Suasana meja makan itu sangat sepi. Tiga orang yang duduk mengelilingi meja makan tersebut hanya diam seolah menikmati makanan mereka. Dentingan sendok dan garpu menjadi irama tersendiri di meja makan tersebut.
“Papa sudah putuskan. Dan kalian pasti tau jika Papa tidak suka dibantah. Caca harus bersekolah di sekolah internasional di Inggris. Papa sudah menemukan sekolah yang bagus untukmu di sana,” ucap Bayu sambil meletakkan sendok dan garpunya di atas piringnya.
Sontak saja Calista menghentikan makannya dan meletakkan sendok serta garpunya dengan kesalnya hingga berbunyi di atas piringnya. Kemudian dia menatap papanya dan berkata,
“Caca tidak mau sekolah di luar negeri. Apa pentingnya belajar Bahasa Inggris? Sekolahan di sini juga mengajarkan hal itu. Pokoknya Caca tidak mau sekolah di luar negeri ataupun luar kota. Titik.”
Bayu meletakkan cangkir kopinya dan dia menatap tajam ke arah anaknya sambil berkata,
“Sudah Papa bilang jika Papa tidak menerima penolakan ataupun bantahan.”
“Pa, beri kesempatan Caca untuk sekolah di sini saja. Bahkan banyak sekolah yang bagus dan ternama di sini,” sahut Nayla yang mencoba membujuk suaminya agar mau menuruti keinginan anaknya.
Bayu beralih menatap tajam ke arah istrinya. Nayla mengerti tatapan kemarahan dari istrinya. Dengan cepatnya tangan Nayla memegang tangan suaminya yang ada di atas meja dan mengusap lembut punggung tangan suaminya itu sambil tersenyum genit padanya.
Seketika ekspresi wajah Bayu berubah. Dia merasa salah tingkah kemudian berdehem agar tidak terlihat kegugupannya dan berkata,
“Baiklah, akan Papa carikan sekolah yang bagus di sini. Dan ingat Caca, kamu tidak boleh menolaknya lagi. Semua ini demi kamu. Mengerti?”
Seketika senyum Calista mengembang. Dia menganggukkan kepalanya dengan riang sambil tersenyum lebar pada papanya.
Nayla pun tersenyum senang melihat putrinya tidak murung lagi. Dia merasa lega karena rasa bersalahnya pada putrinya sudah sedikit berkurang.
Seorang anak yang memprotes tentang kehadiran kedua orang tuanya dan waktu yang ingin dihabiskannya bersama dengan kedua orang tuanya.
Tangannya yang ada di atas tangan suaminya kini berbalik kedudukannya, Bayu menggenggam tangannya sehingga membuat nayla menoleh padanya. Bayu pun mengedipkan sebelah matanya dengan genit sehingga membuat Nayla menelan ludahnya.
Mampus dah. Pasti dia minta jatah, Nayla berkata dalam hatinya sambil tersenyum paksa padanya.
Tanpa melepaskan tangan istrinya, Bayu melihat jam yang melingkar ditangan kirinya.kemudian dia berkata,
“Sudah waktunya kita berangkat Ma. Ayo kita berangkat sekarang. Caca kita antar ke rumah Nenek sekalian.”
Nayla membelalakkan matanya melihat jam yang ada di tangan kanannya. Dalam hati dia berkata,
Masih jam segini. Kenapa harus berangkat pagi-pagi sekali? Mau ke mana dia?
Calista berdiri dari duduknya dan dia mengambil piring dan gelas kotor bekas mereka bertiga makan sambil berkata,
“Caca baik-baik saja tinggal sendiri di rumah. Caca sudah besar dan tidak perlu ditemani oleh Nenek. Lagi pula Caca bisa bersih-bersih rumah menggantikan Mama mengurus rumah ini. Dan juga Mama kan pulang nanti.”
Setelah mengatakan itu semua, Calista segera membawa peralatan makan yang kotor tersebut ke dapur dan mencucinya. Dia benar-benar ingin membuktikan jika dirinya bisa mandiri tanpa bergantung pada siapa pun.
“Sudahlah Pa, biarkan saja. Biar dia menikmati hari-harinya sebelum kembali masuk ke sekolah,” ucap Nayla sambil menatap suaminya.
Bayu tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Kemudian dia berdiri dan menarik tangan istrinya sambil berkata,
“Ayo kita berangkat.”
Nayla menghela nafasnya dan hanya bisa pasrah menuruti kemauan suaminya. Di dalam mobil suaminya itu Nayla melihat jalanan yang mereka lalui menuju bandara, kemudian dia melihat jam yang melilit di tangannya sambil mengernyitkan dahinya dan berkata,
“Mas Bayu ada penerbangan lebih awal? Bukannya ini masih terlalu pagi jika jadwal keberangkatannya seperti biasanya?”
“Jadwal keberanngkatanku seperti biasanya. Dan bukannya kamu juga akan ke bandara?” ucap Bayu sambil tersenyum tipis.
Nayla kembali mengerutkan dahinya mendengar ucapan dari suaminya. Kemudian dia menoleh ke arah samping, di mana suaminya sedang mengemudikan mobilnya dan berkata,
“Lalu, kenapa kita berangkat ke Bandara sekarang? Lebih baik kita menghabiskan banyak waktu bersama dengan Caca di rumah. Kasihan dia selama ini tidak pernah berkumpul dengan kita.”
Setelah itu Bayu membelokkan mobilnya ke dalam suatu tempat dan memarkirkannya. Dia melepas sabuk pengamannya sambil berkata,
“Aku ingin lebih lama bersamamu. Kita mampir di sini sebentar. Kamu telah membangunkan singa di pagi hari.”
Glek!
Nayla menelan ludahnya ketika mengerti maksud dari ucapan suaminya. Memang dia yang memulainya karena ingin membantu Calista agar keinginannya disetujui oleh Bayu. Dan kini dia yang merasakan akibat dari umpannya sendiri.
“Tapi Mas, sebentar lagi kita kan harus berangkat,” ucap Nayla sambil tersenyum paksa pada suaminya.
“Sebentar saja, buat bekal nanti, kan Mas tidak pulang nanti malam,” ucap Bayu sambil tersenyum.
Kemudian dia berjalan memutar untuk membukakan pintu mobil istrinya. Tangan Bayu terulur untuk membantu istrinya turun dari mobil tersebut.
Tidak ada lagi yang bisa dilakukan oleh Nayla untuk mengubah keputusan suaminya. Dia hanya bisa menurut meskipun jika ada apa-apa nantinya, dia juga yang pasti disalahkan oleh suaminya.
Mereka masuk ke dalam salah satu kamar hotel yang berada dekat dengan bandara. Dengan nakalnya Bayu memangsa istrinya dalam kamar hotel tersebut tanpa merasa terbebani dengan waktu yang mereka miliki.
Sudah empat puluh menit berlalu dan Bayu masih saja bermain dengan tubuh istrinya. Dia benar-benar menikmati dengan apa yang dilakukannya sekarang ini.
“Mas, sepertinya kita harus segera menghentikannya. Sudah waktunya kita berangkat sekarang,” ucap Nayla dengan nafas yang terengah-engah.
Bayu melihat ke arah jam yang menggantung di dinding, setelah itu dia mempercepat permainannya dan menyudahinya setelah cairan kental miliknya menyembur di dalam milik istrinya.
“Kita mandi bersama agar menghemat waktu,” ucap Bayu sambil menggendong tubuh istrinya masuk ke dalam kamar mandi.
“Mas, langsung mandi saja. Tidak usah main-main lagi. Kita sudah tidak ada waktu lagi,” tukas Nayla yang baru saja diturunkan Bayu dari gendongannya ketika sudah ada di dalam kamar mandi.
Bayu menyeringai licik melihat tubuh istrinya yang sudah basah oleh air shower. Dia kembali memainkan sebentar tubuh istrinya itu di bawah air shower tanpa memberi kesempatan istrinya untuk bisa menolaknya.
Setelah beberapa saat, permainan itu selesai dan mereka benar-benar membersihkan badan mereka dengan cepat. Waktu mereka tinggal sedikit dan mereka harus sampai di bandara hanya dalam waktu beberapa menit saja.
Tak henti-hentinya Nayla mengomel dalam hatinya. Tapi itu hanya dalam hatinya saja. Karena dia tidak mungkin berani ataupun marah kepada suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
Bayu ngk. mau rugi, sebelum berangkat nyetor dulu, rapel nih ye
2025-01-05
0