Kali ini Daren berinisiatip memanggil pak Wir, ia merasa mulai ada keanehan disini.
"Hai pak Wir monggo..santai aja pak, ga ada yang perlu ditakuti dan ditutup tutupi..siap pak?"
"Siap pak! saya santai saja, Wong hanya jadi cuma tukang pembersih dan pak Utha sudah seperti bapak saya sendiri meskipun umurnya lebih muda"
"Iya pak..umur berapa tho pak Wir ini? keliatannya masih gagah hehe"
"Tahun ini masuk ke 60 pak"
"Eh yang bener ko keliatan tegap sekali"
"Hehe Alhamdulillah..bagaimana pak?"
"Pak..ini ada beberapa hal yang saya kebingungan menghadapi masalah ini"
"Lho kenapa pak?"
"Ya gimana ya..pertama, saya ini bingung kenapa ibuk ko tidak tidur satu kamar dengan pak Utha? Apa ada keributan tadi malam? yang kedua, ko pak Wir tidak membetulkan posisi tubuh pak Utha, itu kan badannya seperti melintir, coba perhatikan perutnya miring kekanan tapi wajahnya menghadap keatas seolah mencari udara..yang ketiga yang paling fatal tidak ada satupun yang membantu dan membetulkan posisi pak Utha? padahal semua kan teman dekatnya?"
"Waduh gimana ya pak, saya juga ga habis mikir..sebetulnya bu Thea itu semenjak kevilla ini 3 hari yang lalu sudah ga tidur sekamar lho pak, saya bingung..ko suami istri tapi ga sekamar? Terus saya juga aneh waktu ada pesta semalam mereka deket banget kaya suami istri yang lagi honeymoon gitu lho pokoe mesrah..Kalau masalah merubah posisi bapak itu saya ya ga berani kecuali disuruh ibu..tapi waktu ibu melihat posisi bapak ya biasa biasa aja"
"Pa Wir sudah berapa lama kerja sama pa Utha?"
"Waah lama pak, saya dulunya kerja dirumah mamanya diJogja, terus disuruh kerja disini..lha disini, saya sudah 3 tahun"
"Ada masalah dengan pembayaran gajih?"
"Aduuh piye ya pak..maaf nggeh, ini sudah 5 bulan saya tidak terima gajih pak dari pak Utha"
"Heh?! 5 bulan? Kenapa ga minta?"
"Ya katanya besok pak gampang itu..saya sebetulnya bisa minta bu Thea, tapi kasian pak bu Thea itu orangnya baik sekali tapi suka dimarahin sama pa Utha. Saya ga tega pak minta ibuk"
"Waduh 5 bulan itu lama lho, terus hidupnya gimana?"
"Itulah pak, padahal istri saya sakit sakitan..saya terpaksa pinjam sana sini, abis gimana lagi?"
"Ealah pak pak..terus pak, siapa sih mba Rumi itu?"
"Pak..maaf ya, jangan kasih tau ibuk ya..mba Rumi itu sebetulnya sering kesini sama pa Utha" bisik pa Wir.
"Haah sing bener kalo ngomong..iki petugas polisi lho!"
"Bener pak..cuma saya belaga bodoh saja, kadang kadang bapak dan mba Rumi nginep disini 2 hari 2 malam..ya wes seperti suami istri gitu"
"Lha sampeyan ga laporan ke ibu?"
"Mboten pak..wong saya sering dikasih wang sama mba Rumi..wang tutup mulutlah istilahnya"
"Waduh waduh..Nah waktu ditemukan bapak meninggal dikamar itu reaksi mba Rumi gimana?"
"Terus terang saya terkejut pak..dia seperti para tamu lain..gayanya panik, tapi tadi dia udah bisik bisik sama saya sebelum bapak datang..katanya, Ora usah ngomongke tentang aku sama bapak kesemua orang..terus dia kasih saya 500ribu..ini wangnya masih saya pegang"
"Astagfirullah..gitu ya, ya sudah pak Wir terima kasih, tolong panggilkan ibu Thea kesini pak"
"Saya sudah selesai pak?"
"Sementara ini sudah..oya pak mulai saat ini tidak usah terima apa apa dari mba Rumi..awas bapak nanti kena jebakan..saat ini saya belom liat keterlibatan bapak..tapi kalo terus terusan terima wangnya bapak bisa keikut"
"Oh ya Allah..nggeh pak, sebentar ya pak saya panggilkan ibuk"
Sementara pak Wir memanggil ibu Thea ponsel Daren berdering..
"Halo pak! kami mendapat instruksi untuk segera kelokasi villa..jadi sekarang kita meluncur kesana dalam setengah jam sudah tiba dan barusan pak Lukas dari Bareskrim Malang juga sudah meluncur..mungkin kami barengan datangnya"
"Oh sukurlah! Siap kami tunggu pak kedatangannya!"
"Halo pak, bisa masuk?" terdengar suara wanita dipintu.
"Masuk bu Thea masuk"
Thea masuk kekamar dengan wajah sendu, dua kelopak matanya bengkak dan merah.
"Gimana buk? yang sabar ya..maaf saya harus lakukan pemeriksaan satu persatu karena ini sangat penting untuk pengumpulan datanya..apa ibuk siap saya berikan beberapa pertanyaan?"
"Ya siap pak" katanya sambil menganggukkan kepalanya pelan.
"Yang pertama buk, kenapa tadi malam dan malam sebelumnya ibu tidak tidur sekamar dengan bapak?"
Thea tidak langsung menjawab, ia menoleh kearah jendela dan menatap halaman disamping rumah. Thea menarik napas dalam dalam.
Tiba tiba ia menangis, Thea menundukkan kepala ditutupi kedua tangannya.
Daren melihat itu dan membiarkan Thea larut dalam tangisannya. Ia menoleh kekiri dan kanan, Daren menemukan sekotak tissue diatas meja bundar. Ia meraih kotak itu dan memberikan kepada Thea.
Setelah beberapa saat tangisannya mereda, berpuluh puluh kertas tissue sudah ia habiskan untuk mengeringkan air mata dan ia juga menguras semua air dari hidungnya.
"Entah saya mau memulai dari mana pak" kata Thea lemah.
"Terserah ibu mau mulai dari mana..tapi ibu harus percaya kepada saya bahwa semua yang ibu katakan kepada saya merupakan sebuah testimoni yang berharga..sebaiknya tidak ada yang ibu tutupi agar saya bisa membantu ibu dalam kasus kematian pak Utha"
"Pikiran saya kacau pak saat ini..antara sedih, kecewa, marah dan merasa telah dihianati secara besar besaran..Ya Allah pak..semua menjadi satu" Thea mengambil satu kertas tissue dan mengusap air matanya yang mulai turun lagi.
"Tenang ya buk..pelan pelan, kita punya banyak waktu..boleh ibuk ceritakan sedikit kenapa sampai ibu kecewa dan marah?"
"Pak Daren, pertama tama yang saya ingin katakan adalah flashback secara cepat saja latar belakang kami, saya dan mendiang suami saya..Kami dulu menikah karena adanya sedikit paksaan dari keluarga mendiang suami, karena papa saya adalah karyawan papanya suami..ayahnya suami saya itu ketika melihat saya memohon agar kita anak anaknya dijodohkan"
"Oo..saya mengerti jadi pernikahan ini awalnya memang bukan dari saling cinta ya" sela Daren.
"Betul pak..dan memang pernikahan kita sangat tidak bagus..saya sendiri dari pertama kenal memang kurang suka dengan mendiang tapi demi membahagiakan orang tua ya apa boleh buat..bahkan meskipun saya melahirkan seorang anak cinta ini tidak pernah bersemi"
"Anak ibu laki atau perempuan?"
"Perempuan bapak, saat ini berumur 3 tahun..tapi ada juga perihal yang saya tidak suka dari mendiang.., ia suka pamer harta dan kekayaannya. Kepada siapa saja ia berkenalan pasti memamerkan kekayaan dan itu saya tidak suka sama sekali" ucap Thea sambil menundukkan kepalanya.
"Ada lagi yang ibu tidak suka dari mendiang suami?"
"Ya ada bapak..dia suka selingkuh"
Ketika Thea bilang itu, ia jadi ingat apa yang pak Wir katakan tadi..bahwa ada seorang tamu yang sebetulnya adalah pacar gelapnya.
Daren mengetuk ngetuk pulpen sambil menatap tajam kearah Thea.
Tiba tiba, pak Wir mengetuk pintu.
"Maaf ibu Thea maaf pak Daren. Diluar ada 2 polisi dan ambulan juga datang"
"Oh iya..bu maaf sesi kita tunda dulu ya,silahkan ibu istirahat dulu"
...■■■■■...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments