"Faramis!" Kata Rowan. "Aku benar-benar tidak setuju dengan putrimu. Dia lebih memilih pemuda tanpa asal-usul yang jelas!"
"Tapi itu pilihan putriku, Rowan," balas Raja. "Aku tidak bisa menuntutnya."
"Tapi si Haaland itu—dia bahkan tidak punya apa-apa untuk menyelamatkan negara ini!" Rowan menyembunyikan wajah liciknya, bersikap sok peduli pada Shandor. Padahal ia memiliki maksud lain.
"Sedangkan Texan menawarkan bantuan dana yang cukup besar untuk kita, berkaitan dengan perjodohan Yelda dengan Dominic." Wajah Rowan itu menjadi tegas ketika mengatakannya. "Tapi Haaland? Cih ... !"
Samar-samar pembicaraan itu ditangkap oleh telinga Haaland. Tapi dia bersikap biasa saja, politik memang keras, apalagi jika menyangkut keuangan negara.
Mereka tidak tahu jika Haaland memiliki segalanya— bahkan lebih dari Pangeran Dominic.
Haaland terus berjalan melewati balairung tanpa menyapa kedua orang itu.
Dalam lorong istana ia berpapasan dengan seorang bidadari yang entah kapan Tuhan bakal mengirimkan gadis ini ke pelukannya.
"Wow !" Haaland sungguh terpana melihat tubuh gadis itu. Tubuhnya terlihat sempurna dengan balutan gaun merah yang tampak dengan anggun menyongsong gadis itu.
"Ada apa!" Yelda menggertak saat melihat Haaland membengong saja melihatnya.
"Em—, Bagaimana bukunya, Putri?" tanya Haaland tiba-tiba.
"Sayang sekali, aku belum membacanya, ayah menyuruhku untuk ikut makan malam dengan tamunya. Apa kamu ingin ikut?" kata Yelda.
Haaland masih terpana melihat kecantikan Yelda, tapi dia berkata, "tidak, terima kasih. Saya rasa saya tidak pantas berada di antara orang-orang penting raja."
"Baiklah jika begitu, setelah makan malamku selesai, aku akan mengetuk pintu kamarmu 3 kali, dan aku harap kamu bakal datang ke kamarku, Haaland," ujar Yelda. "Ingat! Tiga ketukan!"
Haaland mengangguk seraya memandang kepergian gadis itu. Dalam nuraninya ia terus memuji-muji Yelda dengan kata-kata terbaik.
...
Sialan! Apa-apaan ayah ini! Aku bilang tidak ingin dijodohkan. Aku bahkan sudah bilang jika Haaland adalah kekasihku! Tapi kenapa ayah masih melakukan ini!
Yelda, dia menekuk wajah sejadi-jadinya, ia harap wajahnya bakal membuat Dominic kabur dan membatalkan perjodohan.
Berbeda dengan putrinya, Faramis justru menyambut tamunya dengan ramah. "Selamat malam, Lord Teano. Aku senang Anda bisa datang ke Shandor sebagai bentuk pertemuan calon keluarga."
Seorang pemuda berambut hitam pekat dengan setelan jas berkerah tinggi ada di seberang Yelda. Putri itu tidak sudi untuk meliriknya. Membuka mata saja rasanya hampir membuatnya ingin melayangkan pukulannya di wajah menjijikkan itu!
"Aku juga senang, Anda mengundang kami untuk makan malam, aku harap perjodohan ini bakal lancar." Raja Teano dari Texan sopan dan baik, sangat berbeda dengan putranya.
"Jadi, kapan kita akan menikahkan putra putri kita, Lord Teano?" tanya ayah Yelda.
"Kami ikut saja dengan anda, juga dengan kesiapan putri."
"Baiklah, bagaimana jika satu minggu lagi?" usul Raja Faramis yang membuat Yelda terkejut bukan main.
Uhuk ... !
Yelda tersedak air ludahnya sendiri, "apa!"
"Ayah ... , Aku tidak siap jika satu minggu lagi, bagaimana jika ... satu bulan lagi?" kata Yelda. "Lagi pula pernikahan itu kan membutuhkan banyak persiapan, benar bukan?"
"Tapi akan lebih cepat akan lebih baik, Putri. Shandor membutuhkan seorang pangeran!" Rowan tiba-tiba datang dan berdiri di belakang kursi Raja Faramis.
Faramis mengangguk sambil mengusap-usap bulu-bulu panjang di sekitar wajahnya.
Yelda menggeram dalam hati, menyimpan segala kekecewaan.
Apa lagi yang harus aku lakukan! Aku tidak mau menikah dengan Dominic! Oh Tuhan ... tolong aku.
Semua berbicara dengan segala kata yang dapat mereka katakan. Hanya Yelda yang diam, dia harus memikirkan sesuatu.
"Baiklah bagaimana jika dua minggu?" ujar Teano, Raja Texan. "Kalian bakal menikah dua minggu ke depan."
"Aku setuju." Semua orang setuju dengan penuturan Teano, terlihat Helen yang juga menebarkan senyum bahagianya.
Pantas saja dia bahagia, putranya bakal menikah dengan seorang putri paling cerdas di Qwertis.
Baru kali ini Yelda membanggakan dirinya.
Raja mempersilakan semua makan, mereka penuh tawa, terutama Raja Faramis dan Rowan karena merekalah orang yang paling bersemangat ketika menjodohkan Yelda.
"Lebih baik kalian mengenal lebih dekat. Ayah akan mengantarkan tamu-tamu kita ke kamar mereka. Tidak baik jika mereka pulang malam-malam begini ke Texan."
Mereka semua pergi, hanya menyisakan sisa-sisa makan malam dan dua insan dalam ruang itu.
Mata mereka berdua saling bertemu. Yelda memandang tajam dan kesal, memendam seluruh dendamnya.
Tapi Dominic dengan mata yang menjijikkan menatap Yelda dari bawah hingga atas tubuhnya. Melihat tonjolan di dada calon istrinya— jika pernikahan itu terjadi!
"Ternyata kamu lebih cantik dari dulu, Yelda." Dominic menyebrangi meja dan mendekat kepada Yelda.
"Jangan macam-macam denganku!" geram Yelda sambil menggerakkan giginya.
"Tidak perlu seperti itu— dalam waktu dekat ini kau harus tunduk padaku, karena aku akan menjadi suamimu." Tawa kecil tercuat dari bibir Dominic.
Pangeran Texan itu menyeringai di depan wajah Yelda. "Dan kamu harus mau melayaniku, kapanpun aku mau."
" Cih ... ! Aku tidak akan pernah tunduk pada siapapun!" Yelda mengangkat kepalanya, keteguhan diri adalah kekuatan gadis itu.
"Jangan bersikap seperti itu putri, kamu malah terlihat lebih menggoda." Tangan Dominic yang nakal mulai menjamah dan merangkul pundak Yelda.
Set ... !
Dengan keras Yelda membanting tangan Dominic.
"Jangan kurang ajar!" Wajah Yelda merah padam. "Atau akan ada berita pembunuhan putra mahkota Texan besok pagi!"
"Oh astaga ... Aku takut sekali ... ." Nada Dominic seakan mengejek Yelda.
"Lihat saja, aku pasti akan berhasil membuat pernikahan kita gagal!"
"Silahkan saja, Putri. Tapi kamu harus tahu— Shandor sudah hampir terguling." Dominic mengangkat dagunya menatap tajam Yelda yang tingginya sejajar dengan dirinya.
Yelda memicingkan mata penuh dendam dan api amarah.
"Terlebih aku dengar pendapatan kerajaan dari pertanian dan peternakan sangat turun drastis akhir-akhir ini," lanjut Dominic.
Hmmh ...
Yelda tertawa kecut
"Aku yakin sebentar lagi Mores bakal menaklukkan kalian!" Dominic berbicara dengan lembut, mencoba membelai rambut merah Yelda. "Dan kamu bakal tunduk padaku."
Dalam hati Yelda tertawa kecil.
Dia pikir aku bodoh, cihh ! Dia tidak tahu apa yang aku lakukan, kerajaan memang berpendapatan sedikit, tapi setidaknya rakyatku tidak kelaparan.
Yelda diam saja ketika pemuda itu membelai rambutnya.
Dia hanya membiarkan Dominic terlena dalam kebahagiaannya ketika Shandor jatuh. Tapi nyatanya Yelda tidak akan membiarkan itu terjadi.
Setelah cek cok usai, dengan perasaan memendam kesal, Yelda keluar ruang dengan keanggunannya yang tegas. Melangkahkan kaki dengan hentakan anggun yang penuh emosi.
...****************...
Yelda merebahkan dirinya di atas sprai halus dan beraroma wangi miliknya. Ia masih memakai sepatunya dan masih menggelung rambutnya.
Ia pejamkan matanya melepas semua kesal dan pikiran yang membelit di untaian otaknya.
Tok ... ! Tok ... ! Tok ...!
"Siapa sih! malam-malam begini!" kesal Yelda.
Tok ... ! Tok ... ! Tok ... !
Yelda bangkit dengan beberapa untai rambut yang jatuh, menutup wajahnya.
Di bukanya pintu kamar dan ...
...Bersambung ......
Dominic (Pangeran tampan dari Texan)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Arias Binerkah
nyicil baca kak
2023-02-06
1
yukisan
mampir ya😉😉
2023-01-16
1