Braaak!
Bayu menutup pintu rumahnya dengan sangat keras. Hatinya kini dikuasai emosi setelah dia membaca pesan dari istrinya tentang kepulangan anaknya.
Dua bulan sudah di sekolah dan asrama itu tanpa rengekan dari Calista membuat Bayu yakin akan pilihannya. Menurutnya sekolah dan asrama yang baru itu sangat tepat dan nyaman untuk Calista. Dan kini tiba-tiba dia mendapatkan kabar dari istrinya bahwa dia membawa kembali Calista untuk pulang bersamanya.
Mendengar suara pintu yang dibanting membuat Nayla dan Calista mengkerut ketakutan. Calista memeluk erat tubuh mamanya. Dia benar-benar ketakutan untuk tidur sendiri semenjak Keyla meninggal dunia.
“Tenang, ada Mama di sini,” ucap Nayla sambil mengusap lembut punggung Calista.
“Caca takut Ma…” ucap Calista dengan suara yang bergetar.
“Apa yang kalian lakukan?” tanya Bayu dengan suara lantang setelah membuka pintu kamar Calista dan menemukan Calista beserta dengan Nayla berada di dalam kamar tersebut.
“Gantilah dulu Pa, setelah itu kita bicara,” jawab Nayla sambil memeluk erat Calista.
“Kalian keluarlah. Sebentar lagi kita akan bicara,” tukas Bayu pada anak dan istrinya.
Calista dan Nayla keluar dari kamar tersebut setelah Bayu meninggalkan ruangan itu. Di ruangan tengah kini mereka berada.
Mereka berdua duduk berdampingan dengan posisi sama seperti di dalam kamarnya. Dia memeluk erat mamanya agar merasa terlindungi dari kemarahan papanya.
Setelah beberapa saat, langkah Bayu terdengar mendekati mereka. Hal itu membuat Calista semakin erat memeluk mamanya.
Bayu duduk tepat di hadapan mereka. Tatapan mata Bayu seolah menghunus ketika melihat mereka berdua secara bergantian.
“Katakan, kenapa kalian berdua bisa seceroboh ini?” tanya Bayu dengan tegas dan menatap tajam pada anak dan istrinya.
“Teman sekamarnya yang kecelakaan bersamanya baru saja meninggal. Dia tidak bisa lagi tinggal di sana. Bahkan dia sangat ketakutan setelah mendengar kabar temannya itu meninggal dunia,” jawab Nayla dengan mengusap lembut rambut anaknya.
“Itu bukan alasan. Kita membayar mahal agar dia bisa bersekolah dan tinggal di asrama itu. Kenapa kamu bisa seceroboh ini?” tanya Bayu yang terlihat sangat marah pada istrinya.
“Lalu aku harus bagaimana? Caca sangat ketakutan, bahkan dia tidak bisa lepas dariku. Apa kamu tega membiarkannya seorang diri ketakutan di kota lain?” tanya Nayla dengan kesalnya.
“Nayla, kamu… Kamu berani melawan saya?” tanya Bayu yang semakin emosi.
Nayla menghela nafasnya. Dia ingin sekali berteriak pada suaminya jika dia lebih memilih untuk berada di dekat anaknya daripada harus membiarkan anaknya menangis ketakutan.
Sayangnya dia tidak ada keberanian mengatakan semua itu. Dia hanya bisa menundukkan kepalanya sambil memeluk tubuh anaknya agar tidak ketakutan melihat kemarahan papanya.
Bayu melihat anak dan istrinya ketakutan. Bagaimanapun juga dia mempunyai rasa iba. Terlebih mereka adalah anak dan istrinya.
“Sekarang kalian berdua tidurlah. Besok pagi antarkan Caca kembali ke sekolah dan asramanya,” ucap Bayu sambil berdiri dari sofa yang didudukinya.
“Kita tidak bisa kembali ke sana,” sahut Nayla sambil memandang suaminya.
Seketika Bayu menghentikan niatnya untuk berjalan. Kemudian dia duduk kembali menghadap anak dan istrinya sambil berkata,
“Apa maksudmu?”
“Caca sudah dikeluarkan dari sekolah dan asramanya,” jawab Nayla sambil memandang wajah suaminya.
“Apa? Dikeluarkan? Kamu becanda?” tanya Bayu bertubi-tubi seolah tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
“Caca sudah dikeluarkan sejak dia masuk ke rumah sakit waktu itu,” jawab Nayla memperjelas perkataannya.
“Kamu gila? Sudah berapa kali kita menghabiskan banyak uang untuk sekolah Caca? Dari mulai sekolah di luar negeri dan luar kota, semuanya gagal. Apa yang akan kamu lakukan sekarang? Kenapa kamu payah sekali dalam mendidik anak?” ucap Bayu dengan kekesalan dan emosinya ayng sudah merajai hatinya.
Mendengar perkataan suaminya membuat Nayla menjadi kesal. Dia menarik tubuh Calista untuk diajak berdiri sambil berkata,
“Biarkan Caca bersekolah di sini dan tinggal di rumah. Aku akan mengurusnya.”
Kemudian Nayla mengajak Calista berjalan untuk meninggalkan ruangan tersebut menuju kamar Calista.
Merasa masih belum selesai, Bayu berseru dari tempat duduknya saat ini,
“Bagaimana dengan pekerjaanmu?”
“Aku akan resign!” seru Nayla dari tempatnya berada.
Braaak!
Suara pintu kamar Calista ditutup dengan kerasnya oleh Nayla. Dia memang tidak bisa marah ataupun berkata kasar. Bahkan dia tidak bisa melawan siapa pun, terlebih suaminya. Kini dia melampiaskan kekesalannya melalui pintu.
Bayu terkejut dengan sikap istrinya yang sedikit membangkang padanya. Kini Bayu harus kembali berpikir dan memutuskan masa depan untuk putrinya.
Tiba-tiba terdengar dering telepon dari ponselnya. Dia menghela nafasnya ketika melihat nama si penelepon yang tertera pada layar ponselnya.
“Ada apa Bu?” tanya Bayu dengan malasnya ketika mengangkat teleponnya.
Seketika Bu Ratmi, ibu Bayu marah dan menceramahi Bayu setelah mendengar sapaan Bayu yang tidak enak didengarnya. Bayu pun menceritakan tentang sekolah Calista.
Bu Ratmi berpikiran sama seperti Bayu, dia menyalahkan Nayla yang terlalu memanjakan anaknya. Setelah itu dia memberikan solusi untuk sementara pada Bayu.
“Baiklah Bu. Bayu akan beritahukan keputusan ini pada Calista dan Nayla. Apa ibu benar-benar dengan apa yang ibu katakan?” tanya Bayu pada ibunya yang ada di seberang sana.
Setelah mendengar jawaban dari ibunya, Bayu mengakhiri pembicaraan dengan ibunya dan dia memikirkan kembali apa yang disarankan oleh ibunya.
Keesokan paginya, Nayla dan Calista duduk di meja makan untuk menunggu Bayu agar mereka bisa sarapan bersama. Di atas meja makan kini sudah tersaji beberapa hidangan yang menjadi makanan kesukaan Calista dan Bayu.
Beberapa saat kemudian Bayu datang ke ruang makan dan duduk di kursi yang selalu didudukinya. Suasana hening seketika. Nayla dan Calista berusaha untuk tetap tenang seperti yang dikatakan Nayla pada Calista sebelum Bayu datang ke meja makan.
Bayu meminum kopi buatan Nayla secara perlahan. Kemudian dia menatap anak dan istrinya yang diam saja tanpa mengatakan apa pun selama dia berada di sana.
“Papa sudah memutuskan. Dan ini keputusan terakhir dari Papa. Setelah ini Papa tidak mau ada keributan di sekolah yang baru,” ucap Bayu sambil memandang istri dan anaknya secara bergantian.
“Caca akan bersekolah di sekolah yang berada di daerah rumah Ibu. Dan kalian berdua tinggal di rumah Ibu. Ini keputusan terakhir dan tidak bisa diganggu gugat,” ucap Bayu dengan tegas dan tidak ingin ditentang.
Seketika senyum Calista mengembang. Dia sangat senang tidak lagi bersekolah jauh dan tinggal di asrama. Dengan segera dia mengambil piring yang ada di hadapannya dan mengisinya dengan nasi dan lauk pauk. Kemudian dia meletakkannya di hadapan Bayu sambil berkata,
“Terima kasih Papa. Silahkan dimakan.”
Nayla tersenyum lega melihat anaknya kembali ceria. Dia tidak ingin Calista ketakutan dan terpuruk dalam kesedihannya. Kini dia berharap akan ada kebahagiaan dalam rumah mereka.
Memikirkan tentang rumah, Nayla baru sadar akan perkataan suaminya tentang tempat tinggal mereka. Kemudian dia bertanya pada suaminya untuk menuntaskan rasa penasarannya.
“Kenapa kita harus tinggal di rumah Ibu?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
karna pp skrng punya cem2 an baru. jd tdk bisa di bantah 😜
2025-01-06
0