BAGIAN 2

Haaland sudah berada di balairung raja. Ia berlutut di hadapan seorang pria gagah yang memiliki rambut berwarna coklat dan panjang, wajahnya dipenuhi bulu-bulu jenggot yang menggelantung ria.

"Jika kamu tidak ingin mengakui apa sebenarnya tujuanmu datang kemari dan menyusup ke kamar putriku, maka kau akan tahu akibatnya," ujar Raja Faramis, ayah Putri Yelda.

Haaland menatap Yelda yang berdiri di samping raja, apa yang harus dia lakukan? Dia tidak boleh mati, dia harus membalas budinya pada gadis itu.

"Saya bersungguh-sungguh, Yang Mulia, saya bukan seorang penyusup ataupun mata-mata musuh!" Haaland masih berusaha menutupi dagunya yang terasa perih. Bahaya besar jika mereka melihat darahnya yang tak normal.

Tapi raja menganggap itu sebagai suatu kebohongan. Tentu saja, tidak akan ada seorang pencuri yang akan mengakui perbuatannya.

"Bawa dia ke penjara bawah tanah!" Raja Faramis berteriak marah.

Dua orang menjaga yang ada di samping Haaland segera memegang erat lengan pria muda itu. Menyeretnya dengan sekuat tenaga ...

Brak ... !

Haaland menghempaskan tangannya untuk mberontak membuat dua penjaga terlempar sejauh dua meter.

"Apa!" Putri Yelda terperanjat.

Sama hal dengan putrinya, Raja Faramis juga terkejut dengan kejadian itu, ia berdiri dari singgasananya dengan wajah kaku. "Apa ... !"

Ternyata pemuda itu kuat sekali

Dua orang penjaga dengan sigap langsung meraih lengan kuat Haaland, mengancamnya dengan tombak tajam beracun yang siap membunuhnya kapanpun ia mencoba memberontak.

Putri Yelda menatap lekat pada pria yang tengah digiring oleh tiga penjaga menuju penjara bawah tanah.

Garis dagu Haaland sangat tegas, tangannya yang kuat, ia tidak bisa membayangkan seperti apa penampakan tubuh Haaland di balik jubah panjangnya. Menjijikkan sekali pikiranku ini! Yelda segera membuang jauh-jauh pikiran itu.

...

Haaland dilempar ke dalam kandang jeruji di ruangan gelap dan lembab. Bau apak menyelimuti atmosfer di ruang bawah tanah itu.

Prang ...

Bunyi pintu jeruji terbanting dan tergembok, mengurung sebuah kekuatan besar yang mungkin akan menyelamatkan Shandor dan Galantris dari bahaya.

Penjara bawah tanah itu tidak terlalu luas, di sebelah kiri tangga terdapat tembok yang sepertinya memisahkan ruang penjara dengan ruang lainnya, entah ruangan apa, tapi pintu besi itu terkunci rapat dan sudah berkarat yang menandakan bahwa pintu itu sudah bertahun-tahun tidak diakses.

Haaland hanya bisa meringkuk di atas tumpukan jerami sebagai alas penjaranya.

Aku harus keluar dari penjara ini! Apapun yang terjadi, aku harus keluar!

Sret ...

Seorang penjaga berpenampilan mengerikan berdiri di hadapan Haaland. Haaland sempat berpikir untuk menyingkirkan orang itu dan keluar dari pintu jeruji yang terbuka lebar, mengisyaratkan bahwa pintu itu mengajaknya untuk keluar.

Tapi orang itu sangat besar, Haaland bahkan hanya setengahnya. Ia tidak mungkin menyingkirkan orang itubtanpa keributan.

"Ayo kita menari, Nak!" Pria besar itu menyeringai kejam dengan memainkan sebuah benda panjang yang siap menyambut wajahnya.

Ctar ... !

Cambukan pertama mendarat di leher Haaland.

"Argh ... !"

Ctar ... !

Cambukan kedua berhasil membuat bagian pinggang baju Haaland sobek.

"Aargh ... !" Haaland terhuyung namun ia belum roboh.

"Ternyata kau sanggup menghadapi cambuk perakku ya?" Pria itu mengayunkan sekali lagi cambukan tanpa ampun.

Ctar ... !

"Aargh ... !" Kali ini Haaland tidak bisa lagi menopang tubuhnya, semua terasa sakit, darah biru mengucur dari balik kain penutup tubuhnya.

"Hentikan!"

Suara itu bernada tegas dan lantang, memecah semua bau lembab dan rasa sakit di dalam jeruji.

"Hentikan, Fog!" Ternyata itu adalah Putri Yelda. Wajahnya lebih tegas dari cahaya remang di bawah tanah itu.

Penyambuk bernama Fog itu langsung mundur ketika Yelda memerintah dirinya.

"Tidak ada yang menyuruhmu melakukan itu pada tawananku!" tegas Putri.

"Maaf, My Lady. Tapi aku sungguh sudah tidak sabar untuk membiarkan cambukku mengiris kulit orang-orang bejat!" balas Fog dengan suara beratnya.

"Kamu ini!" Yelda menggerakkan giginya. "Pergi sana!"

Yelda dengan kasihan melihat sosok yang telungkup tak berdaya di atas jerami penuh kutu itu. Ia melihat noda gelap di pinggangnya. Dia yakin sekali bahwa itu adalah noda darah.

Dan dia tidak keliru, itu memang noda darah. Tapi darah itu berbeda, bukan merah gelap tapi darah itu berwarna biru. Tentu saja Yekda tidak menyadari hal itu karena cahaya di ruangan itu sangat minim.

Kasihan pria ini, aku senang ketika ia dipenjara, tapi aku benar-benar tidak tega ketika ia lemah seperti ini.

Putri Yelda memanggil tabib kerajaan untuk membalut luka milik Haaland. Tabib itu membawa beberapa kain balut dan beberapa botol ramuan.

"Aku ada urusan sebentar, tolong Anda obati dia," ujar Yelda. "Anda tenang saja, akan ada beberapa penjaga yang menjada di luar dan di samping tangga. Jadi tidak akan ada hal buruk yang terjadi, lagi pula aku yakin dia tidak akan melukai orang tua seperti Anda, aku bisa melihat itu dari wajahnya." Yelda mengedipkan matanya dan pergi begitu saja.

...

Semua penjaga jaraknya agak jauh dari jeruji yang membelenggu kebebasan Haaland. Mereka tampak tegap dan santai, seperti tidak akan ada sesuatu yang terjadi.

Di lain sisi, tabib kerajaan terpekik lirih saat melihat luka Haaland. Ia baru saja sadar jika darah yang dibersihkannya bukanlah darah manusia pada umumnya yang berwarna merah pekat, melainkan berwarna biru.

"Hah? ... !"

Haaland segera menyumpal mulut si tabib tua kerajaan itu dengan tangannya.

"Kamu ini apa?" Mata tabib itu membelalak.

"Jangan beri tahu ini pada siapapun, aku memohon pada Anda," bisik Haaland dengan suara yang sangat lirih agar penjaga tidak mendengarnya.

Haaland tentu tidak memasang wajah mengancam, ia bahkan memasang wajah paling manis di hadapan tabib itu. Ia sadar bahwa wajah tabib itu sudah pucat pasi melihat darahnya, Haaland tidak ingin menambah kepanikan dalam diri tabib itu bisa-bisa ia akan terancam nanti.

Tabib mengangguk mengiyakan perkataan Haaland. Ia lalu meneruskan prosedur pengobatan dengan tangan yang gemetaran, hal itu tentu membuatnya susah bertindak.

Hampir dua jam sampai pengobatan itu selesai, keringat dingin keluar dari setiap lubang pori-pori si tabib tua setiap kali ia melihat darah Haaland yang berwarna biru.

"Terima kasih, Pak," ucap Haaland saat pengobatannya selesai. "Tolong jangan katakan hal itu pada siapapun, saya memohon pada Anda, Pak."

Tabib hanya mengangguk perlahan, dan hendak berdiri ketika Haaland berhasil meraih lengan tabib itu. Wajah ketakutan masih bisa terlihat dari mata tabib itu.

"Saya berjanji akan melindungi Anda, saya akan membalas kebaikan Anda pada saya. Tolong jangan katakan hal itu pada siapapun ... ." Haaland menyatukan telapak tangannya di depan dada, memohon pada tabib yang masih terlihat syok itu.

Terpopuler

Comments

Ucy (ig. ucynovel)

Ucy (ig. ucynovel)

keren 👍

2023-02-18

1

@Risa Virgo Always Beautiful

@Risa Virgo Always Beautiful

ceritanya menarik semangat

2023-01-28

1

Silviana

Silviana

satu satu aja dulu

2023-01-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!