Keesokan harinya, matahari menyapa dengan hangat dari balik Gunung Noris yang menyimpan sejarah peradaban keajaiban Galantris yang kini telah musnah.
Putri Yelda tanpa permisi membuka pintu kamar Haaland. Kemudian terpampang jelas sosok Haaland yang tengah mengamati tubuhnya di depan cermin besar.
Punggung Haaland yang telanjang terlihat bidang dan kuat dari mata Yelda.
"Tato yang bagus!" ujar Yelda ketika melihat punggung Haaland yang memiliki corak seperti rangkaian sisik di beberapa bagian tubuhnya.
Haaland yang terkejut langsng membalikkan tubuhnya dan menghadap ke arah Putri Yelda.
Astaga!
Otot perutnya menonjol di atas kulit putihnya, dan benar-benar membuat Yelda terpana.
"Ehm ... ."Yelda berdehem. "Ngomong-ngomong bagaimana lukamu? Apa sudah sembuh?"
Haaland segera menyambar jubah yang ia gantung di samping cermin, ia dengan gugup memakai jubah dan membuat kesempurnaan tubuhnya tenggelam.
"Ah— tentu saja, hanya ada sedikit bekas, tapi sudah tidak sakit," balas Haaland tenang.
"Syukurlah— ngomong-ngomong kamu membuat tato di mana?" Yelda melangkah maju mendekati Haaland yang sudah berpakaian.
Namun jawaban yang Haaland tuturkan tidak membuat putri itu puas, tapi justru membuat jantungnya berdegup kencang.
Pemuda itu mendekatkan bibirnya di telinga Yelda. "Rahasia, Putri ... ." bisiknya dengan suara khas yang bisa membuat siapapun bisa jatuh ke dadanya.
Yelda hanya mendengar semua bisikan itu dengan mata terpejam, merasakan setiap hembusan nafas Haaland yang terasa di telinganya.
"Apa Anda menyukainya? Jika iya, saya akan memperlihatkan pada Anda lagi, Putri ... ," lanjut Haaland.
Dengan segera Yelda mengubah emosinya lagi menjadi seorang wanita yang tegas dan terlihat tak pernah luluh pada siapapun.
"Cih ... , Aku tidak peduli, lupakan itu." Yelda membuang mukanya dan membenarkan tali di gaunnya untuk mengalihkan gerak-gerik.
"Aku hanya ingin memberitahumu jika hari ini aku ada pertemuan dengan teman-temanku, dan kamu harus ikut."
"Mengapa, Putri Yelda? Apa Anda tidak khawatir jika aku akan mengkhianati Anda?" ujar Haaland balik menatap rambut merah gadis itu yang tergerai indah.
Seperti biasa Putri itu memasang muka garangnya. "Aku akan membunuhmu tanpa ampun!"
"Baiklah." Haaland mengangkat kedua bahunya.
"Ingat! Tidak hanya orang istana saja yang harus tahu, tapi orang-orang luar juga perlu tahu," kata Yelda.
"Tapi bukankah kebohongan Anda akan lebih besar, dan saya rasa resikonya juga besar, Putri."
"Haaland ... , Kamu harus tahu, sekarang ini rakyat pasti sangat mendukung aku menikah dengan pangeran Texan, aku tidak mau! Aku harus menunjukkan bahwa aku sudah memiliki orang pilihanku sendiri!" Baru kali ini Yelda menampakkan wajah murungnya pada Haaland. "Dan jika kamu ingin bebas sepenuhnya, kamu harus membantuku!" lanjut Yelda.
"Saya tidak akan membuat Anda kecewa, Putri." Haaland memberikan penghormatan dengan merendahkan tubuhnya.
...****************...
Sebuah kereta kuda berhenti di depan rumah dengan taman dan halaman yang luas. Haaland turun dari kereta itu dan mengulurkan tangannya pada Yelda untuk membantunya turun.
"Terima kasih, Haaland," ucap Yelda. "Ini rumah Duke Lotta, Dia orangnya agak keras, apalagi dengan orang baru, jadi kau jangan kaget nanti."
"Tentu saja, Putri Yelda, akan aku atasi semuanya dengan baik." Haaland menyunggingkan senyum percaya dirinya.
Putri Yelda ikut tersenyum. "Memang harus begitu."
Lalu mereka berdua melangkah menuju rumah, di dapatinya sambutan yang meriah di ruang tamu.
Berbagai hidangan mengebul-ngebulkan asap mereka dan membawa aroma yang menggoda perut.
Tak hanya itu, beberapa tatapan mata dari lelaki yang duduk di meja itu menyambut mereka dengan keramahan yang tak berarti.
"Putri Yelda, selamat datang ... ." Laki-laki seumuran dengan ayahnya itu menyambut dengan ramah, dia tak lain adalah Lotta, seorang Duke dari Aoka.
Rambutnya hampir putih semua ditata klimis dan tubuhnya ramping, Duke itu memakai baju dengan kerah tinggi seperti yang biasa dipakai bangsawan pada umumnya.
"Mohon maaf tuan-tuan, pasti kalian semua sudah menunggu lama," ujar Yelda yang merasa tak enak.
"Tidak perlu minta maaf, Putri, kami juga baru saja datang," ujar laki-laki berambut pirang yang memiliki tubuh gempal, dia adalah Roin, Duke dari Renee.
"Aku sudah hampir habis satu porsi daging sapi!" Seorang mantan laki-laki berparas garang dengan tubuhnya yang besar, dia adalah Hazard, mantan komando militer di Aoka. Rambutnya hitam pekat dan warna kulitnya agak berbeda dari orang Shandor, kulit gelapnya diturunkan dari ibunya yang berasal dari Mores.
"Maaf, Hazard. Perjalanan dari Shandor menuju Aokaml memang agak lama," kata Yelda dengan lembut.
"Siapa dia?" tanya Hazard.
Yelda memperkenalkan pemuda tampan di sampingnya. "Perkenalkan semuanya, dia Haaland, calon pangeran kerajaan Shandor."
Semua orang menatap Haaland dengan dingin, terutama Lord Lotta, si pemilik rumah.
Tatapan mereka menjadi was-was dan sinis, dalam hati, mereka bertanya-tanya, apakah orang ini bakal bisa mengurus Shandor dengan benar!
"Salam kenal, tuan-tuan ... ." Seperti biasa, Haaland menunjukkan sikap hormatnya.
"Em— Haaland, silakan duduk." Yelda menyeret satu kursi lagi dari pojok ruangan.
"Terimakasih, Putri."
Di pojok ruangan ada seorang lelaki dengan bulu-bulu acak-acakan berwarna putih yang tumbuh di sekitar wajahnya. Dia adalah seorang tetua, rakyat biasa, namanya Dolken.
Pria itu tidak menyapa mereka sama sekali, hanya fokus dengan semangkuk sup daging yang tengah dilahapnya.
.........
Sambil menikmati hidangan mereka mulai mengobrol dengan mengacuhkan keberadaan Haaland.
"Bagaimana, Lord Lotta. Apakah ideku yang kemarin berhasil di Aoka?" tanya Yelda.
Pertemuan minggu Yelda menuturkan ide agar setiap negara bagian tidak memungut hasil panen dari para petani, sehingga mereka semakin bersemangat dalam bekerja dan diharapkan bisa menekan angka kemiskinan.
"Idemu bagus, sejauh ini mereka lebih baik dalam berkerja karena mereka tahu jika mereka bekerja untuk mereka sendiri," balas Lord Lotta.
"Baguslah jika begitu, bagaimana dengan di Renee, Lord Roin?"
"Saya rasa tidak jauh berbeda dengan keadaan di sini (Aoka), Putri," balas Duke Renee sambil meraih sebuah potongan daging asap.
"Syukurlah, rakyat kita harus mandiri tanpa Sihir Gao dari Galantris." Wajah yelda menajdi tegas, api semangatnya bisa terlihat dari matanya.
"Bagaimana dengan raja, Putri. Dia pasti heran pendapatan dari pertian menurun pesat," kata Lotta.
"Dia agak pusing akhir-akhir ini, uang yang masuk ke kerajaan tidak sebanyak biasanya, tapi aku tidak masalah dengan itu, ayah memang tidak terlalu memikirkan rakyat," balas Yelda.
"Apakah itu sebabnya dia menjodohkan Anda dengan pangeran Texan, Putri?" Haaland akhirnya membuka mulut setelah sekian lama diam menyimak pembicaraan.
Wajah Yelda melotot pada orang yang ia sebut calon suaminya. Tapi garis bibirnya tersenyum, membuat wajah gadis itu menjadi lebih seram.
"Ngomong-ngomong tentang sihir Gao, Putri. Akunyakin sihir itu masih ada, hanya tertahan oleh sebuah kekuatan." Tetua itu berbicara, dengan sebuah gulungan tembakau terselip di antara jarinya.
"Kekuatan macam apa, Pak Dolken?" tanya Haaland.
"Sebuah kekuatan hitam, aku tidak tahu persis, tapi aku yakin Sihir itu bisa kembali dan mengembalikan Galantris seperti semula." Orang tua itu menghisap cerutunya, menyisakan asap-asap memekakkan paru-paru.
(Haaland)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Not Found
Hayo apa ... ?😂✌🏽
2023-01-14
1
꧁𝙉Ⓐノ𝙎ム꧂💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
wow senyuman itu mengingatkan ku akan sesuatu
2023-01-14
1