Hari ini pagi Nayla dimulai dengan membuat sarapan seperti biasanya. Hanya saja kini dia berada di rumah ibu mertuanya.
"Kamu tidak usah susah-susah membuatkan aku sarapan. Aku bukan orang tua yang menyusahkan menantunya. Sarapanku hanya buah-buahan segar seperti ini," ucap Bu Ratmi sambil memotong buah-buahan yang baru diambilnya dari lemari es.
Nayla memperhatikan ibu mertuanya yang sedang memotong buah-buahan sambil menyiapkan sarapan untuknya dan Calista.
"Selamat pagi. Siapkan juga sarapan untukku."
Tiba-tiba saja suara seorang pria mengalihkan perhatian Nayla dan Bu Ratmi.
"Bayu, kapan kamu datang?" tanya Bu Ratmi yang terlihat senang kedatangan anak kesayangannya.
"Barusan Bu. Kalian berdua sedang asyik bergosip di dapur," jawab Bayu sambil membuka lemari es untuk mengambil minuman dingin.
"Aku buatkan kopi dulu Mas," ucap Nayla sambil mempersiapkan cangkir dan kopinya.
"Jangan minum minuman dingin dulu Bayu. Tunggu kopi yang dibuatkan istrimu," ucap Bu Ratmi sambil memperhatikan gerakan Nayla.
Bayu pun meletakkan kembali botol minuman tersebut ke dalam lemari es. Kemudian dia berjalan menuju meja makan untuk menunggu kopinya.
"Ini Mas kopinya," ucap Nayla sambil meletakkan kopi buatannya di hadapan suaminya.
Dengan segera Bayu meminum kopinya secara perlahan. Merasa ada yang memperhatikannya, Bayu menoleh ke arah samping kanannya, di mana istrinya sedang berdiri.
"Apa? Kenapa kamu menatapku seperti itu?" tanya Bayu pada Nayla.
"Mas Bayu kemarin pulang jam berapa?" tanya Nayla sambil menatap intens manik mata suaminya.
"Kemarin malam. Kenapa?" Bayu bertanya balik pada Nayla.
Nayla menghela nafasnya berat. Dia menatap mata suaminya dan berkata,
"Lalu, kenapa Mas Bayu tidak datang ke sini?"
Bayu meminum kembali kopinya. Kemudian dia meletakkan cangkirnya dan berkata,
"Aku pulang ke rumah."
"Ya itu yang ingin aku tanyakan. Kenapa Mas Bayu pulang ke rumah sedangkan istri dan anak Mas ada di sini?" sahut Nayla sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya.
"Tidak baik membiarkan rumah kosong terlalu lama," ucap Bayu dengan sangat tenang.
Nayla menghela nafasnya dengan kesal. Berulang kali dia harus menahan kekesalan suaminya yang seenaknya sendiri.
"Kenapa pagi-pagi sudah ribut? Nayla, sebaiknya kamu siapkan saja sarapannya. Suamimu ini lelah setelah penerbangannya. Harusnya kamu tidak perlu membuat keributan ketika bertemu dengan suamimu," ucap Bu Ratmi sambil membawa piring yang berisi potongan buah-buahan.
Nayla tidak ingin membuat keributan. Dia segera bergegas ke dapur untuk mengambil sarapan yang sudah disiapkannya.
"Pagi Pa," ucap Calista yang sudah memakai seragam sekolahnya.
"Pagi. Ingat pesan Papa. Jangan membuat ulah di sekolah yang baru. Papa tidak ingin kamu kembali dikeluarkan dari sekolah," tutur Bayu dengan tegas.
"Iya… iya… Caca ngerti," ucap Calista dengan malas.
"Jangan hanya bicara. Buktikan," sahut Bayu dengan tegas.
"Sudah Pa. Kita sarapan dulu saja. Caca bukan anak yang bodoh. Dia mengerti apa yang harus dilakukannya. Lagi pula selama ini semua yang dilakukannya selalu ada alasannya," ucap Nayla sambil membawa makanan dari dapur.
"Ck, kamu ini selalu membelanya. Lihat apa yang terjadi. Dia-"
"Sudah hentikan. Kalian bertiga membuat kedamaian rumah ini terusik," sahut Bu Ratmi dengan meninggikan suaranya.
Seketika Bayu, Nayla dan Calista terdiam. Mereka tidak mengeluarkan suaranya hingga sarapan mereka selesai.
Setelah sarapan mereka selesai, Nayla bersiap mengantar Calista di hari pertamanya masuk ke sekolah barunya.
"Aku akan pulang untuk beristirahat," ucap Bayu setelah selesai sarapan.
"Papa libur?" tanya Calista setelah meletakkan sendok dan garpunya di atas piringnya.
"Tidak. Papa berangkat sore nanti," jawab Bayu setelah meminum air putih yang ada di gelasnya.
"Kenapa kita tidak bersama-sama mengantarkan Caca ke sekolah barunya Pa? Ini hari pertamanya masuk ke sekolah itu," ucap Nayla yang bermaksud mengajak suaminya bersama dengannya mengantar Calista ke sekolah.
"Hanya ke sekolah biasa saja, tidak perlu aku mengantarnya. Jika ke sekolah yang lebih bagus seperti kemarin, pasti akan aku antar," ucap Bayu dengan nada menyindir.
"Buktinya kemarin Papa tidak mengantarku ketika hari pertamaku pergi ke sana," sahut Calista yang berkata jujur dan berani mengemukakan pendapatnya seperti yang diajarkan oleh Bayu.
"Itu karena pada saat itu Papa sedang ada penerbangan. Sudahlah, berangkatlah sekarang jika tidak ingin terlambat dan dihukum di hari pertama masuk sekolah," tukas Bayu dengan tegas.
Calista mencebik kesal dengan alasan yang diberikan oleh papanya. Sedangkan Nayla hanya bisa menghela nafasnya dan menenangkan anaknya.
"Ayo Sayang, kita berangkat sekarang," ucap Nayla sambil tersenyum manis dan mengusap rambut Calista dengan lembutnya.
Dengan berat hati Calista beranjak dari duduknya dan berpamitan pada papa dan neneknya.
Bayu benar-benar tidak merubah pendiriannya. Dia tidak mau mengantar anaknya di hari pertama sekolahnya.
Dengan langkah beratnya Calista berangkat ke sekolah dengan diantar oleh mamanya. Mereka berjalan kaki menuju sekolah Calista yang baru.
Di rumah ibunya, Bayu masuk ke dalam kamar Calista untuk melihat kamar anaknya. Dia melihat semua barang dan akan membuang barang-barang yang sekiranya tidak diperlukan oleh anaknya.
"Bayu, apa istrimu mengatakan sesuatu padamu?" tanya Bu Ratmi sambil berjalan masuk ke dalam kamar Calista.
Bayu menoleh ke arah ibunya. Dia mengingat-ingat apa saja yang diberitahukan oleh istrinya melalui pesan-pesannya. Kemudian dia berkata,
"Tentang apa Bu?"
Bu Ratmi gugup, dia hendak berkata jujur tapi takut ditentang oleh putranya itu.
"Tentang kesepakatan ibu dan Nayla ketika mereka tinggal di sini," jawab Bu Ratmi sedikit gugup.
Bayu mengernyitkan dahinya, mencoba menelaah apa yang dikatakan oleh ibunya. Lalu dia berkata,
"Apa ada kesepakatan antara ibu dengan Nayla?"
Bu Ratmi menghela nafasnya lega ketika melihat reaksi putranya yang sepertinya tidak mengetahui kesepakatan mereka.
"Tidak ada. Hanya apa saja yang perlu diperhatikannya selama tinggal di rumah ibu. Dan ibu melarangnya untuk berhenti bekerja, sesuai dengan keinginanmu. Ibu juga merelakan hari-hari damai ibu untuk mengasuh Calista," jawab Bu Ratmi sambil duduk di ranjang cucunya.
"Benarkah? Terima kasih Bu," ucap Bayu datar.
Begitulah kepribadian seorang Bayu. Pria arogan yang tegas dan disiplin. Dia juga tidak banyak berekspresi. Dia lebih banyak terlihat datar dan berwibawa.
Semua itu karena didikan dari ayahnya yang seorang militer di angkatan udara. Ayahnya itu mengharuskannya untuk bisa tegas, disiplin dan berwibawa seperti dirinya yang merupakan seorang komandan saat Bayu masih kecil.
Bayu kecil sangat tertekan sehingga dia memiliki trauma yang berkepanjangan saat itu. Untung saja pada saat itu dia bertemu dengan Nayla yang bisa merubah traumanya menjadi orang yang sangat percaya diri, seperti saat ini.
Peran Nayla sangat penting untuk hidup Bayu. Dan Bu Ratmi mengetahuinya. Sebab itulah dia tidak berani terlalu menekan Nayla. Dia takut jika menantunya itu meninggalkan putranya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
tapi bukan peran celup sana sini nenek Ratmi yg terhormat., kel Toxic
2025-01-06
0