Setelah penuturan tetua Kota Aoka yang tak lain adalah Dolken, Yelda dan Haaland langsung pergi menuju perpustakaan tua di Kota Shandor usai pertemuan, untuk mencari tahu tentang Sihir Gao.
“Anda yakin bakal menemukan seuatu di sana, Putri?” tutur Haaland.
Dengan bersemangat Yelda menjawab, “tentu saja, aku sudah pernah melihat rentetan buku tentang Sihir Gao di perpustakaan itu.”
“Rupanya Anda suka bermain ke perpustakaan, ya?”
“Aku tidak bermain! Aku belajar di sana, dulu perpustakaan itu membuka sekolah dasar untuk anak-anak. Yah—, walaupun hanya golongan bangsawan saja yang belajar di sana, termasuk pangeran Texan ... Dominic.” Yelda menekuk wajahnya ketika ia menyebut nama pangeran itu.
Sebenarnya ada apa antara pangran itu dengan Yelda?
“Jadi Anda sudah mengenal pangeran itu dari kecil?” tanya Haland dengan wajah sinis, jelas-jelas karena cemburu.
“Tentu saja, aku bahkan hampir mengenal semua anak-anak bangsawan dari seluruh benua Qwertis,” balas Yelda.
“Lalu kenapa Anda menolak pangeran itu?”
“Karena aku mengenalnya!” Putri Yelda memasang raut wajah kesal.
Ada apa sebenarnya antara Dominic dengan Yelda? Aku jadi penasaran ...
“Dulu hanya ada sebuah sekolah dasar Santheo (nama kakek Yelda) di benua kecil ini. Lalu sekolah itu dialihkan ke Aoka yang sekarang menjadi pusat pendidikan di Shandor, bahkan beberapa bangsawan Mores pun ada yang belajar di sana,” lanjut Putri Yelda agar Haaland berhenti menanyakan tentang Pangeran Dominic dari Texan.
“Begitu ya?”
Yelda baru saja sadar jika dia sama sekali belum menganal pemuda yang ada di sebelahnya.
“Kamu sendiri? di mana kamu bersekolah?” tanya Yelda.
Haaland terlihat kaget dengan pertanyaan itu, dengan mimik gugup ia menjawab, “ah— , saya tidak bersekolah, Putri.”
“Ngomong-ngomong, dari mana asalmu? Aku sudah banyak mengganjal tentang penampilanmu. Rambutmu pirang, kulitmu putih, dan matamu biru, itu tidak mencermikan warga Shandor asli maupun Mores, lebih ke orang Galantris, tapi itu tidak mungkin!" kata Yelda. "Jadi dari mana kamu berasal?”
“Eum ... .” Haaland menggaruk lehernya yang memerah. “Sebenarnya aku dari Renee, Putri. Tapi orangtuaku bilang aku memiliki kelainan genetik— ,” Haalan berhenti. “Entahlah ... .” Dia mengangkat bahunya.
“Kelainan genetik? Apa kamu bohong padaku?” Memang sulit jika ingin membohongi Yelda, dia adalah gadis yang mudah curiga dan tidak mudah percaya.
“Jika anda tidak percaya, itu terserah Anda,” balas Haaland pasrah.
Yelda menghempaskan nafasnya bersikap tidak peduli
...****************...
...Perpustakaan Santheo...
“Sampai,” kata Yelda lega.
Mereka bedua turun dari kereta kuda yang mengangkut keduanya. Haaland seperti biasa berjalan menututi Yelda, seperti halnya seorang pengawal.
“Halo, Pak Jaziel,” ucap Yelda untuk menyapa penjaga perpustakaan yang tidak menyadari kedatangannya.
“Ah ... Putri, salam.” Pria tua itu membunguk untuk menghormati Yelda.
“Jangan membungkuk, Pak Jaziel. Anda lebih tua dari saya, lagi pula dulu Anda adalah guru saya,” ujar Yelda yang merasa tidak enak, ia sudah menganggap Jaziel seperti ayahnyasendiri kaena oarng itulah yang dulu selalu mengajari Yelda untuk berbuat baik.
“Ngomong-ngomong, siapa pria tampan yang ada di belakangmu, Putri?” Jaziel memandang Haalang dengan wajah tua yang ramah.
“Em ... , dia temanku, Pak.”
Teman? Dia bilang dia ingin semua orang tahu jika aku ini kekasihnya, lalu kenapa ia mengatakan jika aku ini temannya pada Jaziel.
“Aku rasa dia cocok untuk menjadi pangeran Shandor.” Jaziel tersenyum. “Ku dengar rumor perjodohanmu dengan Dominic. Dan jika ada orang yang tidak setuju dengan itu— maka aku adalah orang pertama yang paling tidak setuju!” lanjut Jaziel.
Yelda dan Haaland. Keduanya terdiam kaku.
Jaziel mendekatkan wajahnya pada Yelda. “Aku yakin kamu menyukai pemuda itu, Putri. Jika tidak mana mungkin kamu mau berpergian laki-laki,” bisik Jaziel. "Lagi pula dia tampan sekali, cocok dengamu yang cantik."
Pipi Yelda berubah merah merona, dia menyibakkan untaian rambut merah yang mengganggu wajahnya. “Tidak, Pak Jaziel, itu tidak benar.”
“Ngomong-ngomong, ada perlu apa kalian kemari, Nak?” tanya Jaziel.
“Em ... kami ingin—," Kata-kata Yelda terpotong oleh Haaland.
“Kami hanya ingin mampir, lagi pula putri bilang dia sudah lama tidak kemari.”
“Sudah lama tidak kemari?" Jaziel memicingkan matanya. "Perasaan baru kemarin lusa kamu kemari, Nak.”
Yelda tersenyum meredam kekesalannya pada Haaland, tapi ia tidak mungkin menentang Haaland, jadi dia mengiyakan saja apa yang Haaland katakan.
Yelda terkekeh, “ah, tapi rasanya sudah lama sekali, Pak. Aku lagi senang membaca buku, jadi aku bakal lebih sering kemari,”
Yelda menarik lengan Haaland dan mengucap salam pada gurunya. “Aku rasa kami akan masuk dulu, Pak.”
...
Yelda benar-benar kesal dengan pemuda itu, tapi kekesalannya segera berlalu ketika dirinya sampai pada deretan rak paling pojok dan tersembunyi. Tertata berderet buku usang yang sepertinya sudah lama tidak terjamah, buku tentang Sihir Gao.
Memang semenjak bencana terjadi dan memusnahkan Sihir Gao, orang-orang sudah tidak lagi percaya pada Galantris dan keajaibannya. Orang juga sudah tidak lagi tertarik mempelajari sihir itu.
Sekarang orang-orang lebih sibuk mencari buku tentang bagaimana cara bercocok tanam dan berternak yang baik, padahal saat kehidupan mereka masih mengandalkan sihir Galantris, buku-buku semacam itu jarang terjamah, bahkan jenis buku itu masih sedikit.
“Itu dia!” Yelda berjinjit berusaha mengambil buku berjudul, Sihir Gao dan Naga Galantris. "Hanya itu buku yang belum aku baca!"
“Sialan!” Kesal Yelda yang tidak bisa menjamah buku yang ada pada rak teratas itu.
Tiba-tiba sebuah tangan merambah dari atas kepalanya, tangan itu meraih buku yang ia maksudkan. Haaland, dia mengambil buku untuk Yelda.
Pemuda itu berdiri tepat dibelakang punggung Yelda, mengapit tubuh sang putri di antara dirinya dan rak buku. Lalu Haaland mengayunkan tangannya ke atas dan meraih buku itu. Tubuhnya hampir bersentuhan dengan punggung Yelda, tapi ia tetap menjaga jarak, walaupun itu hanya sebatas tebal gagang pisau.
Haaland memberikan buku itu dari belakang Putri Yelda yang tengah berdiri kaku. Jika orang tidak tahu, pasti akan mengira Haaland memeluk putri itu dari belakang.
Jantung Yelda benar-benar tidak kuat lagi, semua kulitnya merasa merinding. Apakah ini sebuah rasa? Apakah Putri mulai menyukai Haaland?
Tapi bukan Yelda namanya jika ia terlena dengan momen itu. Ia segera mengambil buku dari tangan Haaland dan dengan acuh tak acuh mencoba keluar dari lingkaran panas itu.
"Terima kasih," ucapnya.
...
"Aku akan membaca ini di istana. Aku bakal meminjam ini pada Jaziel."
Haaland segera menangkap lengan Yelda saat putri itu melangkah keluar.
"Jangan!"
"Kenapa memangnya?"
Haaland menggerakkan matanya. "Jangan sampai ada yang tahu jika kita tangah mencari tahu tentang Galantris dan Sihir Gao. Anda pasti akan diolok-olok nanti, Putri."
"Lalu?"
"Kemarikan buku itu, akan aku simpan di dalam jubahku, penjaga tidak akan tahu," kata Haaland.
Tapi Yelda malah memandang Haaland dengan tatapan penuh kecurigaan.
Bagaimana jika dia adalah penipu, bagaimana jika ia benar-benar mata-mata musuh? Aku tidak akan mengambil resiko itu.
"Ah— tentu saja Anda tidak akan memberikannya, rupanya Anda belum percaya pada saya. Tapi saya memakluminya. "Selipkan saja buku itu ke tali pinggang Anda dan tutupi dengan jaket."
Yelda mengangkat bahunya dan kemudian mengikuti saran Haaland.
Ia mengikat lengan jaket ke pinggang. Menampakkan bahu-bahu halus dan dada yang sempurna. Gaun dalam putri itu benar-benar membuat Haaland terpana, punggung putih terpampang jelas dari potongan model gaun yang dikenakannya.
Haaland heran, mengapa ia harus mengenakan jaket jika ia mengenakan gaun cantik yang benar-benar membuatnyanya terlihat sempurna?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Mega
Awas ngiler
2023-01-30
1
꧁𝙉Ⓐノ𝙎ム꧂💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
malu bang enak aje lihat lihat 👀 mampir
2023-01-15
1