"Tentu saja aku merasa bersalah karena tidak bisa menemaninya ketika dia akan tidur. Kita memang memberinya yang terbaik, tapi belum tentu dia menyukai dengan apa yang semua kita berikan padanya," ucap Nayla ragu dan sedikit terbata-bata karena mendapatkan tatapan Bayu yang seperti pemangsa padanya.
"Sudahlah, aku sudah memutuskan untuk sekolahnya. Dan lebih baik sekarang kamu temani aku bermain di dalam kamar kita," sahut Bayu sambil tersenyum genit pada istrinya.
"Mas, apa kamu tidak capek? Harusnya kamu beristirahat sebelum nanti berangkat lagi," ucap Nayla mencoba mengingatkan suaminya.
"Apa kamu tidak mau melakukannya denganku?" tanya Bayu sambil menatap intens manik mata istrinya.
Nayla menghela nafasnya. Dia sudah menduganya jika suaminya itu pasti akan salah sangka padanya. Kemudian dia berkata,
"Bukan seperti itu. Hanya saja aku mengingatkanmu. Aku tidak ingin kamu kelelahan ketika kamu akan terbang nanti."
Bayu tersenyum manis pada istrinya. Kemudian tangannya menjepit hidung istrinya dengan gemas sambil berkata,
"Justru aku harus mengisi ulang dayaku sekarang agar nanti bisa semangat kerjanya."
Dengan cepatnya tangan Bayu melepaskan baju istrinya sehingga kini baju yang dipakai oleh Nayla sudah berpindah di lantai.
Buaian demi buaian diberikan oleh tangan Bayu hingga istrinya merasa berada di awang-awang.
"Sayang, tolong ambilkan pengaman di laci biasanya," ucap Bayu dengan suara yang seperti menahan sesuatu.
Nayla menatap heran pada suaminya, tapi dia tetap berdiri untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh suaminya.
Mata Nayla terbelalak ketika melihat banyaknya pengaman yang ada di sana. Kemudian dia menoleh ke arah suaminya sambil berkata,
"Buat apa Mas menyimpan pengaman sebanyak ini?"
"Tentu saja untuk kita saat melakukannya," jawab Bayu sambil memberi kode pada istrinya agar mendekat padanya.
Nayla mengambil satu dari beberapa banyaknya pengaman dalam laci tersebut. Kemudian dia menutup kembali laci tersebut sambil berjalan mendekat ke arah Bayu dan berkata,
"Sampai kapan kita akan memakai benda ini Mas?"
"Sampai kita tidak bisa melakukannya," jawab Bayu sambil meraih benda tersebut dari tangan istrinya.
Sontak saja Nayla terkejut dengan jawaban yang diberikan oleh suaminya. Kemudian dia berkata,
"Apa Mas Bayu tidak mau mempunyai anak lagi untuk adik Caca?"
"Satu saja sudah cukup. Apa kamu tidak memikirkan biaya hidup dan biaya pendidikan anak kita kelak?" jawab Bayu sambil memakai pengaman yang diambilkan oleh istrinya tadi.
"Tapi Mas, aku ingin kita memiliki anak lagi," ucap Nayla yang terlihat sedih.
Dalam hati dia berucap untuk menyambung ucapannya pada suaminya,
Agar aku bisa berhenti bekerja dan fokus pada anak-anak kita.
"Sudahlah, kita bicarakan itu nanti. Sekarang kita teruskan saja permainan kita yang tadi," ucap Bayu sambil menarik tubuh istrinya dan mulai memainkannya.
Pagi ini mereka awali dengan kegiatan yang panas dengan menguras tenaga mereka di dalam kamar mereka.
Ranjang yang rapi tadi, kini menjadi berantakan dan juga sofa dalam kamar tersebut turut menjadi tempat permainan mereka.
Setelah permainan mereka selesai. Bayu tertidur di ranjang sambil memeluk erat tubuh istrinya.
Nayla mencoba melepaskan pelukan suaminya, sayangnya usahanya gagal karena Bayu semakin erat memeluk tubuh istrinya.
"Mas, aku akan mandi. Takutnya nanti Caca terbangun dan mencariku," ucap Nayla sambil berusaha memindahkan tangan Bayu dari tubuhnya.
"Istirahat saja dulu. Temani suamimu ini. Biarkan Caca hidup mandiri seperti biasanya," ucap Bayu sambil matanya terpejam.
Ingin rasanya Nayla membahas soal anak mereka dan pekerjaannya. Sayangnya sekarang bukan saat yang tepat. Suaminya memejamkan matanya dengan rapat, sehingga dia tidak bisa mengganggunya.
Pekerjaan Nayla sepertinya hanya pekerjaan sepele saja, tapi gaji Nayla lebih besar daripada gaji yang lainnya. Sehingga membuat Bayu tidak setuju jika istrinya melepaskan pekerjaan yang bisa menghasilkan banyak uang.
Tak terasa mata Nayla pun terpejam kembali. Tak diragukan lagi jika tubuhnya juga butuh istirahat setelah melakukan hubungan suami istri dengan durasi waktu yang lumayan lama.
Calista bangun ketika alarm pada ponselnya berbunyi. Dengan tangannya dia mengusap-usap matanya dan melihat sekeliling kamarnya. Kemudian dia berkata,
"Sepertinya tadi aku mendengar suara Mama yang sedang memelukku ketika aku sedang tertidur. Apa itu hanya mimpi?"
Setelah itu dia segera beranjak dari tempat tidurnya dan merapikannya.
"Hoaaammm…," Calista menguap di sela kegiatannya menata tempat tidurnya.
Dia memang masih mengantuk karena bermain game hingga larut malam. Dan dia tersenyum senang karena hidupnya tidak lagi terkekang seperti di asrama yang sudah ditinggalkannya.
Kemudian masuklah dia ke dalam kamar mandi yang ada di dalam kamarnya. Suara nyanyian riang terdengar dari dalam kamar mandi tersebut hingga terdengar dari luar.
Saat itu juga mata Nayla terbuka. Dia merasa lebih baik setelah beristirahat sebentar.
Dipindahkannya tangan suaminya itu secara perlahan dan hati-hati agar suaminya tidak terbangun.
Segeralah dia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan badannya.
Setelah beberapa saat, dia keluar dari kamar mandi. Segeralah dia bersiap-siap untuk menyiapkan sarapan yang sudah dimasaknya tadi.
Dia tidak berani membangunkan suaminya. Karena dia merasa tidak tega jika melihat wajah lelah suaminya ketika akan berangkat bekerja.
"Pagi Ma."
Terdengar suara yang tidak biasanya dia dengar di rumah itu. Dan suara itu membuatnya tersenyum di pagi hari.
Nayla menoleh ke arah datangnya suara dan tersenyum cerah melihat putrinya yang sudah terlihat sangat cantik dan segar di pagi hari.
"Pagi Sayang, apa tidurmu nyenyak?" tanya Nayla pada putrinya.
Calista duduk di kursi makan tempatnya biasa duduk sambil meminum susu UHT coklat kesukaannya.
"Baru kali ini Caca merasakan hari yang sangat indah," ucap Calista sambil tersenyum lebar setelah meminum susu UHT miliknya.
"Benarkah?" tanya Nayla sambil terkekeh dan mengusap lembut rambut panjang yang indah milik putrinya.
Calista pun mengangguk dan kembali tersenyum lebar untuk meyakinkan mamanya betapa senang dan bahagianya dia berada di rumah bersama kedua orang tuanya.
Nayla merasa sangat bahagia melihat senyum bahagia putri semata wayangnya. Sama seperti halnya Calista, dia sangat bahagia bertemu dengan putrinya itu di rumah setiap hari.
"Papa mana Ma? Apa Caca bangunkan Papa seperti dulu saat Caca masih kecil?" ucap Calista sambil memperlihatkan layar ponselnya yang menayangkan video masa kecilnya.
Dia selalu memutar semua video masa kecilnya yang diberikan oleh mamanya ketika rindu dengan rumah dan keluarganya.
Nayla menggelengkan kepalanya untuk menanggapi pertanyaan dari putrinya sambil berkata,
"Biarkan Papa beristirahat lebih lama lagi sebelum berangkat bekerja."
"Berarti kita sarapan terlebih dahulu tanpa Papa?" tanya Calista yang sedikit kecewa karena tidak bisa sarapan bersama bertiga seperti yang selalu diharapkannya.
Nayla tahu perubahan ekspresi wajah putrinya. Kemudian dia mengambil makanan pada piringnya dan meletakkan sendok yang berisi makanan tadi tepat di depan mulut Calista sambil berkata,
"Ayo Mama temani sarapan."
Calista pun tersenyum dan membuka mulutnya lebar-lebar agar semua makanan yang ada di sendok tersebut bisa masuk ke dalam mulutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
dasar punya Caca kaya nya tukang cucu botol pramugari juga di garap,blm aja ketahuan sm istrinya 🥸
2025-01-06
0
gaby
Bayu hyperseks ternyata, kalo cm hyper sm istrinya sih gpp. Lah ini sm smua perempuan. Ini mah gw ndukung kalo istrinya slingkuh jg, anggep aja karma buat Bayu
2023-01-07
0