“Halo… Ma-Mama…,” ucap Keyla ragu ketika menerima telepon tersebut.
Apa kamu menggunakan uang yang ada di rekeningmu? tanya seorang wanita yang dipanggil mama oleh Keyla.
“I-iya Ma, cuma beberapa puluh ribu saja untuk membeli buku yang sangat penting Ma,” jawab Keyla dengan ketakutan.
Kamu tau jika itu melanggar perjanjian kita? Papamu akan ke sana mengunjungimu besok. Sebaiknya kamu mencari alasan agar dia tidak datang ke sana menemuimu, ucap wanita tersebut dari seberang sana.
“Tapi Ma, aku rindu Papa. Aku rindu kalian semua. Tidak bisakah aku bertemu dengan Papa dan ikut pulang ke rumah untuk berkunjung sehari saja? Keyla memohon pada mamanya.
Tidak. Jangan lakukan itu. Jika tidak, kamu tidak akan bisa bertemu dengan mereka selamanya, ucap wanita tersebut dengan penuh kebencian.
Seketika raut wajah Keyla berubah menjadi ketakutan. Dia benar-benar sangat takut jika berhadapan dengan mamanya.
“Iya, aku tidak akan pergi,” ucap Keyla dengan suara bergetar.
Sekarang pulanglah. Jangan berkeliaran di jalan, wanita tersebut memerintahkan pada Keyla melalui telepon.
“Aku akan makan dengan teman sekamarku. Setelah itu kami akan segera pulang ke asrama,” ucap Keyla dengan suara memohon pada mamanya yang sedang bertelepon dengannya.
Beraninya kamu membantah perintahku dan melanggar janjimu, wanita yang dipanggil mama oleh Keyla kembali terdengar marah.
“Aku mohon Ma, aku ditraktir oleh temanku,” Keyla kembali memohon pada mamanya.
Aku bilang pulang ya pulang! Seruan mamanya membuat Keyla bertambah takut dan gemetaran.
Seketika dia berlari ketakutan karena dia tidak ingin membuat mamanya kembali marah dan menghukumnya.
Calista yang sedari tadi berada di dekat Keyla merasa heran melihat Keyla terlihat ketakutan ketika berbicara di telepon dengan mamanya.
Sontak saja dia ikut berlari ketika Keyla berlari tanpa mengajaknya. Sambil berlari dia memanggil-manggil nama Keyla. Dan dengan sekuat tenaganya, Calista mampu mengejar Keyla.
“Kak Key,” ucap Calista sambil menarik tangan Keyla agar bisa menunggunya dan berlari bersama.
Braaakkk!!!
Tubuh Keyla dan Calista tergeletak di jalanan. Bahkan di sekitar tubuh Keyla terdapat cairan berwarna merah yang keluar dari tubuhnya.
Banyak orang mengerumuni dua anak gadis tersebut. Dan mobil yang menabrak mereka pun masih ditahan oleh orang-orang sekitar.
Setelah beberapa saat, pengemudi mobil tersebut berurusan dengan polisi. Sedangkan dua anak gadis yang tertabrak mobil tadi, yaitu Keyla dan Calista, mereka segera dibawa ambulans menuju rumah sakit terdekat.
Di tempat lain, dering suara telepon pada ponsel Devan menggema di seisi ruangan kerjanya.
Devan si pengusaha restoran yang telah membuka banyak cabang di beberapa tempat dan kota besar, sangat terkenal keberhasilannya dalam berbisnis kuliner.
Dengan segera Devan menghentikan pekerjaannya dan meraih ponselnya yang tergeletak di meja kerjanya.
“Halo,” ucap Devan untuk mengawali percakapan mereka.
Seketika mata Devan terbelalak setelah mendengar apa yang dikatakan oleh orang yang berbicara dengannya di telepon saat ini.
Lidahnya kelu, dia tidak bisa berkata-kata. Bahkan bibirnya menutup seolah tidak ingin berbicara. Hanya matanya saja yang berkaca-kaca mendengar apa yang saat ini sedang dibicarakan orang yang sedang berbicara dengannya melalui telepon. Badannya lemas, hingga tangannya tidak kuat menahan ponselnya.
Suara ponselnya yang jatuh membuatnya tersadar jika dia harus bisa menghadapi kenyataan. Dia harus kuat dan tidak boleh lemah.
Dengan segera dia mengambil ponselnya yang jatuh di lantai dan memasukkan semua barangnya ke dalam tas.
Tampak dia sedang menghubungi seseorang melalui ponselnya, sayangnya orang yang sedang dihubunginya tampak tidak menjawabnya.
Bahkan dia mengulanginya berkali-kali dan orang yang sedang berusaha dihubunginya tidak mengangkat teleponnya.
Setelah itu dia bergegas keluar dari ruangannya menuju parkiran mobilnya. Dengan tergesa-gesa dia melewati semua karyawannya tanpa berpamitan ataupun menjawab sapaan mereka.
Semua orang menatap bingung padanya. Tidak biasanya Devan yang ramah dan selalu senyum pada setiap orang, kini mengabaikan semua orang yang menyapanya. Bahkan dia terlihat sangat panik dan terburu-buru.
Devan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi berharap agar dia bisa cepat sampai di tempat tujuannya. Pikirannya berkecamuk, memikirkan istrinya yang tidak bisa dihubunginya bahkan dalam keadaan sangat penting seperti sekarang ini.
Ingin sekali dia berteriak pada istrinya jika anak mereka sedang dalam kondisi kritis saat ini. Dia memerlukan banyak darah dan hanya mamanya lah yang bisa memberikannya.
Mengingat hal itu, Devan semakin mempercepat laju mobilnya agar cepat sampai di rumah sakit yang sedang berusaha menolong anaknya.
Di sisi lain, mereka juga menghubungi Nayla yang tercatat sebagai wali dari Calista. Sama seperti Devan, Nayla pun tidak percaya dengan apa yang didengarnya dari orang yang berbicara di telepon.
Kepanikan Nayla melebihi Devan. Dia meninggalkan tasnya di rumah. Dengan tergesa-gesa dia keluar dari rumahnya hanya dengan membawa ponselnya.
Untung saja ada taksi yang sedang lewat di hadapannya. Sehingga dengan cepatnya dia menghentikan taksi tersebut dan segera masuk ke dalamnya dengan memberikan alamat rumah sakit yang ditujunya.
Setelah beberapa saat, Devan segera memarkirkan mobilnya ketika sudah sampai di rumah sakit yang ditujunya.
Pas sekali saat itu Nayla juga turun dari taksi ketika mobil Devan masuk ke dalam parkiran.
Dia segera berlari masuk ke dalam ruang IGD untuk mencari anaknya.
Begitu pula dengan Devan. Dengan langkah lebarnya dia berlari masuk ke dalam rumah sakit menuju ruang IGD.
Sayangnya Keyla saat ini masih berada di dalam ruang operasi. Sehingga Devan tidak bisa melihatnya. Dia hanya bisa menunggu anaknya di depan ruang operasi.
Sedangkan Nayla, dia menemani Calista yang baru saja sadarkan diri. Anak gadisnya itu menangis ketakutan sesudah sadar dari pingsannya.
Calista mengingat kejadian yang menimpanya dengan Keyla, sehingga dia berteriak histeris dan menangis mencari Keyla.
Dia pun meminta untuk bertemu dengan Keyla pada saat itu juga. Permintaan Calista yang disertai tangisannya membuat Nayla beserta dokter tidak bisa mencegahnya.
Akhirnya Calista diperbolehkan oleh dokter untuk turun dari bed nya, tetapi harus menggunakan kursi roda karena badan Calista yang memang masih butuh perawatan dan pemeriksaan ulang untuk seluruh badannya.
Sesampainya di depan ruang operasi, Calista dan Nayla mendengar ucapan belasungkawa yang diucapkan oleh dokter pada Devan.
Seketika tangis Calista pecah. Dia tidak bisa menahan kesedihannya mendengar berita kematian Keyla, teman sekamarnya yang sudah dianggap menjadi kakaknya.
Sontak saja Devan menoleh ke arah Calista yang sedang menangis histeris tidak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.
“Caca!” seru Nayla ketika melihat Calista tiba-tiba pingsan setelah dia menangis histeris dengan posisi duduk di atas kursi roda.
Secepat kilat Devan berjalan cepat dengan setengah berlari untuk menolong Calista.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
sedih amat thour, anak yg kurang kasih sayang hrs pergi dgn tragis😭😭😭
2025-01-06
0