Di sebuah kamar asrama, seorang anak perempuan sedang membersihkan kamarnya dan menata kamar tersebut agar terlihat lebih menarik dan nyaman untuk ditempati.
Tiba-tiba ada dering telepon yang menghentikan kegiatannya tersebut. Dengan segera dia berlari menuju meja belajarnya untuk mengambil ponselnya yang sudah disetel dengan nada khusus bagi si penelepon yang kini sedang menghubunginya.
“Halo, Papa,” ucapnya ketika menerima telepon tersebut.
Halo putriku yang tercantik, apa kabarmu hari ini? Sepertinya kamu sedang bahagia sekali sekarang, sapa orang yang sedang berbicara melalui telepon dengan gadis tersebut.
“Keyla sangat senang hari ini Pa. Besok akan ada penghuni baru yang akan menempati kamar ini bersama dengan Keyla,” tutur Keyla pada Papanya.
Wah… pasti putri cantik Papa senang sekali mempunyai teman sekamar yang bisa saling bercanda dan berbagi cerita, sahut seorang laki-laki yang dipanggil papa oleh Keyla dari seberang sana.
“Tentu dong. Besok akan ku kenalkan Papa dengannya. Dia adik kelasku Pa. Tapi aku yakin, kita akan menjadi teman dekat yang baik,” ucap Keyla pada papanya melalui telepon.
Papa yakin jika kalian akan menjadi seperti adik kakak, karena putri Papa ini seorang yang baik hati dan pastinya mempunyai banyak teman, tukas laki-laki tersebut menanggapi ucapan Keyla.
“Pasti dong… Emmm Pa, nilai ujian Keyla sempurna. Nanti Keyla akan mengirimkan fotonya pada Papa,” ucap Keyla dengan riang.
Sayang, Papa sangat bangga sama kamu. Hanya saja yang Papa harapkan kebahagiaan kamu dan kenyamanan kamu di sana. Nilai dan ilmu bisa kamu raih di mana saja. Papa harap kamu tidak terbebani dengan semua itu, tutur laki-laki tersebut dari seberang sana.
Tanpa sadar air mata Keyla turun membasahi pipinya mendengar penuturan bijak dari laki-laki yang dipanggilnya dengan sebutan papa.
Keyla… Key… Sayang… apa kamu masih di sana? tanya papa Keyla setelah beberapa saat tidak mendengar suara Keyla di telepon.
Keyla segera menghapus air matanya. Dia menjauhkan sedikit ponselnya dan berkali-kali menghirup nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan. Kemudian dia mendekatkan kembali ponselnya dan kembali berbicara pada papanya.
“Emmm Pa, sepertinya Keyla harus segera membersihkannya sebelum teman sekamar Keyla datang,” ucap Keyla dengan ragu saat berbohong pada papanya.
Baiklah Sayang, jaga kesehatanmu dan jangan lupakan Papa jika sudah ada teman baru, ucap Papa Keyla sambil terkekeh.
“Tidak akan pernah Pa. Papa adalah Papa yang terbaik dan sahabat terdekat Keyla yang tidak akan pernah terganti,” ucap Keyla sambil tersenyum lebar.
Setelah mereka mengakhiri panggilan itu, Keyla tersenyum getir sambil melihat layar ponselnya yang terdapat fotonya bersama dengan papanya sebagai wallpaper di ponselnya. Air matanya kembali menetes kala mengingat tentang hari-harinya bersama dengan papanya dan sikap mamanya padanya.
“Aku harus kuat. Aku bisa. Aku bukan orang yang hanya bisa menyusahkan saja. Aku akan tunjukkan padanya jika aku sama sepertinya, perempuan yang tangguh, pemberani dan mandiri,” ucap Keyla bermonolog untuk menguatkan dan memberi semangat pada dirinya sendiri.
...----------------...
Di tempat lain, seorang anak perempuan sedang merengek tidak mau meninggalkan rumahnya. Dia berusaha sekuat tenaga untuk bisa merubah keputusan papanya.
“Caca tidak mau pergi… Caca sekolah di sini saja. Caca ingin pulang ke rumah dan bersama dengan Mama dan Papa setiap hari,” ucap Calista yang merengek pada Mamanya sambil menggerak-gerakkan tangan Mamanya.
Bayu yang pagi itu akan berangkat bekerja menjadi semakin pusing dengan sikap manja anaknya. Dia menatap tajam pada anaknya hingga membuat Calista ketakutan dan bersembunyi di belakang mamanya.
“Pa, aku mohon, beri Caca kesempatan hanya satu tahun saja. Sekarang dia baru kelas empat. Nanti jika dia naik kelas lima dengan prestasinya yang turun, kita kirim dia ke sekolah asrama seperti yang Papa inginkan,” ucap Nayla yang terdengar sangat memohon pada suaminya.
“Sebaiknya jangan membesarkan anak kita dengan emosional. Aku yakin rencanamu tidak akan berhasil. Sebaiknya ikuti rencanaku dan berangkatlah sekarang juga,” sahut Bayu dengan tegas seolah tidak bisa dibantah.
“Hufft… tapi Pa-“
“Aku akan berangkat sekarang. Papa dan Mama jangan bertengkar lagi,” sahut Calista menyela ucapan mamanya.
Dengan langkah kaki yang berat dan wajah yang kesal, Calista berjalan masuk ke dalam mobil taksi yang akan mengantarnya ke sekolahnya yang baru bersama dengan mamanya.
“Lihat itu. Dia menurut hanya dengan perintah yang tegas. Sebaiknya kamu jangan membuatnya menjadi manja lagi. Aku berangkat sekarang,” ucap Bayu dengan tegas sambil memberikan tangannya untuk dicium punggung tangannya oleh Nayla.
Nayla kembali menghela nafasnya. Dan dia memandang nanar pada suaminya yang sangat meninggikan wibawanya sebagai seorang captain pilot.
Masuklah Nayla ke dalam taksi tersebut dan membawa tubuh anaknya dalam pelukannya tanpa mengatakan apa pun.
“Jalan Pak,” ucap Nayla pada sopir taksi tersebut.
Setelah beberapa saat, taksi tersebut sampai di sebuah gedung asrama yang tidak jauh dengan sekolahan yang memiliki bangunan besar dan mewah. Nayla dan Calista turun dari taksi tersebut dan masuk ke dalam asrama yang akan menjadi tempat tinggalnya untuk sekarang ini.
Setelah Nayla dan Calista melakukan prosedur sebelum memasuki asrama, mereka diantar seorang untuk masuk ke dalam kamar yang akan ditempati oleh Calista. Di dalam kamar tersebut, Calista dibantu oleh Nayla merapikan baju dan barang-barangnya.
Tidak bisa dipungkiri jika Calista terlihat sangat sedih. Matanya memandang seisi kamar tersebut sambil menghela nafasnya.
“Caca baik-baik ya di sini. Mama akan sering-sering datang ke sini. Jika terjadi sesuatu langsung hubungi Mama saja,” ucap Nayla sambil mengusap lembut rambut putrinya.
Tiba-tiba ada yang membuka pintu kamar tersebut. Tampaklah seorang gadis dengan senyum manisnya masuk ke dalam kamar tersebut dan menyapa mereka berdua.
“Maaf mengganggu. Saya Keyla, yang menempati kamar ini. Pasti kamu teman sekamar saya ya?” tanya Keyla sambil mengulurkan tangannya di depan Calista untuk berkenalan.
Calista menoleh ke arah Nayla dan mamanya itu menganggukkan kepalanya untuk memberi kode pada anaknya agar menjabat tangan Keyla.
Calista pun menjabat tangan Keyla sambil tersenyum manis dan berkata,
“Namaku Calista, senang bertemu denganmu.”
“Jangan khawatir, aku akan membantumu jika ada kesulitan. Anggap saja aku kakakmu dan aku harap kita bisa menjadi teman dekat,” ucap Keyla dengan senyum manisnya.
Calista pun membalas senyum manis Keyla dan menganggukkan kepalanya menyetujui apa yang dikatakan oleh Keyla padanya.
“Mama, sebaiknya Mama berangkat kerja sekarang. Caca tidak mau jika disalahkan Papa lagi karena Mama dipecat karena telat berangkat kerja,” ucap Calista pada mamanya yang seolah mengusirnya.
Nayla tersenyum karena dia merasa jika sepertinya putrinya kini sudah mendapatkan teman yang membuatnya betah tinggal di tempat barunya.
“Baiklah, Mama akan pergi sekarang. Dan Mama harap kalian bisa menjadi teman baik seperti yang dikatakan oleh Keyla tadi,” ucap Nayla sambil memeluk tubuh mungil putrinya.
Nayla keluar dari asrama tersebut dengan langkah yang berat. Dan hatinya pun sangat berat meninggalkan putri semata wayangnya.
Dia duduk di sebuah kursi taman yang ada di depan asrama tersebut sambil berkali-kali menghela nafasnya dan tanpa sadar air matanya menetes di pipinya.
Tiba-tiba ponselnya berdering dan memperlihatkan nomor yang tidak dikenalnya. Dengan malasnya dia mengangkat telepon tersebut tanpa menyapa terlebih dahulu si penelepon.
“Sangat berat bukan meninggalkan amak di tempat yang jauh dari kita?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
dasar Bayu boleh disiplin utk diri sendiri dulu x, jd jgn main sm bawahan biar anak bisa bangga 🤗
2025-01-06
0