Rowan dan Dominic, semuaya merasa senang dengan kepergian Haaland, kerena dengan kepergiannya rencana mereka menjadi semakin mudah dilancarkan.
“Pangeran Dominic, aku sudah membantumu untuk mendapatkan Yelda, sekarang kekasih putri itu sudah pergi, tak ada lagi halangan bagimu untuk mendapatkan keponakanku.” Rowan dan Dominic tengah melaukan pesta kecil atas kepergian Haaland di ruang kerja penasihat kerajaan itu.
“Terima kasih,” balasan singkat itu keluar dari mulut Dominic yang tengah asik menikmati segelas anggurnya.
“Sekarang kamu harus membantuku,” kata Rowan. " Yah ... sesuai kesepakatan."
Dominic yang sudah paham dengan Rowan langsung bertanya, “berapa yang kamu butuhkan?”
“Hanya perlu 5000 Dhor (1 Dhor \= Rp100.000) saja.” Rowan tersenyum simpul.
“Apa! 5000 Dhor itu banyak sekali,” ujar Dominic yang terkejut.
“Yah, mau bagaimana lagi, aku harus meyakinkan rakyat agar mereka bisa mengangkatku menjadi raja. Lagi pula aku sudah meyakinkan Faramis untuk mengusir Haaland bukan?”
Dominic hanya berdecak kesal, dia sudah beberapa kali menirimkan uang pada Rowan dalam jumlah banyak, dan sekarang oarng itu memerasnya lagi.
“Baiklah jika kamu tidak mau memberikan uang itu, tapi aku akan membuka mulut tentang apa yang sebenarnya terjadi. Kamu tidak hanya akan di usir dari Shandor, tapi kamu juga pasti bakal diusir dari dunia ini, alias .... kau akan dihukum mati, karena sudah berusaha memperkosa Putri Yelda,” bisik Rowan.
Wajah Dominic memerah. “Baiklah, aku akan memberikanmu uang itu!”
“Anak pintar,” kata Rowan.
Dominic meletakkan gelasnya dengan keras dan pergi melangkah ke luar ruang kerja Rowan.
“Dasar tua! Jika tidak karena Yelda dan kekuasaan atas Shandor, aku tidak akan menuruti pria itu!” umpat Dominic yang pergi ke ruangannya untuk mengambil setumpuk uang yang bakal ia serahkan pada Rowan.
“Huft ... , aku harus bersabar.”
Setelah berada di kamar tamu yang dipakainya, Dominic segera mengambil uang yang Rowan mau dari dalam sebuah kotak kayu berlapis lembaran logam.
Berkeping-keping uang logam emas tercecer di dalam perti itu, ada juga beberapa lembar uang kertas yang nilainya lebih tinggi. Ia menghitung uang-uang logam, tapi sialnya uang itu tidak cukup.
Pangeran itu tidak membawa terlalu banyak uang saat pergi ke Shandor, ia tak menyangka Rowan bakal meminta lagi padanya.
“Sial!”
Tanpa basa-basi lagi, ia mengantungi uang-uang logam itu ke dalam kantung kecil, lalu ia selipkan di dalam jubahnya agar tidak ada orang yang tahu.
Brak ... !
Rowan sangat terkejut ketika pintunya terbanting keras.
“Ups, aku minta maaf Rowan. Tidak sengaja membuka pintumu terlalu keras.” Dominic berdiri di depan pintu dengan wajah sok polos padahal jelas ia sengaja melakukan itu.
Rowan hanya sedikit mengerang. “Kau sudah membawa uangnya?” Pria itu berjawan mengahampiri Dominic dan menutup serta tak lupa mengunci pintu.
Dominic mengeluarkan sebuah kantung dari balik jubah dan melemparnya ke meja kerja Rowan. “Hanya 3000 yang aku bawa,”
“3000?” Rowang mengernyitkan dahinya membuatnya menjadi seperti pria rakus yang bodoh.
“Ya, sisanya akan aku ambil besok. Sekarang lebih baik kamu gunakan uang itu untuk kepentingan rakyat, agar mereka semakin terpincut denganmu,” balas Dominic dengan nada dingin.
“Baiklah jika begitu, yang penting 2000 lagi kamu kirim secepatnya,”
“Ya!” Dominic segera ingin pergi, namun pintu terkunci.
“Bisakah kamu membuka pintu ini?” kesal Dominic.
Rowan dengan wajah beseri berjalan dengan anggun dan membuka kunci pintu itu. “Silakan, Pangeran Dominic.”
...****************...
“Ya Tuhan, lindungi Haaland,” ucap putri Yelda yang terkurung dalam kamarnya, berharap Haaland baik-baik saja. Dirinya tak tahu jika Haalandnya sudah dibawa pergi dari istana itu.
Sudah berkali-kali Yelda berusaha mendobrak paksa pintunya, bahkan dia sudah berusaha mencongkel pindu dengan bilah pedang, tetapi itu semua tak membuahkan hasil.
Ia hanya bisa merebahkan dirinya dan sesekali mondar-mandir tak karuan di lantai ruangannya.
Cklek ...
Pintu terbuka, ternyata itu adalah pelayan istana, seorang wanita muda bertubuh lansing membawa nampan berisi bebrapa makanan untuk Yelda.
“Daria!” panggil Yelda, nama pelayan itu Daria, dia adalah pelayan yang sering melayani Yelda dari puluhan pelayan yang ada.
“Iya, Putri. Adakah yang bisa saya kerjakan untuk Anda?”
“Daria, apa kamu tahu kabar tentang Haaland?” tanya Yelda dengan wajah cemas.
Pelayan bernama Daria itu tetap diam, ia hanya menggelengkan kepalanya lalu melangkah pergi.
Ternyata pintu tidak lagi terkunci, Yelda tanpa menyentuh makanannya lansung berlari ke balairung, berharap Haaland masih ada di sana, walupun itu rasanya tidak mungkin karena sudah berjam-jam lamanya, pasti ia sudah melewatkan banyak hal.
“Ayah, di mana Haaland?” tanya Yelda yang hanya mendapati ayahnya saja di balairung itu, dan dua orang pengawal setia ayahnya yang sangat ia kesali.
“Yelda, mulai sekarang kamu jangan mengingat dia lagi! Dia sudah pergi jauh dari sini, dan kamu tak lama lagi bakal menikah dengan Pangeran Dominic.
“Apa! Apa maksud ayah! Apakah ayah mengusirnya?!” teriak Yelda yang tak terima.
“Itu sudah menjadi keputusan ayah dan pamanmu, kami hanya bisa megandalkanmu untuk menyelamatkan Shandor dari krisis, Yelda,” balas Raja Faramis.
Yelda bergidik tak percaya, ia begitu kecewa dengan keputusan ayahnya yang salah, Dominic bukanlah pria baik-baik, tapi raja begitu buta dengan tawaran uang yang bakal di terima kerajaan Shandor.
...****************...
Yelda pergi dengan penuh beban kecewa pada seluruh anggota kerajaan Shandor, ia memacu kudanya dengan kecepatan tinggi menuju Aoka, ke rumah Duke Lotta yang sudah ia angap seperti ayahnya sendiri.
Duke Lotta selalu mendukung apa yang ingin Yelda lakukan, ia bahkan berani menentang Raja yang sistem pemerintahannya dianggap memeras rakyat.
“Selamat datang, Yelda.” Duke itu menjulurkan lehernya untuk melihat seeor kuda tampan tanpa badan kereta.
“Kamu datang sendiri saja?”
Wajah Yelda benar-benar memendam rasa kecewa, ia tak tahu apa yang harus ia lakukan agar ia ak berhasil menikah dengan Dominic.
“Ayah mengusir Haaland dan membawanya entah ke mana,” kata Yelda setelah ia di persilakan masuk dan duduk di ruang tamu yang mewah.
“Haaland?” Duke Lotta mencoba mengingat-ingat nama itu. “Apa dia pemuda yang kamu bawa kemari saat pertemuan kita kemarin?”
“Ya, Anda benar, Lord Lotta.”
“Tapi bukankah ayahmu tahu jika dia itu kekasihmu?”
“Benar, tapi entah apa yang merasuki ayahku, dia memngusir Haaland dan memaksaku menikah dengannya dengan alasan politik.”
“Sudahlah, kita cari solusinya nanti, sekarang lebih baik kamu makan dulu. Rashie sudah memasak untuk makan malam ini, pasti rasanya sedap.”
“Duke Lotta benar, Putri, ayo kita makan dulu bersama,” ujar Rashie, istri Duke Lotta yang memiliki wajah bulat dan gempal.
“Terima kasih, Ibu.” Semenjak kepergian Ibunya 3 tahun lalu, Yelda juga menganggap Rashie yang baik seperti ibunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments