Sena cukup paham mengapa pertandingan ini menjadi acuan untuk pelatih menentukan skuad untuk turnamen semester ini yang akan bergulir sebentar lagi. Sena tak mengerti kenapa dirinya harus menggantikan seorang Reza yang merupakan ujung tombak dan andalan bagi tim sekoah. Sena pernah ditawari oleh pelatih tim sepak bola SMAN 105, Benny Gleniza.
Pelatih yang masih tergolong muda itu pernah berkata kepada Sena, "Kau memiliki kemampuan unik. Layaknya Carrick, kamu ini adalah jangkar bagi tim tetapi dia juga seorang pengendali permainan dari belakang dan pemberi permainan yang kreatif dari belakang. Terlebih umpan-umpan ajaib yang tak bisa dilakukan sembarangan oleh anak SMA. Ku mau bergabung klub sepak bola sekolah ini, Kurniadi Avicenna?"
"Tidak, itu menyulitkanku." balasnya dengan nada yang datar.
“Kenapa? Kau tidak suka sepak bola?” tanya pelatih dengan rasa penasaran.
“Bukan begitu. Aku suka sepak bola, tapi aku tidak suka bermain di tim. Aku lebih suka bermain sendiri atau bersama teman-temanku di lapangan dekat rumah.” jawab Sena dengan jujur.
“Kau aneh, Sena. Kau punya bakat yang luar biasa, tapi kau tidak mau mengembangkannya. Kau tahu, banyak orang yang berharap bisa bermain sepak bola seperti kau. Kau bisa menjadi pemain profesional jika kau mau.” kata pelatih dengan nada menggoda.
“Aku tidak tertarik menjadi pemain profesional. Aku hanya ingin bermain sepak bola untuk bersenang-senang. Aku tidak mau terikat dengan aturan-aturan dan tanggung jawab yang ada di tim. Aku lebih bebas bermain sesuka hatiku.” ucap Sena dengan tegas.
“Kau benar-benar penyihir, Sena. Kau bisa menyihir lapangan dengan umpan-umpan ajaibmu, tapi kau juga bisa menyihir hatiku dengan sikapmu yang unik. Aku harap kau mau berpikir ulang tentang tawaranku. Aku yakin kau bisa menjadi bintang di tim ini.” ujar pelatih sambil tersenyum9.
“Terima kasih atas pujian dan tawaranmu, Pak Benny. Tapi aku sudah memutuskan. Aku tidak mau bergabung dengan klub sepak bola sekolah ini. Aku minta maaf jika mengecewakanmu.” balas Sena sambil menggelengkan kepala.
“Baiklah, Sena. Aku menghormati keputusanmu. Tapi aku berharap kau mau datang ke lapangan sekolah sesekali dan bermain bersama kami. Kita pasti akan senang melihatmu beraksi di lapangan.” kata pelatih sambil menepuk bahu Sena.
“Mungkin saja, Pak Benny. Mungkin saja.” ucap Sena sambil tersenyum tipis
Mengingat hal itu, Sena merasa malas sekali harus berhadapan dengan pelatih itu. Terlebih kini, dia menggantikan orang yang penting dengan alasan yang tolol. Sungguh memalukan dia harus melakukan kegiatan semua ini.
"Selamat sore pelatih, aku kurniadi Avicenna akan menggantikan Reza untuk ikut bermain di tim Sepak bola SMAN 105 secara sementara. Karena Reza sedang ada keperluan di klub KPBM." ucap Sena sambil mengenalkan diri
"Penyihir, selamat datang kembali ke tim." ucap pelatih yang datang menyambutku. Kemudian dia kembali melanjutkan perkataannya, "Kau bersiap memberikan umpan ajaib dan terbaik darimu kawan?"
"Entahlah, aku sudah lama tidak latihan. Pasti sentuhanku menjadi sangat buruk. Jadi aku minta maaf jikalau aku bermain buruk hari ini." balasku sambil melakukan pemanasan dan membuka jaket milikku.
"Hei sobat! Kau cukup menjadi dirimu sendiri. Seorang pemain jenius yang memiliki umpan ajaib pasti masih berlaku dan memiliki radar layaknya mengejar pemain. Kamu memang bukan pemain yang akan mencetak gol seperti Reza. Tapi, kau adalah pemain gila yang membuat penyerangan dan pertahanan menjadi seimbang." ucap pelatih sambil menyerahkan seragam tim. Sambil tersenyum pria muda setengah baya itu berkata, "Pakailah! Selamat datang kembali ke tim sepak bola tim sekolah ini Penyihir."
Lalu Bintang yang merupakan ketua OSIS dan ikut juga ke dalam tim sepak bola melihat Sena langsung berteriak, "Hoi anaknya Pak Maksum. Ayo kita cetak gol yang indah!"
Teriakkannya membuat semua pemain kawan dan lawan mengarahkan mata mereka ke arah Sena. Si Penyihir lapangan Kurniadi Avicenna rasanya ingin membunuh manusia itu apalagi dia sudah menyebutkan nama ayahnya.
Selesai mengenakan seramnya, Pelatih Benny menatapku cukup lama setelah itu, dia berjalan melewatiku sambil menepuk pundakku dan memberikan ku sedikit wejangan sebelum bermain. Dia pun berkata, "Sena hari ini kamu akan bermain di babak kedua. Tetapi Kamu tidak bolah berada di bangku cadangan melainkan melakukan peregangan sambil mengawasi permainan dari pinggir lapangan. Tunjukkan yang terbaik hari ini. Pertanindingan ini aku akan mengandalkan pemain pengganti Reza yaitu seorang pemain tengah yang aneh Penyihir lapangan, Kurniadi Avicenna."
"Kau tahu sikapku bukan. Kau sudah mempercayaiku, aku akan memberikan yang terbaik." ucap Sena dengan nada serius sambil bersiap melakukan pemanasan.
"Semuanya berkumpul! Lakukan pemanasan." Teriak Bintang yang menjadi akpten tim sekolah SMAN 105.
Mereka semua termasuk Sena pun berkempul dan langsung melakukan pemanasan. Mereka melakukan pemanasan hingga 30n menit. Pemain lawan juga melakukan pemanasan.
"Kapten, siapa lawan kita saat ini? Karena kebodohan Reza, aku harus menggantikannya jadi aku gak tahu siapa lawan kita sekarang." tanya Sena yang penasaran.
"Kau penasarannya penyihir. Lawan kita tim SMAN 14 tahun lalu, tim itu juara 2 kejuaraan SMA di Jakarta." jawab Bintang sambil memegang pundak Sena.
"Kalian masokis ya melawan tim kuat tanpa mengukur kekuatan kalian, mereka pemain yang hebat. Kemungkinan kita agak sulit mengalahkan mereka. Kau membuat semua ini menjadi sulit, jika saja dia tidak datang ke klub bodoh itu kita setidaknya punya kesempatan menang walau tanpa diriku." balas Sena yang menyingkirkan tangan dari Bintang.
"Kau salah, justru tidak adanya Reza dan diganti dengan dirimu mereka tidak mengetahui senjata rahasia kita. Kau tahu bagaimana seorang penyihir menyihir permainan di lapangan." ucap Ketua OSIS itu dengan penuh kepercayaan diri.
Sena tidak percaya dengan kepedean ketua OSIS satu ini. Jujur saja, Sena merinding melihat kemampuan mereka. Tim yang mereka lawan cukup mengerikan karena tim yang kami lawan setidaknya juara 2 kejuaraan SMA di Jakarta. Tandanya, mereka adalah tim yang ikut ke dalam kejuaraan Nasional di Indonesia.
"Yo Sena! Kau bermain sepak bola lagi?" ujar pemain lawan yang menghampiri Sena. Karena penasaran Sena menoleh ke arah suara itu. Sena terkejut ternyata orang itu adalah Yuniar. Mantan Kapten sepak bola SMPN 196 sewaktu Sena masih membantu.
"Yo, Kak Bintang. Bisa-bisanya kamu menyeret pemalas ini untuk bermain dengan kalian. Aku iri kalian punya seorang penyihir dan kami harus melawan kalian." ucapnya sambil tersenyum licik.
"Hei Yuniar, ku kira kau akan bergabung dengan kami justru malah pindah ke sekolah yang bergengsi. Aku tidak sabar melawan kalian." ucap Bintang
"Bersiaplah kau kak bintang dan kau sang penyihir Sena, kalian semua bertanding hanya untuk kalah dengan kami." ujar Yuniar lalu dia pergi dengan rasa percaya diri tinggi.
Sena pun berkata dalam hati, Gila! Dia sudah berubah menjadi lebih kuat. Ini akan menjadi pertandingan yang sulit. Bahkan di babak pertama, kemungkinan tim ini akan kejebolan sebanyak 2 gol. Aku harus memilkirkan dan mengawasi cara apa yang merupakan kelemahan lawan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
JaretFGO
aku suka ceritanya
2023-09-10
0