Tidak Sengaja Berselingkuh
Brak!
Suara pintu yang ditutup dengan kerasnya oleh Bayu mewakili kemarahannya saat ini. Dengan langkah lebarnya yang cepat, dia masuk ke dalam rumahnya dengan membawa kopernya.
“Siapa yang menyuruhmu keluar dari asrama itu?” tanya Bayu dengan tegas pada Calista dan Nayla yang saling berpelukan karena takut akan kemarahan Bayu.
Terlihat jelas kemarahan Bayu dari matanya yang seolah ingin menerkam mereka. Sedangkan Calista memejamkan matanya sambil memeluk erat mamanya mengharapkan perlindungan darinya. Dan Nayla, tentu saja dia melindungi anaknya dari kemarahan suaminya dengan membawa anaknya dalam pelukannya.
“Katakan! Kenapa kamu ceroboh sekali dengan seenaknya memutuskan keluar dari sekolah dan asrama yang sudah aku bayar mahal?!” seru Bayu kembali pada Calista.
Anaknya itu.terlihat sangat gemetar dan ketakutan melihat amarah papanya. Dia selalu takut.dan tertekan ketika papanya sedang marah padanya. Bukannya dia sering membuat ulah, hanya saja memang semua yang dilakukan papanya padanya itu tidak sesuai keinginannya dan hanya membuatnya terpaksa melakukannya dan tertekan.
“Pa, tenang dulu. Jangan marah-marah. Kamu tidak lihat Caca sedang ketakutan?” ucap Nayla dengan tatapan kesal pada suaminya dan tangannya masih memeluk erat anaknya.
Dengan kesalnya Bayu duduk di sofa dekat dengan anak dan istrinya sambil melepas kancing kerahnya. Kemudian dia berkata,
“Sekarang katakan, apa yang membuatmu meninggalkan sekolah dan asrama itu.”
Nayla menghela nafasnya melihat suaminya yang masih belum mengerti juga keadaan anaknya saat ini. Ingin dia berteriak memaki suaminya, tapi itu semua sia-sia, karena dia tahu jika suaminya itu tidak akan mengalah begitu saja jika berdebat dengannya.
“Caca tidak nyaman berada di sana. Dia ingin pindah di sekolah yang sesuai dengannya,” ucap Nayla mewakili anaknya.
“Ck, bukannya kamu yang bodoh dan tidak bisa mengikuti pelajaran di sana?” tanya Bayu sambil menyipitkan matanya menatap ke arah Calista.
“Pa!” seru.Nayla sambil menatap tajam suaminya.
“Apa? Dia memang seperti kamu yang lambat dalam berpikir. Sekolah itu yang terbaik untukmu saat ini. Tidak ada sekolah bertaraf internasional yang mau menerima murid pindahan berkali-kali seperti kamu. Seharusnya kamu bersyukur, Papamu ini berhasil meyakinkan mereka agar mau menerimamu. Lagi pula itu sekolah mahal, kenapa kalian bisa seenaknya saja menentukan keluar dari sekolah dan asrama di sana?”
Bayu mengomel tanpa henti pada anak dan istrinya. Dia tetap merasa keputusannya sangat benar dan dia merasa jika semua keputusan dalam rumah itu ada di tangannya karena dia merupakan kepala keluarga di rumah itu.
“Pa, maafkan Caca. Mama gak salah. Caca yang memohon pada Mama dan memaksanya untuk membawa Caca pulang ke rumah. Caca ingin sekolah di sini saja. Boleh ya Pa… Caca janji gak bakalan buat onar lagi,” ucap Calista sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada memohon pada papanya.
Bayu tersenyum sinis pada putrinya, kemudian dia menatap intens manik matanya sambil berkata,
“Baru sadar kamu jika selalu membuat onar di semua sekolah tempat kamu belajar?”
Calista kembali mengkerut melihat papanya yang menyindirnya dan menyalahkannya. Tapi dia putri seorang Bayu yang pemberani, sehingga sikap berani itu menurun padanya.
“Pokoknya Caca gak mau balik lagi. Caca mau sekolah di sini saja,” ucap Calista yang mempertahankan keinginannya.
Setelah itu dia segera beranjak dari duduknya dan berlari kecil masuk ke dalam kamarnya. Nayla menatap penuh iba pada anaknya. Sedangkan Bayu menatap kesal pada anaknya yang begitu saja meninggalkannya ketika mereka sedang berbicara.
Nayla mengalihkan pandangannya ke arah suaminya dan menatap tajam padanya seolah ingin memberontak padanya. Kemudian dia berkata,
“Sekali-sekali ikuti keinginannya. Jangan egois dan jangan memaksakan semua keinginanmu jika kamu tidak mau sekali saja menuruti keinginannya.”
“Kamu selalu membelanya. Karena itulah dia selalu memberontak,” sahut Bayu sambil menatap tajam istrinya.
“Ah sudahlah. Percuma saja berdebat denganmu. Kamu selalu saja tidak mau mengalah,” ucap Nayla seraya mengambil tasnya dan berdiri dari duduknya.
“Lalu apa maumu? Kita berdua bekerja dan anak kita itu tidak ada yang mengawasinya,” ucap Bayu dengan meninggikan suaranya.
Nayla yang tadinya akan melangkah, kini dia duduk kembali di kursi yang tadi ditempatinya. Lalu dia berkata,
“Aku tidak setiap hari tidak pulang. Hanya jika ke luar kota atau luar negeri saja aku tidak bisa pulang ke rumah. Caca bisa tinggal di rumah sendiri ketika aku sedang bekerja, dia sudah besar, tidak ada yang perlu dikawatirkan.”
“Tetap saja aku sangat khawatir padanya. Di asrama saja dia selalu membuat masalah, apa lagi jika dia sendiri di rumah?” sahut Bayu sambil mencebik kesal.
Nayla menghela nafasnya dan dalam hatinya dia selalu mengatakan jika dirinya harus sabar menghadapi suaminya. Tatapan matanya menghunus pada suaminya sehingga membuat suaminya yang selalu merasa benar itu sedikit menciut ketakutan.
“Aku akan mencari jalan keluarnya. Kalian tunggu saja dan pastikan dia tidak akan membuat kesalahan dan keonaran di sekolahnya yang baru,” ucap Bayu sambil berdiri dari duduknya, setelah itu dia berjalan masuk ke dalam kamarnya.
Nayla kembali menghela nafasnya mendengar ucapan suaminya yang sama saja seperti biasanya. Suaminya itu selalu memaksanya dan anaknya untuk melakukan apa yang sudah diputuskannya.
Ceklek!
Nayla membuka pintu kamar Calista dan tersenyum ketika melihat putrinya sedang memainkan game pada ponselnya.
Masuklah Nayla ke dalam kamar tersebut dan berjalan mendekati putrinya yang sama sekali tidak terganggu dengan kedatangannya. Nayla yang sedang duduk di ranjangnya masih saja memainkan game pada ponselnya.
“Sayang, untuk sementara Caca belajar di rumah dulu ya sampai Papa menemukan sekolah yang baru,” ucap Nayla sambil tersenyum dan mengusap lembut rambut hitam dan panjang milik putrinya.
Calista menghentikan permainannya. Dia meletakkan ponselnya di hadapannya dan menatap mamanya dengan wajah sedihnya,
“Tapi Ma, Caca gak mau ke luar kota atau luar negeri seperti waktu itu. Caca hanya mau di sini, dekat dengan kalian. Apa jangan-jangan Mama dan Papa tidak mau pekerjaannya terganggu karena kehadiran anak kalian satu-satunya ini di rumah?”
“Caca, belum tentu jika Papamu memindahkanmu ke luar kota atau luar negeri seperti waktu itu. Tadi Mama sudah berbicara pada Papamu dan dia mengatakan masih akan memikirkannya sambil mencari sekolah yang baru untukmu,” ucap Nayla sambil mengusap lembut air mata yang sedikit menetes dari mata anaknya.
“Aku ragu jika aku anak kandung Mama dan Papa. Kalian berdua sibuk bekerja sehingga aku kalian sekolahkan jauh dan hanya pulang ke sini saat liburan saja. Kadang kalian malah menitipkanku di rumah Nenek. Apa itu yang namanya anak kandung?” ucap Calista dengan suara yang bergetar disertai lelehan air matanya yang mengalir di pipi.
Seketika Nayla memeluk putrinya yang telah meragukan statusnya sebagi ibu kandungnya. Air mata Nayla pun luruh menemani tangisan Calista yang semakin menjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
Awal cerita yg mengharukan protes seorang anak 🤭
2025-01-04
0
🎤K_Fris🎧
beranak terus kak🤣🤣🤣😍
2023-01-06
0