“Permisi Bu, apa Keyla sudah pulang sekolah?”
Suara pria dewasa yang tidak asing di indera pendengaran Bu Anita membuat kegiatannya terhenti. Dia menoleh ke arah sumber suara dan tersenyum ketika melihat sosok pria yang sangat baik dan perhatian pada anaknya.
“Pak Devan, apa kabar?” sapa Bu Anita, ibu asrama di asrama yang ditempati oleh Keyla dan Calista.
“Baik Bu. Apa Keyla sudah pulang?” tanya Devan kembali pada Bu Anita.
“Sudah Pak. Keyla langsung pergi ke kamarnya menemui teman baru yang sekamar dengannya. Teman sekamarnya baru saja datang sebelum Keyla pulang sekolah. Dan Ibu dari Calista juga baru saja keluar. Apa perlu saya panggilkan Keyla Pak?” jawab bu Anita dengan ramahnya.
“Biar saya saja yang menghubunginya Bu,” ucap Devan sambil mengambil ponselnya.
Pandangan matanya terarah pada sebuah syal yang ada di kursi tamu yang tidak jauh dari tempatnya berada. Kemudian dia mengambil syal tersebut dan melihat ke sekeliling yang tidak ada orang sama sekali kecuali bu Anita di tempat itu.
“Maaf Bu, ini punya siapa?” tanya Devan pada Bu Anita sambil memperlihatkan syal tersebut.
Bu Anita yang sedang sibuk membersihkan meja resepsionis, kini menoleh pada Devan dan memperhatikan syal yang diperlihatkan oleh Devan padanya.
Bu Anita berpikir sebentar untuk mengingat-ingat orang yang memakai syal tersebut. Kemudian dia mengingat sesuatu.
“Sepertinya itu milik Ibunya Calista. Kalau tidak salah dia tadi memakai syal dan duduk di sofa tunggu sebelum saya mengambilkan berkas-berkas untuk diisi.”
“Pasti dia masih ada di sekitar sini Bu. Biar saya saja yang mengembalikannya sekalian saya ingin berkenalan dengan orang tua dari teman sekamar anak saya,” ucap Devan sambil menggenggam syal tersebut.
“Terima kasih Pak. Oh iya saya akan kirimkan nomor Hp Ibunya Calista. Siapa tau nanti bisa Bapak gunakan untuk menanyakan keberadaannya,” tukas bu Anita sambil mengutak-atik ponselnya untuk mengirimkan nomor Nayla pada Devan.
“Baik Bu, terima kasih,” ucap Devan sambil tersenyum pada bu Anita.
Setelah itu dia berjalan cepat keluar dari asrama tersebut untuk mencari sosok wanita yang kemungkinan adalah ibu dari Calista, teman sekamar Keyla.
Matanya berkeliling mencari seseorang ketika dia berada di luar asrama. Dan pandangan matanya tertuju pada sosok wanita yang sedang duduk di bangku taman tidak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.
Dengan segera dia mengambil ponsel dari sakunya dan menghubungi nomor ponsel yang diberikan oleh bu Anita padanya. Pandangan matanya tidak lepas dari Nayla. Dia terus memperhatikan Nayla dari tempatnya berada.
“Halo, saya Papanya Keyla, teman sekamar Calista,” sapa Devan pada Nayla melalui telepon sambil memperhatikannya.
Oh Papanya Keyla. Maaf saya tidak menyapa terlebih dahulu. Saya…, Nayla tidak bisa meneruskan ucapannya karena tiba-tiba saja lidahnya terasa kelu, tidak bisa berbicara karena mendengar nama Calista disebut oleh Devan.
Devan melihat Nayla yang sedang mengusap air matanya. Dia melihat kesedihan seorang ibu ketika berpisah dengan anaknya. Dia segera menyela ucapan Nayla dengan memberinya pengertian agar dia tidak bersedih lagi.
“Saya dengar anda ada di sini, bisakah kita bertemu? Saya ingin berkenalan dengan orang tua dari teman sekamar anak saya.”
Nayla melihat jam yang melingkar di tangan kirinya. Kemudian dia berkata,
Emmm…. Maaf, saya harus cepat-cepat berangkat kerja. Mungkin lain kali kita akan bisa bertemu.
“Baiklah. Saya harap kita akan bisa bertemu. Dan bukan hanya itu saja, saya ingin memberikan syal anda yang tertinggal di sofa ruang tunggu asrama. Bu Anita mengatakan jika syal ini milik anda,” ucap Devan sambil melihat syal yang ada di tangannya, kemudian dia melihat kembali ke arah Nayla.
Nayla yang tadinya sudah berdiri dari duduknya, kini dia kembali terduduk sambil menunduk dan menghela nafasnya. Terlihat dari tempat Devan berdiri, Nayla kembali mengusap air matanya. Kemudian Devan berkata,
“Pasti sangat sulit kan? Mengirim anak anda ke asrama yang berada di luar kota dan tidak bisa bertemu dengan anda setiap hari, pasti sangat sulit.”
Saya masih bisa mengatasinya, hanya saja saya merasa sangat bersalah dan menyesal padanya. Dia pasti sangat takut dan cemas, tapi saya malah bekerja seperti biasanya, ucap Nayla yang terdengar sangat merasa bersalah.
“Kamu akan merasa bersalah jika anakmu sakit dan kamu tidak,” sahut Devan untuk menyela ucapan Nayla.
Nayla tersenyum tipis mendengar ucapan Devan yang seperti tahu banyak tentang perasaan seorang ibu yang tinggal jauh dengan anaknya.
“Maaf jika aku tidak lagi menggunakan Bahasa formal. Rasanya kurang akrab dan terkesan berbicara dengan orang yang lebih tua,” ucap Devan sambil terkekeh.
Nayla pun ikut terkekeh mendengar ucapan Devan. Kemudian dia berkata,
Tidak apa-apa, akan lebih baik jika kita akrab seperti ini agar bisa saling memberi tahu informasi tentang mereka satu sama lain.
“Aku tidak yakin ini akan membantumu untuk lebih tenang atau tidak, tapi anakku lebih suka tinggal di asrama. dia jarang menelepon dan dia tidak ingin pulang ke rumah,” tutur Devan yang mencoba menenangkan hati Nayla.
Nayla tersenyum setelah mendengarkan penuturan dari Devan. Setelah itu dia berkata,
Terima kasih, itu sangat membantu untuk menenangkanku.
Devan tersenyum lega mendengar ucapan Nayla. Dan dia juga merasa lega melihat Nayla yang tidak lagi terlihat sedih.
Ah maaf, sepertinya aku harus segera pergi sekarang, Nayla melihat kembali jam di tangannya, kemudian dia segera membawa tasnya dan berjalan ke sebuah taksi yang sedang menurunkan penumpangnya.
“Baiklah, sampai berjumpa lagi. Semoga kita bisa bertemu di lain hari,” tukas Devan sambil berjalan untuk melihat Nayla yang masuk ke dalam taksi.
Setelah Nayla menghilang dari pandangannya, dia membawa kembali syal tadi ke dalam asrama untuk menitipkannya pada bu Anita. Sayangnya bu Anita tidak ada di tempat tadi, sehingga Devan memasukkan syal tersebut ke dalam tasnya.
Devan mengutak-atik sebentar ponselnya dan meletakkan ponsel itu di telinganya. Kemudian dia berkata,
“Halo, Key Sayang, Papa ada di ruang tunggu. Apa anak kesayangan Papa tidak mau menemui Papanya yang jauh-jauh datang untuk menemuinya?”
Tunggu Keyla ke sana Pa, ucap Keyla dengan riangnya.
Setelah itu dia berjalan cepat sambil menarik tangan Calista untuk dipertemukan dengan papanya. Sesuai seperti yang dikatakan oleh bu Anisa pada Nayla dan Calista sewaktu menceritakan tentang teman sekamar Calista. Bahkan bu Anisa juga menceritakan tentang Devan yang merupakan orang tua dari Keyla.
Memang bu Anisa hanya kenal dengan Devan saja, sebab mama Keyla tidak pernah mengunjungi anaknya di asrama. Bahkan dia tidak pernah menghubungi bu Anisa untuk menanyakan tentang anaknya.
Hanya Devan saja yang selalu datang mengunjungi Keyla di asrama dan selalu menghubungi bu Anita untuk menanyakan kabar dan kegiatan anaknya di sana. Hingga pada awalnya bu Anita mengira jika Devan menjadi single parent di usianya yang masih muda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
Bayu pasti ada saingan. seru thour ceritanya, 🤭
2025-01-06
0