Sudah satu bulan Calista bersekolah di sekolah yang dipilihkan oleh Bayu. Dan satu bulan itu pun Calista tinggal di asrama tersebut. Dia tidak pernah merengek pada Nayla. Bahkan selalu saja Nayla yang menghubunginya untuk menanyakan keadaannya dan hari-harinya di sana.
Calista sangat senang berada satu kamar dengan Keyla. Bahkan prestasinya semakin membaik karena Keyla yang merupakan kakak kelasnya selalu membantu Calista untuk belajar setiap harinya.
Keyla merupakan anak tunggal, sama seperti Calista yang juga menjadi anak tunggal karena papanya yang tidak mau mempunyai anak lagi.
Mereka yang sama-sama menjadi anak tunggal sangat menginginkan hadirnya saudara yang bisa diajaknya bermain, bercanda dan berbagi keluh kesah. Sebab itulah Keyla menganggap Calista sebagai adiknya dan begitu pula dengan Calista yang menganggap Keyla sebagai kakaknya.
“Mama, ujian matematika Caca mendapat nilai A,” ucap Calista pada Nayla yang sedang melakukan video call bersamanya.
Benarkah? Tuh kan… apa Mama bilang, kamu pasti bisa mendapatkan nilai sempurna jika kamu belajar dengan sungguh-sungguh, Nayla menanggapi perkataan anaknya sambil memasak dan sesekali melihat ke arah laptop yang memperlihatkan Calista sedang bersiap-siap untuk berangkat sekolah.
“Pasti Mama dan Papa bangga sama Caca,” ucap Calista dengan bangganya.
Pasti dong. Mama sangat bangga padamu Sayang, sahut Nayla sambil tersenyum melihat ke arah layar laptop.
“Tentu dong, aku saja sangat bangga dengan diriku sendiri,” ucap Calista sambil mengusap kepalanya dengan lembut seperti mamanya ketika memujinya.
“Caca… ayo berangkat.”
Tiba-tiba ada suara seorang anak perempuan yang mengajak Calista berangkat sekolah.
Apa itu Keyla? tanya Nayla ketika melihat seorang gadis manis yang tingginya lebih dari Calista dengan memakai seragam sekolah yang sama dengan Calista dan membawa tas ransel di punggungnya.
“Iya Ma, ini Kak Keyla,” jawab Calista sambil bergerak mendekati Keyla.
“Kak Key, itu Mamaku,” ucap Calista pada Keyla sambil menunjuk layar laptop yang memperlihatkan wajah cantik Nayla.
“Selamat pagi Tante. Saya Keyla. Pantas saja Keyla cantik, ternyata mamanya cantik,” ucap Keyla sambil tersenyum pada Nayla.
Nayla terkekeh mendengar pujian dari Keyla. Dia melihat senyuman manis yang merekah di bibir Keyla. Senyumnya sangat tulus, sehingga dia ingin sekali mengenalnya.
Terima kasih Sayang. Keyla juga cantik. Lain kali jika kita bertemu, Tante akan traktir makanan yang enak untuk Keyla sebagai ucapan terima kasih Tante pada Keyla. Dan tolong sampaikan pada Papa kamu karena sudah mengajak Caca bermain sepak bola, ucap Nayla sambil memperhatikan dengan jelas wajah Keyla.
“Udah yuk Kak, kita berangkat,” ucap Calista sambil menarik tangan Keyla tanpa mematikan laptopnya dan pergi begitu saja tanpa berpamitan pada mamanya.
Nayla tersenyum melihat sikap anaknya yang sangat ceria dan sangat semangat pagi ini. Bahkan dia melupakan mamanya yang sedang berbicara dengannya.
Setelah itu dia mematikan laptopnya dan menyiapkan makanan untuk suaminya yang akan pulang nanti. Dia menyiapkan satu porsi lauk yang diletakkan dalam box penyimpanan dan dimasukkan ke dalam lemari es.
Biasanya sebelum makan, suaminya akan menghangatkannya sendiri menggunakan microwave.
Hal itu sudah menjadi kebiasaan mereka ketika Nayla juga bekerja dan tidak pulang karena sedang melakukan perjalanan dengan jarak yang jauh.
Dan hari ini pun demikian, Nayla sedang melakukan perjalanan luar kota untuk dua hari, sehingga dia tidak bisa bertemu dengan suaminya ketika suaminya pulang ke rumah.
Sebenarnya Nayla sangat ingin berhenti bekerja, dia ingin sekali menjadi ibu rumah tangga yang benar-benar ada untuk anak dan suaminya. Tapi apa daya, dia tidak bisa melakukan semua itu karena suaminya tidak mendukungnya.
Minggu ini Keyla dan Calista berjalan-jalan di salah satu Mall terbesar di kota itu. Mereka hendak membeli buku di toko buku terbesar di dalam Mall tersebut. Sayangnya, Keyla lupa jika dia belum mendapatkan kiriman uang dari Papanya.
Biasanya Papanya selalu mengirimkan uang untuk Keyla melalui bu Anita. Dan Keyla lupa jika dia belum meminta papanya untuk mengirimkan uang kembali padanya.
Namun, tanpa diketahui oleh Devan, Keyla memiliki kartu debit yang diberikan oleh mamanya padanya. Selama ini memang Keyla tidak menggunakannya karena mamanya berpesan padanya jika uang yang ada dalam rekening tersebut untuk biaya kuliah Keyla kelak jika sudah waktunya.
Apa aku pinjam uang dari tabungan itu saja ya? Lagi pula Mama bilang jika tabungan itu untuk biaya Pendidikan aku nanti. Mungkin tidak masalah jika aku memakainya sedikit saja untuk membeli buku ini, Keyla berkata dalam hatinya sambil membolak-balikkan buku tersebut yang sedang dipegangnya.
“Kak Key, apa Kakak jadi beli bukunya? Aku sudah selesai Kak. Ayo kita bayar,” tanya Calista yang tiba-tiba saja berada di dekat Keyla.
“Eh, i-iya, ayo,” jawab Keyla gugup karena terkejut dan dia masih memikirkan tentang uang yang akan digunakannya untuk membayar buku tersebut.
Tibalah mereka di kasir toko buku tersebut. Calista membayar terlebih dahulu buku yang dibelinya. Setelah itu dia menyingkir dari depan kasir untuk memberikan kesempatan pada Keyla agar membayar buku yang akan dibelinya.
Keyla menghela nafasnya ketika akan menyerahkan pada kasir kartu debit yang diambilnya dari dompetnya. Dalam hatinya dia berdoa agar mamanya tidak akan tahu jika dia menggunakan beberapa puluh ribu saja untuk membeli buku yang sangat dibutuhkannya.
“Kak Key, Caca lapar. Kita beli makan dulu yuk sebelum pulang,” ucap Calista sambil menggandeng tangan Keyla.
“Ca, apa tidak lebih baik kita langsung pulang saja? Lagi pula kita bisa makan di asrama setelah sampai,” tukas Keyla ragu dan merasa tidak enak pada Calista.
“Kak Key tenang saja, Caca yang membayar makanannya karena Mama yang menyuruhku untuk membelikan Kak Key makanan yang enak sebagai ucapan terima kasih atas semua kebaikan Kak Key pada Caca,” ucap Calista sambil tersenyum lebar pada Keyla.
Keyla tampak berpikir sebentar karena dia ingin menggoda Calista yang dengan wajah memohonnya sedang merengek padanya agar Keyla mau menuruti keinginannya.
“Emmm… baiklah. Ayo kita cari tempat makan yang enak,” tukas Keyla sambil tersenyum lebar dan menarik tangan Calista untuk segera berjalan mengikutinya.
Tiba-tiba terdengar suara nada dering dari ponsel Keyla. Dia menghentikan langkahnya, begitu pula dengan Calista yang ikut menghentikan langkahnya.
Dengan segera Keyla mengambil ponselnya dari saku celananya, berharap jika papanya yang menghubunginya seperti biasanya.
Namun, senyumnya seketika sirna ketika melihat nama yang tertera pada layar ponselnya. Nama itu sangat jarang menghubunginya. Bahkan bisa dibilang tidak pernah menghubunginya.
Tangannya bergetar ketakutan ketika akan menekan tombol hijau pada layar ponselnya. Tapi dia tidak bisa menghindarinya karena jika tidak diangkatnya telepon tersebut, bisa dipastikan si penelepon akan lebih marah padanya.
Dan satu lagi yang paling ditakutinya adalah jika si penelepon murka padanya. Maka, dia tidak akan diperbolehkan kembali ke rumahnya dan tidak diperbolehkan untuk menemui keluarganya.
“Ha-halo… Ma-Mama,” ucap Keyla dengan suara yang bergetar ketakutan.
Braaaak!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
kasihan amat, anak2 spt anak biken home🤫
2025-01-06
0