Matahari menampakkan dirinya dari balik Gunung Noris yang gagah, seakan gunung itu menjadi rumah bagi Sang surya. Haaland berdiri di tepi atap menyaksikan Galantris yang miris baginya, mayat-mayat hidup yang ada di bawanya mulai bergerak melakukan aktivitas mereka, merintih dan meringkuk kesepian.
Tiba-tiba punggungnya merasa ada yang meraba dengan sentuhan halus yang esensial. Sentuhan itu menjelajah setiap tekstur punggung Haaland yang tak karuan.
“Aku tidak menyangka tato-tatomu ini begitu nyata, menyembul keluar bagai tanda alami dari tubuhmu, Haaland.” Suara lembut dari tenggorokan Yelda menyembul di gendang telinga Haaland, bagai sebuah alarm yang membangunkan seluruh syarafnya.
Haaland berbalik dan ia melihat Yelda di sana. Ia benar-benar lupa bahwa rupanya berbeda, rambut dan matanya lebih terang dan bersinar.
“Hah! Siapa kamu!” Yelda terpekik saat melihat tampang Haaland.
“Menurutmu? Siapa yang memiliki tato alami seperti ini, Putri?” balas Haaland. Ia mengambil lengan Yelda dan menempatkan telapak tangan gadis itu di dadanya.
“Kamu sudah tahu semuanya, aku tdak perlu lagi menutupinya darimu,” lanjut Haaland.
“Apa maksudmu?” Wajah Yelda benar-benar kebingungan, pertama ia melihat rambut dan mata Haaland yang berbeda, tapi ia sangat mengenali wajah pemuda itu, senyuman itu masih tetap milik Haaland.
Haaland memejamkan mata, ia medekatkan wajahnya pada Yelda menyatukan dahi mereka, Yelda menerima sambutan itu.
“Aku seorang Galantrian, Yelda,” gumam Haaland.
Yelda juga memejamkan matanya. “Aku sudah curiga saat kamu bilang kamu memiliki kelainan genetik, aku agak tidak percaya padamu,” balas Yelda dengan suara menggumam pula. “Namun hal yang lebih aku tidak percaya adalah bahwa kamu seorang Galanrian, kenapa kamu masih normal sampai sekarang. Itu mustahil,”
“Entahlah, Yelda,” balas Haaland. “Apa kamu akan membenciku setelah tahu aku ini bukanlah manusia?”
Yelda menundukkan pandangannya, entah kenapa ia sangat berat menerima kenyataan ini. Ia jatuh cinta pada pemuda itu, dan ia tak bakal terima saat cintanya terhalang ras seperti ini.
“Kenapa aku harus membencimu? Kamu sudah menyelamatkanku dari maut, kamu bilang kamu ingin menyelamatkan kota ini, bukan?”
Haaland mengangguk pelan.
“Maka aku akan membantumu, seperti yang selalu kamu ucapkan padaku bahwa kamu akan membantuku agar aku tidak menikah dengan Dominic,” ujar Yelda. “Aku lebih baik menjadi perawan seumur hidupku dari pada harus menikah dengan orang yang aku benci, Haaland.”
“Putri Yelda, tolong jangan beri tahu siapapun mengenai hal ini,”
“Jadi kamu memang seorang Galantrian?” tanya Yelda sekali lagi.
Haaland mengangguk.
Yelda hampir meneteskan air matanya, dalam sejarah Qwertis, tidak ada sutupun Galantrian yang menikah dengan seorang manusia biasa. Pangkat seorang Galantrian begitu tinggi, mereka bagaikan dewa yang dipuja di seluruh tanah Qwertis.
Namun dengan sikap profesionalnya, Yelda segera kembali pada setelan asli, gadis dingin yang tegas dan tangguh.
“Ayo, Haaland, kita harus segera bergerak!” kata Yelda mengalihkan pandangan dan menyambar pedang dari lantai atap.
“Ini!” Yelda melemparkan kaus Haaland yang tergantung. “Aku rasa sudah kering!”
Haaland hanya memandang gadis itu, sikap Yelda berubah lagi? Padahal gadis itu sudah begitu hangat tadi.
Keduanya menuruni tangga rapuh dengan sangat hati-hati, mungkin satu kesalahan saja bisa membawa meruntuhkan tangga itu.
Crack ... !
Dan benar saja, tangga rapuh itu patah ketika Yelda memijak bagian yang salah. Membuatnya tergelicir ke bawah dan hampir menghantam sebuah tiang roboh yang melintang di bawahnya.
“Argh!”
“Yelda!”
Set ...
Sekal lagi Haaland menyelamatkan gadis Shandor itu. Haaland dengan sigap meraih tangan Yelda, dia tidak akan membiarkan gadis yang ia sukai terluka sedikitpun.
“Bertahanlah, aku akan menarikmu!” Otot-otot Haaland yang kencang terlihat jelas ketika dia menarik tubuh Yelda.
Set ...
Akhirnya Haaland mendaratkan Yelda di atas tubuhnya, keduanya merasa letih. Jantung Yelda tidak bisa berhenti menimbulkan suara detakan yang keras. Sedangkan Haaland membuang nafasnya dengan senyuman nakal, tangannya memegang pinggang yelda yang berada di atas tubuh terbaringnya.
“Terima kasih, Haaland. Kamu tahu? Mungkin tulang-tulangku bakal patah jika menghamtam tiang itu tadi,” ujar Yelda ketika ia mencoba bangkit dari dada haaland.
“Santai saja, Yelda. Selagi aku masih bisa bernafas, aku tidak akan membiarkanmu terluka, itu janjiku padamu.” Haaland bangkit dan kemudia tersenyum manis.
“Ouh, tapi kamu tidak perlu tersenyum seperti itu, aku muak melihatnya, dari pertama kita bertemu, aku selalu saja meliat tarikan bibir yang konyol darimu!” ujar Yelda.
“Tapi kamu bakal rindu dengan senyumanku saat aku tidak ada di sampingmu, Putri Yelda,” goda Haaland sambil tertawa.
Yelda memukul lengan pemuda itu karena kesal. “Enak saja!”
“Jadi bagaimana cara kita turun sekarang?” tanya Yelda melihat kondisi tangga yang sudah hancur.
“Bagaimana jika kita terbang?” kata Haaland.
“Apa? Terbang katamu?” Yelda tertawa terbahak-bahak. “Kamu ini memang Galantrian yang konyol, mungkin karena kekonyolanmu itulah kamu—” kata-katanya terpotong.
“Ayo, Putri, naiklah!” suara Haaland keluar dari seekor makhluk putih bersayap yang tiba-tiba muncul di hadapan Yelda.
“Naga?” Yelda terlempar ke belakang saat ia menghadapi keterkejutannya yang begitu dahsyat.
Legenda naga itu sudah hilang, naga Galantris sudah punah! Mengapa ia bisa melihat naga? Apa ini hanya ilusinya saja?
Yelda menggosok matanya seolah tidak percaya dengan makhluk yang dilihatnya.
Kemana Haaland?
“Tidak perlu terkejut seperti itu, Yelda. Bukankah kamu pernah menyelamatkanku dulu?”
“A-apa! Naga itu— suara?” Yelda tergagap. “Suara Haaland?”
“Tidak mungkin,” gumam Yelda sambil menggelengkan kepalanya.
Mata gadis itu membulat dan tangannya bersiap mengambil bilah pedang dengan tangannya yang gemetar hebat.
Lalu ingatannya kembali pada masa lalu, ketika dirinya berusia 9 tahun.
...****************...
Kala itu Yelda kecil tengah bermain di tepian Sungai Gao, melihat ikan-ikan berwarna-warni menari di aliran sungai yang tenang itu.
“Aku ingin sekali mebawa kalian pulang, tapi ibuku tidak mengizinkanku, dia bilang tempat kalian di sini, dan bukan di kolam taman,” ujar Yelda kecil pada para ikan yang seolah mendengarkan dengan seksama ucapan Yelda.
Byur ...
Cipratan air sungai membasahi gaun kuning yang kala itu dikenakan Yelda.
“Makhluk apa itu?” bingung Yelda saat ia mendapati seekor naga kecil berwarna putih bersih dengan pendar biru muncul dari tubuh baga itu.
“Naga?”
“Tolong, tolong aku!” pekik naga itu.
"Kamu bisa bicara?!!" Dengan senang hati Yelda mengulurkan sebuah ranting kayu dan membawa naga kecil ke tepian.
“Sembunyikan aku, orang-orang jahat itu ingin menangkapku!” kata naga itu dengan suara rintihan.
Kemudian Yelda kecil melihat sekeliling, samar-samar dari jarak yang tak begitu jauh, ia mendengat teriakan orang-orang dengan nada kasar.
“Kita harus membunuh naga itu!”
“Kamu tenang saja, aku akan menyembunyikanmu di keranjang bekalku! Tapi kamu jangan berisik ya?” ucap Yelda dengan lugu. "Karena agak sempos pasti."
Yelda segera menyumpalkan naga itu ke keranjangnya, sempit, tapi cukup untuknya.
“Hei, Bocah!” teriak seorang pria hitam dengan rambut ikal yang lebat. “Apa kamu melihat naga kecil?”
“Tidak, aku tidak melihat naga.” Yelda berbohong, itu adalah kali pertamanya berbohong. “Tapi jika Anda bertanya apakah aku melihat ikan, aku akan bilang aku melihatnya, Pak.” Yelda mengacungi sungai.
Kemudian satu orang itu disusul oleh beberapa orang yang mengikutinya, orang-orang berkulit gelap dengan wajah tegas dan menyeramkan. Mereka adalah Bangsa Mores, bangsa yang sangat membenci Galantris.
“Apa jangan-jangan naga itu merubah wujudnya menjadi anak ini, Tuan?” bisik seseorang pada pria itu.
“Hei! Apa yang kalian lakukan di wilayah Shandor!” tiba-tiba seorang pengawal muncul dari kereta kuda yang mengantar putri Yelda.
Orang Mores itu semuanya menoleh pada pemuda berseragam yang gagah.
“Tidak ada,” balas pimpinam Mores dengan dingin.
“Sebaiknya kalian pergi sekarang juga, atau aku dan kawan-kawanku akan membawa kalian ke penjara Shandor karena telah ketahuan menyusup!”
“Baiklah, kami akan pergi,” balas pimpinan itu. Kemudian dia berbisik pada rekannya. “Dia bukan naga itu, dia putri Shandor. Ayo kita pergi!”
“Anda tidak apa-apa, Putri?” tanya pengawal itu.
“Aku baik-baik saja,” balas Yelda dengan cekikikan yang disembunyikannya.
“Ayo kita pulang, sudah hampir waktu berdoa,” ajak pengawal itu menyongsong Yelda yang tidak lupa dengan keranjang bekalnya.
...
Sesampainya di istana, Yelda langsung berlari menuju kamarnya. Ia sudah tidak sabar melihat naga itu lagi. “Kamu baik-baik saja kan?”
Naga kecil itu merenggangkan sayap-sayap mungilnya. “Aku baik-baik saja, tapi badanku agak pegal-pegal, tempat itu sangat sempit,”
“Maafkan aku, tapi sekarang sudah lega bukan?” tanya Yelda dengan keluguannya.
“Terima kasih kamu sudah menyelamatkanku. Aku pasti akan membalas jasamu lain hari. Dan sekarang aku harus pulang ke tempat asalku.”
Yelda membawa naga itu ke balkon kamarnya, dan membiarkannya terbang tinggi ke arah timur menuju Gunung Noris.
“Selamat tinggal.” Yelda melambaikan tangannya. Ia tidak menceritakan pengalamannya itu pada siapapun, bairlah itu menjadi rahasia dalam dirinya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
khey
oo jadi begitu ceritanya
2023-01-25
1
khey
kog benda thor?
makhluk laah
2023-01-25
1