagia setelah bertemu ibu panti.
Ketika Marco sudah memarkirkan mobilnya dalam bagasi, Marco keluar dari mobil dan entah kenapa tiba-tiba Marco memiliki perasaan yang buruk setelah tiba dirumah.
Marco merasa tak enak hati.
Sebelum Marco masuk ke dalam rumah, Marco mencoba menutup gerbang rumahnya. Ketika Marco menutup gerbang rumahnya, Marco melihat ke arah rumah tetangga barunya. Marco merasa rumah itu seketika berubah menjadi sepi. Karena sebelumnya rumah itu ramai.
Marco berusaha berfikir positif dan tak mau curiga dengan rumah itu. Marco pun masuk ke dalam rumahnya. Namun aneh pintunya tak di kunci.
"Tunggu, kenapa ini tak dikunci apa aku lupa menguncinya?" tanya Marco bingung.
Setelah melihat kunci pintu rumahnya, ternyata Marco lupa mengunci pintu. Terlihat kuncinya masih tergantung di pintu dari dalam.
Ketika Marco menutup pintu, tiba-tiba seseorang membuatnya terkejut.
...Aku bakalan update setiap hari...
...Bantu like komen dan vote ya...
...Terima kasih.❄...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments