Di sisi lain, keadaan di istana sangatlah memanas akibat berita perginya putri Yelda. Di ruang kerja Raja Faramis, ada Rowan dan Raja Teano, dari Texan. Mereka tengah membicarakan hal yang serius setelah minggatnya Yelda dari istana.
“Jika putrimu tidak kembali, maka aku akan menarik semua dana yang telah aku berikan pada kerajaan Anda, Lord Faramis,” ujar Teano dengan kesal.
“Tunggu dulu untuk beberap hari, Lord Teano. Aku yakin keponakanku pasti akan kembali.” Rowan menjawab itu dengan tenang.
Satu lagi bebanku yang berkurang, terima kasih Tuhan, Kau telah menjawab doaku begitu cepat, aku hanya butuh menyingkirkan adik tiriku saja, dan aku akan menjadi Raja di Shandor, tolong lancarkanlah upayaku ini, aku akan memberimu persembahan ketika aku menjadi raja nanti ...
Batin Rowan tanpa rasa malu, ia benar-benar tidak pantas menyebut Tuhan dalam rencana busuknya, Tuhan pasti bakal marah besar atas tindakan-tindakan kotornya.
“Akan aku tunggu sampai hari pernikahan tiba, dan jika putrimu tidak kembali, maka semuanya akan dibatalkan.” Raja Teano berdiri dari kursinya dengan penuh keseriusan. “Aku dan keluargaku akan pulang ke Texan, tidak ada gunanya kami di sini menunggu hal yang tidak pasti.”
“Baiklah, Lord Teano, kami akan segera menulis surat ke Texan jika ada kabar tentang calon menantumu,” balas Rowan dengan keramahan yang tinggi. "Semoga saja kabar baik segera tiba,"
Raja Teano keluar dari ruang kerja Faramis untuk segera bersiap meninggalkan Shandor.
Brak !!
Raja Faramis memukulkan kepalan tangannya pada permukaan meja ketika orang Texan itu sudah keluar dari ruangannya.
“Dasar! Kemana anak itu! Dia benar-benar menyusahkan saja!” seru Faramis yang sepertinya sangat marah.
Rowan mendekati adik tirinya dengan tenang. “Tenanglah ... , aku yakin Yelda pasti bakal kembali.” Ia bahkan tidak mengatakan itu dengan sungguh-sungguh.
Rowan tersenyum licik di belakang kepala Faramis. “Bersabarlah, prajurit bakal menemukan jejak Yelda secepatnya, percayalah padaku.”
Bagai badai yang sudah terprediksi, ternyata ucapan Rowan terjadi. Beberapa saat kemudian prajurit yang diperintahkan mencari jejek Yelda kembali dengan berita besar mereka.
Pintu ruang itu terbuka tanpa menimbulkan suara sama sekali. Tiga prajurit berbadan kekar masuk dan memberi hormat dengan tampang mereka yang tegas.
“Kalian sudah kembali?” tanya Raja Faramis dengan semangat. “Di mana putriku?”
Di balik hatinya Rowan benar-benar berharap prajurit itu membawa kabar buruk. “Apa Putri Yelda baik-baik saja, di mana dia, mengapa kalian tidak membawanya kemari?”
“Dengan penuh penyesalan, Yang Mulia. Kami hanya bisa menemukan jejak Putri Yelda,” balas seorang prajurit yang sepertinya merupakan kepala tim pencari.
Brak !!
“Apa maksudmu!” teriak Raja Faramis, suaranya hampir bisa terdengar dari seluruh istana.
Kepala perajurit itu menundukkan kepalanya, tidak tahu bagaimana cara menjelaskan pada rajanya.
“Jangan menunduk seperti pecundang!”
Beberapa pelayan istana yang tengah hilir mudik di depan ruang kerja Faramis terperanjat dan langsung berlari ketakutan, tidak pernah mereka melihat kemarahan sebesar itu dari raja mereka.
Prajurit itu menelan ludahnya dan kembali menegakkan kepalanya sebagai seorang prajurit sejati.
“Kami hanya menmukan jejak putri Anda di tepi Sungai Gao, dan ketika kami menelusuri jejak itu, kami menemukan sebuah sampan yang hancur tersangkut di sebuah batu sungai, kemungkinan sampan itu di pakai putri, Yang Mulia.”
“Tidak ada satu orangpun di sekitar tempat itu, mungkin saat sampan itu menghantam batu, putri tidak bisa berenang ke tepi dan hanyut terbawa arus, Yang Mulia. Apalagi mengingat arus sungai kemarin malam yang begitu besar.”
Rowan membulatkan matanya, menyembunyikan rasa senang yang sebenarnya tidak bisa ia bendung.
Raja Faramis hanya bisa diam mendangar laporan prajuritnya yang kurang jeli dalam melakaukan penelusuran.
Raja itu benar-benar tidak menyangka hal buruk itu bisa terjadi pada putrinya, sebelumya istrinya juga ditemukan tewas akibat jatuh dari menara. Kenapa keluarganya harus tiada dengan cara yang menegenaskan seperti itu.
“Kalian pergilah!” usir Faramis dengan segala kesedihan yang menyelimutinya.
Mereka bertiga pergi dari ruangan raja, begitu juga Rowan. Ia tahu jika ia harus menggantikan posisi Faramis yang tengah dirundung duka untuk sementara waktu.
“Prajurit!”
“Tolong kalian cari jasad putri sampai ke Danau Root, Bagaimanapun dia harus dimakamkan dengan hormat,” lanjut Rowan yang sangat yakin jika Yelda sudah mati. Padahal kenyataanya Yelda akan kembali dengan kejuatannya yang luar biasa.
“Huh, akhirnya singgasana itu semkin dekat denganku, aku juga punya hak untuk menaiki tahta itu karena bagaimanapun ibuku adalah istri dari ayah tiriku,” kata Rowan setelah ia berada dalam ruang kerjanya yang begitu penuh dengan kertas-kertas penting kerajaan.
“Sekarang aku hanya perlu menyingkirkan Faramis, dan aku pasti akan menjadi raja,” lanjut Rowan lalu tertawa dengan penuh kepuasan.
Ia menyeruput segelas anggur dan kemudian mengambil secarik kertas, lalu menuangkan kata-katanya dengan tinta hitam yang tergeletak di mejanya ke atas kertas itu.
^^^Temanku Charlos yang aku hormati,^^^
^^^Aku merasa aku membutuhkan bantuan darimu, kamu tahu dari kecil aku sudah mengenalmu. Kamu itu sangat hebat dalam membuat ramuan obat-obatan.^^^
^^^Aku ingin mmesan seuatu padamu, sesuatu yang bisa membuat hewan menjadi penyakitan dan mati, karena aku perlu mengusir seekor tikus penganggu di istana ini.^^^
^^^Tolong kabari aku secepatnya jika kamu bersedia membantuku. Aku bersedia membayar berapapun jumlah yang kamu minta.^^^
^^^—Rowan, teman lamamu^^^
Rowan membaca ulang surat yang telah ditulisnya itu dalam hati, ia tersenyum bangga dengan ketidaksabarannya untuk segera menjadi seoarang raja.
“Sempurna,”
Rowan melipat surat itu dan memasukkannya ke dalam amplop lusuh, menamai alamat yang ia tuju, Charlos Mou, Renee
Tak lupa ia juga menambahkan prangko dan tanda tangannya di amplop supaya Charlos percaya bahwa Rowanlah yang mengirim surat itu.
Dengan segera Rowan memanggil satu prajurit tingkat bawah untuk mengantar surat itu ke Renee. Kenapa ia memanggil prajurit tingkat bawah? Karena prajurit tingkat bawah masih memiliki rasa takut padanya. Berbeda dengan perajurit tingkat atas yang kadang sering mengintrogasinya terlebih dahulu.
“Jangan sampai hilang ataupun terbaca oleh orang lain! Kamu mengerti?”
Prajurit itu hanya mengangguk di samping kereta kudanya, ini adalah tugas pertamanya ke luar kota, jadi dia harus melakukannya dengan baik.
“Ingat ini dokumen penting negara, jangan semabarangan!”
“Baik, Yang Mulia.” Prajurit muda itu menegapkan badannya dan kemudian mengantongi surat di kantong yang ia ikat di pinggangnya.
Rowan hanya melihat kepergian kereta itu dengan senyuman ria yang berhasil menegakkan bulu-bulu tipis di sekitar wajahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments