BAGIAN 4

"Bagaimana Anda bisa menyakinkan raja untuk membebaskan saya, Putri?" tanya Haaland. Pria itu menututi gerak jalan Yelda dengan seksama.

"Kamu tidak perlu tahu." Ia acuh tak acuh dan tetap menaiki anak tangga yang mengantarkannya menuju puncak menara di belakang istana.

"Tapi saya rasa akting Anda benar-benar luar biasa, Putri. Anda pasti cocok menjadi aktris yang hebat."

Putri Yelda tersenyum mendengar itu. "Tapi aku tidak mau jadi aktris karena berpura-pura itu sangat melelahkan ... ."

"Kenapa, Putri?"

"Huh!" Helda membuang nafasnya dengan tekanan. "Bayangkan saja aku harus berpura-pura seakan kamu ini adalah orang yang aku kenal, dan aku sangat mencintaimu!" Raut kesal terus membayangi putri itu. "Menyebalkan!"

"Jangan hanya bayangkan, nyata pun aku tidak apa-apa ... ," gumam Haaland.

"Kamu bilang apa barusan?"

"Tidak— em ... Bukan apa-apa, Putri." Haaland tergagap menjawab pertanyaan itu.

Semoga saja dia tidak dengar ...

Yelda hanya menaikkan kedua alisnya tanda tak peduli. Ia melanjutkan langkahnya mendaki setail anak tangga yang ada di ruang berbentuk persegi dan menjulang tinggi.

Menara itu dibangun dari zaman nenek moyangnya dengan batu-batu pilihan dari Sungai Gao, sehingga bangunannya masih kokoh sampai sekarang. Tangganya memutar sampai ke puncak.

"Oh ya, Haaland." Putri berhenti. "Sesuai janjimu, kamu harus berpura-pura menjadi pasanganku, di hadapan semua orang. Jangan bertindak bodoh, dan jaga wibawamu."

"Tentu, Putri." Jika ada yang tidak pernah redup, itu adalah senyuman Haaland. Ia selalu menampakkan senyumannya di hadapan Sang Putri.

Rasa pegal di kaki sudah mulai terasa, "ayolah sedikit lagi, Yelda," gumam Yelda pada dirinya sendiri.

Akhirnya setelah sekian lama menjajaki anak tangga yang sempit, dia dan Haaland berhasil sampai di puncak menara kerajaan.

Menara itu berbentuk persegi dengan luas kurang lebih 25 meter. Dari sana semua daerah Shandor dapat terlihat, bahkan Danau Root pun ikut melambai pada orang yang ada di atas menara itu.

Haaland menundukkan kepalanya dari sisi menara.

Wush ...

Tingginya benar-benar bukan main.

"Astaga, Haaland! Jangan melakukan itu." Yelda menarik kerah punggung Haaland dengan cepat.

"Ada apa, Putri?" tanya Haaland dengan tenang.

Yelda melotot pada pemuda itu. "Bagaimana jika kamu pusing dan terjatuh! Aku tidak mau menara ini ternodai oleh kematian seseorang!" Kemudian dia menyilangkan tangannya.

Haaland tertawa melihat Putri Yelda yang masang wajah marah. "Bilang saja jika Anda tidak ingin kehilangan saya, Putri."

"Dasar!" kesal Yelda.

Haaland memandang ke sekeliling. "Ngomong-ngomong, kenapa Anda membawa saya kemari, Putri?"

"Tidak— bukan maksud apa-apa, aku ingin melihat Galantris dan aku tidak mungkin membiarkanmu berkeliaran di istana sendirian," ketus Yelda.

Haaland mengangkat bahunya. "Baiklah. Jadi anda masih menganggap saya ini penyusup."

"Begitulah," balasnya. "Kamu lihat kota itu?" Putri Yelda memandang sebuah kota di balik tembok besar di tepi Sungai Gao.

"Galantris ... ." Haaland mendekati Yelda dan bersama memandang kota Galantris yang malang.

"Dulu sebelum terjadi bencana, aku selalu pergi ke menara ini hanya untuk melihat keindahan kota ajaib itu." Yelda merenungkan masa kecilnya.

"Semua hal yang ada di kota itu berwarna putih dengan pendar kebiruan. Dan ketika malam tiba, kota itu memancarkan cahaya biru yang tiada hentinya," lanjut Yelda.

"Tapi sekarang ... . Kamu lihat bukan? Cahaya kota itu telah hilang begitu juga dengan sihir mereka."

Haaland menggeser kakinya agar lebih dekat dengan putri. Tanpa menyadari bahwa dirinya benar-benar seorang pencuri, pencuri kesempatan!

Lengan Haaland bergerak perlahan merangkul pundak Putri Yelda yang lebih pendek sedikit darinya. "Aku juga dengar cerita itu, Kota Galantris adalah kota sihir yang menghidupi Shandor."

Haaland memandang luas kota itu, dia bahkan bisa melihat orang-orang mati di sana. Bukan mati secara raga, tapi jiwa mereka yang mati. Mereka hidup bagai gelandangan gila yang tidak memiliki rumah dan memiliki penyakit kulit yang menjijikkan.

Ia baru sadar bahwa pemandangan yang selama ini ia lihat bukan hanya sekedar kesedihan baginya, tapi juga bagi semua orang di Qwertis, terkecuali bangsa Moris yang menentang keras sihir Gao.

Yelda masih belum sadar bahwa pria itu merangkulnya. "Aku ingin Galantris kembali ... ."

Yelda meletakkan kepalanya di tubuh Haaland, merenungi setiap sihir yang kembali dan kehidupan di Benua Qwertis akan kembali baik-baik saja.

"Aku yakin Sihir Gao pasti kembali putri," ujar Haaland sambil menikmati setiap sentuhan dari dirinya dan gadis yang tengah ada di rangkulannya.

Yelda merasakan hembusan angin yang lebih terasa di kepalanya. Dia terperanjat ketika dirinya ada dalam rangkulan pemuda itu.

"Apa-apaan kamu ini!" kaget Yelda, ia melemparkan tangan Haaland dari tubuhnya.

Haaland ikut terkejut dengan hentakan Yelda, tapi nada bicaranya masih setenang yang biasanya. "Anda yang menyandarkan kepala Anda pada bahu saya, Putri."

Yelda membuang mukanya. "Tidak mungkin! Dasar pencuri kesempatan dalam kesempitan!" Gadis itu menyilakan beberapa helai rambut merahnya yang menutupi wajah.

Yelda berjalan kesal dan menghentakkan kakinya. Namun naas, kakinya tidak terlalu berkompromi padanya saat ini.

"Aw ... !" Telda terhuyung ke samping,

Bruk ...

Hanya ada beberapa senti saja jaraknya ke tepi menara, dan jika ia melampaui itu, maka saat itu juga pasti Yelda sudah kehilangan kehidupannya.

"Putri Yelda ... !" Haaland bergegas menghampiri gadis itu dengan jantung yang hampir copot.

"Aduh." Putri Yelda meringis kesakitan, kakinya terkilir dan dia benar-benar susah untuk berdiri.

"Anda tidak apa-apa?" Haaland mencoba membantu Putri Yelda berdiri, namun bukan seorang putri dari Shandor namanya jika ia menampakkan kelemahan.

Putri itu menolak mentah-mentah, berusaha dan yakin bahwa dirinya bisa berdiri tanpa bantuan pemuda asing yang tiba-tiba ada di kamarnya.

Dan benar, gadis itu memang kuat.

Haaland memandang Yelda lekat-lekat sambil bicara dalam hatinya,

Gadis ini benar-benar istimewa, dia tidak sama dengan gadis-gadis lain yang manja. Dia memiliki ketangguhan dan harga diri yang tinggi ...

"Ayo kita turun!" ujar Yelda.

Tap ... .

Baru satu langkah dan Putri Yelda benar-benar tak sanggup menahan berat badannya. Kali ini kakinya benar-benar terkilir, dan bukan hanya sekadar terkilir bisa seperti saat ia salah posisi dalam latihan militer.

Tubuhnya terhuyung, untunglah si pria jangkung itu cepat-cepat menangkap tubuh Yelda.

"Saya rasa, luka terkilir Anda benar-benar serius, Putri." Haaland menopang tubuh gadis itu, ia bisa melihat wajah Yelda yang merah tomat saat itu.

"Biarkan saya membantu Anda turun,"

"Tidak-tidak ... tidak perlu—" Yelda melepaskan diri dari Haaland dan mencoba melangkah lagi, tapi ia memang benar-benar tidak bisa berjalan dengan baik.

"Sudahlah, Putri. Saya akan membantu Anda, kali ini jangan keras kepala!" kata Haaland.

Diangkatnya tubuh Yelda dengan mudah, otot-ototnya terasa menonjol saat mengenai tubuh Yelda.

"Saya akan menggendong Anda sampai bawah— Anda tenang saja saya tidak akan melempar Anda dari tangga." Haaland kembali menyunggingkan senyuman pada Putri.

Sebuah energi besar seakan mengalir dari tubuh Haaland yang bidang menuju tubuh Yelda yang kala itu digendongnya.

Empat mata saling menatap, entah kenapa— jantung gadis itu berdegup kencang dan tubuhya memanas, wajahnya berubah seperti tomat matang.

Terpopuler

Comments

Winterozez

Winterozez

mencari kesempatan dalam kesempitan...

2023-02-23

0

Winterozez

Winterozez

makanya kamu harus sat set sat set... yuk bisa!! aku padamu Haaland!! 😘

2023-02-23

0

Ucy (ig. ucynovel)

Ucy (ig. ucynovel)

pria jangkung 🤭

2023-02-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!