CHAPTER 18

Seketika Marco yang tengah menguping pun terkejut ketika Catty membuka suara dan memberitahu Jaeden namanya.

Yuri dan Jaeden pun sama-sama terkejut dan langsung memandang Catty dengan tatapan terkejut.

"Oh jadi nama kamu Catty... " Kata Jaeden dengan senyuman di wajahnya.

Jaeden tiba-tiba terus menatap Catty dan mengabaikan Yuri. Seketika Yuri memberikan tatapan tajam pada Catty.

Marco yang duduk di meja belakang mereka melihat Yuri tampak menarik rambut Catty dengan kerasnya, hingga membuat Catty kesakitan tapi Catty tetap stay strong di depan Jaeden seakan dia baik-baik saja.

"Kenapa Catty diam saja saat Yuri menjambak rambutnya." Gumam Marco sembari melihat ke arah Catty.

Dan tiba-tiba acara berikutnya di mulai, yaitu berdansa bersama. Jaeden anak dari pemilik Party itu langsung naik ke atas panggung untuk memberitahu kepada para tamu undangan siapa yang akan di jadikan pasangannya untuk berdansa nanti.

"Semuanya Jaeden akan memilih wanita yang akan menjadi pasangannya untuk berdansa nanti. Semoga wanita muda disini ada yang beruntung." Kata Ibu Jaeden dengan membawa secangkir wine di tanganya.

Tanpa basa basi Jaeden langsung memberitahu semua tamu undangan, siapa yang akan di jadikan pasangannya untuk berdansa nanti.

"Saya akan memilih Catty... Yang duduk di sebelah Yuri, "

Seketika Marco terkejut bahkan bibi Meeza, suaminya dan juga Yuri terkejut setelah mendengar Jaeden memilih Catty menjadi pasangan berdansanya nanti.

Catty tersenyum lebar setelah tahu dirinya di pilih Jaeden, tapi senyuman Catty seketika menghilang setelah Bibi Meeza, suaminya dan juga Yuri memberikan tatapan tajam pada Catty.

"Catty... Majulah ke depan." kata Jaeden lagi dengan senyuman.

Bahkan kedua orang tua Jaeden tampaknya menyukai Catty karena Catty berpenampilan sangat cantik dan rapih dengan gaun berwarna kuningnya.

Catty yang sedari tadi tak mau maju masih terus menatap kembali Bibi Meeza dan Yuri, karena mereka cemburu melihat Catty yang terpilih bukan Yuri.

Namun sepertinya Catty berusaha tak peduli, Catty yang duduk di samping Yuri memundurkan kursinya dan berjalan ke arah Panggung menuju Jaeden.

Semua orang bertepuk tangan bahkan banyak yang tak menyangkan Catty secantik itu.

Bahkan Marco pun merasa terkagum-kagum melihat Catty dengan penampilannya yang sangat cantik tak seperti biasanya yang selalu berantakan.

"Argh! Astaga kenapa aku terpesona dengan Catty, dia hanya wanita aneh yang pernah aku temui." Gumam Marco sembari menatap Catty yang berjalan ke arah Jaeden.

Setelah Catty berada di atas panggung. Jaeden langsung mengulurkan tanganya dan membungkukan badannya meminta tangan Catty untuk menerima ajakannya.

Catty dengan senyumannya, menaruh tanganya di atas telapak tangan Jaeden yang mengajaknya untuk berdansa bersama.

Dan akhirnya musik di putar lalu semua orang berdansa bersama dengan pasangan masing-masing, tak terkecuali Bibi Meeza suaminya dan juga Yuri. Mereka malah diam duduk dengan wajah mereka yang masam menatap Catty.

"Lain kali ibu jangan membawa Catty, dia itu tak berguna disini dia hanya mengambil peranku saja. Aku pikir Jaeden itu jelek ternyata dia tampan seperti pangeran." Kata Yuri marah kepada sang ibu.

Marco tampak bingung dengan ucapan yang ia dengar dari Yuri, sebenarnya mereka itu siapanya Catty.

Jaeden memegang pinggang Catty lalu Catty mengalungkan tanganya pada leher Jaeden, hingga wajah mereka begitu dekat dan hampir berciuman.

Marco yang melihatnya tiba-tiba merasa cemburu, Marco mencoba mengalihkan pandanganya tapi tetap saja ia merasa sulit.

"Kenapa aku merasa cemburu melihat Catty bersama dengan Jaeden." Ucap batin Marco.

Ketika mereka semua asik berdansa, tiba-tiba Listrik padam hingga membuat pandangan semua orang gelap.

"Astaga kenapa mati lampu, kalo begini aku tak bisa melihat Catty." Gumama Marco.

Lalu semua orang menyalakan flash handphone mereka, ketika Marco menyalakan flash handphonenya juga. Marco langsung mengarakan ke arah panggung untuk melihat Catty dan Jaeden, namun sayang mereka berdua tiba-tiba menghilang.

Marco panik setelah tahu mereka berdua tiba-tiba menghilang.

"Astaga kemana Catty dan Jaeden pergi?" tanya Marco panik.

Setelah Marco berlari ke sana kemari dalam gelapanya ruangan untuk menacari Catty. Akhirnya Marco menemukan sebuah pintu di belakang panggung.

"Pintu apa ini?"  Tanya Marco bingung karena melihat sebuah pintu di belakang panggung itu.

Hanya dengan cahaya flash handphone, Marco Masuk ke dalam pintu itu dan pintu itu sama sekali tak di kunci.

Saat Marco masuk terlihat Jaeden tengah berusaha mencium Catty bahkan mendorong Catty ke tembok dengan keras.

Marco terkejut dengan apa yang dia liat, dengan cepat Marco menarik Jaeden dengan keras dan mendorongnya jauh dari Catty.

Sialan!

Teriak Marco sembari mendorong Jaeden.

Catty tampak tak menangis sama sekali, Catty hanya terdiam sembari menggigiti jari tanganya di sudut ruangan.

"Siapa lo hah! Berani beraninya lo pukul gue! Gue Jaeden gue orang kaya disini. Lo pukulin gue, idup lo bakalan abis!"

Walau Jaeden banyak bicara saat Marco memukulinya, Marco tetap tak membalas ucapan Jaeden, Marco terus memukulnya habis-habisan.

Setelah Marco puas memukulnya, hingga membuat Jaeden tak berdaya. Kini Marco berlari ke arah Catty untuk membawanya pergi dari sana.

"Catty... Catty, ayo kita keluar dari sini." ajak Marco pada Catty. Namun Catty masih terdiam dengan tatapan kosong dan terus menggigiti jari-jari tanganya.

Marco membuka jaket kulitnya dan menutupi kepala Catty, lalu membawa Catty dengan merangkulnya keluar dari ruangan itu.

Ketika Marco keluar, Marco bersyukur karena ruangan itu masih gelap hanya beberapa cahaya dari flash handphone para tamu.

Marco membawa Catty ke dalam mobilnya dan melepaskan jaket kulit yang menutupi kepala Catty.

"Catty... Kamu sudah aman."

Ketika Marco mengatakan hal itu, Catty masih sama seperti yang Marco lihat saat di ruangan gelap itu.

Wajahnya tampak ketakutan, Catty terus menggigiti jari-jari tanganya dengan tatapan kosong.

Marco pun tahu jika Catty pasti merasa cemas. Marco mendekatinya, Marco mencoba memegang kedua tangan Catty dan melepaskan Jari-jari Catty yang terus Catty gigit.

Catty menatap Marco saat Marco melakukan itu.

"Lakukanlah butterfly hug? Itu akan mengurangi rasa cemas kamu Catty." kata Marco dengan suara lembutnya namun berat.

Namun Catty tetap tak ingin melakukan butterfly hug. Catty malah berdiri dari tempat duduknya dan berpindah duduk diatas pengkuan Marco yang duduk di kursi kemudi.

Marco seketika terkejut dengan apa yang di lakukan Catty.

Ca..catty. apa yang kamu lakukan?

Wajah mereka berdua begitu dekat bahkan hidung Catty dan hidung Marco bersentuhan.

"Ca..Catty, ada apa denganmu?"

"Marco... Aku tak ingin melihat wajah Jaeden lagi. Aku ingin menghilangkan tatapan Jaeden dan sentuhan Jaeden itu. Dia menakutkan Marco, biarkan aku menatap wajahmu agar aku lupa dengan tatapan Jaeden."

Bantu like komen dan vote ya

Terima kasih.❄

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!