Setidaknya Masalah Kali Ini, Semuanya Bahagia

Ketika terbangun Sena melihat seluruh ruangan adalah putih. Bagiaman bisa dia pingsan? Tubuhnya terlalu lemah. Dia melihat tangannya sudah diinfus kemungkinan dia sudah berada dua hari di rumah sakit ini. Sena berusaha bangun kemudian dicegah oleh Puteri.

"Kau mau bersaha sok kuat lagi, tuan bertahan hidup." ucap Puteri yang menunggu dan nada yang agak menyindir.

Sena yang terkejut kemudian berkata, "Hah Puteri? Sudah berapa lama aku pingsan dan aku ada dimana? Kau bisa jelaskan semua itu. Aku tidak ingat apa-apa kecuali menang dipertandimgan sepakbola antara SMAN 105 melawan SMAN 14 dan kebetulan tim kita dari SMAN 105 menang dengan dramatis. Sebenarnya ada apa dengan semua ini?"

Puteri berkata dengan nada yang dingin, “Sena, kau tahu apa yang terjadi padamu? Kau jatuh pingsan setelah pertandingan selesai. Aku sangat khawatir melihatmu tak bergerak.”

“Aku… aku jatuh pingsan? Aku tidak ingat apa-apa. Aku hanya ingat kita menang melawan SMAN 14 dengan dramatis.” ucap Sena dengan kesal karena dia merasa sangat lemah.

“Ya, kita menang. Tapi kau harusnya tidak terlalu memaksakan diri. Kau sudah bermain dengan sangat baik. Kau tidak perlu mengorbankan kesehatanmu demi sepak bola.”

Sena berkata , “Aku tidak sengaja, Puteri. Aku hanya ingin memberikan yang terbaik untuk tim kita. Aku tidak tahu ada yang salah dengan tubuhku.”

Puteri sedikit menasihati Sena dengan berkata, “Kau harus lebih hati-hati, Sena. UKS sekolah langsung memanggil ambulan untuk membawamu ke rumah sakit. Kau tak sadar selama dua hari. Syukurlah ketika infus dipasang kamu sudah bisa terselamatkan.”

Sena terkejut mendengar hal itu kemudian berkata, “Dua hari? Aku tidur selama dua hari? Astaga, aku pasti ketinggalan banyak pelajaran di sekolah.”

Puteri bingung dengan kondisi sat untuk saat ini. “Tenang saja, Sena. Aku sudah membawakan buku-buku dan catatan-catatan untukmu. Kau bisa belajar di sini sambil beristirahat.”

“Terima kasih, Puteri. Kau sangat baik padaku. Kau selalu menjagaku dan membantuku.”

“Sama-sama, Sena. Kita kan teman baik. Aku senang bisa ada di sampingmu.”

“Puteri, boleh aku tanya sesuatu?”

“Tentu saja, Sena. Apa yang ingin kau tanyakan?”

“Bagaimana hubunganmu dengan Reza? Aku dengar dia menyatakan cintanya padamu di depan sekolah kemarin.” ucap Sena dengan rasa penasaran.

Puteri menjawab dengan nada yang cukup dingin,  “Oh, itu… Aku menolaknya, Sena. Aku tidak suka dia. Bagiku pendidikan jauh lebih penting daripada pacaran.” Sena:

“Apa? Kau menolaknya? Padahal dia kan ganteng dan populer di sekolah.”

Ganteng dan populer itu tidak cukup untuk membuatku tertarik, Sena. Aku ingin pacar yang pintar dan bertanggung jawab. Lagipula, aku belum siap untuk pacaran sekarang.” ucap Puteri yang langsung membuka pintu ke luar kamar. Dia pun berkata, "Karena kau sudah sadar akan ku panggilkan Dokter dan perawat ke kamar ini."

Sena terkejut melihat Anna dan Reza masuk ke dalam kamarnya. Dia tidak mengira mereka akan datang menjenguknya. Dia merasa bingung dan curiga. Apa yang sebenarnya mereka inginkan darinya?

“Anna? Reza? Apa kalian lakukan di sini?” tanya Sena dengan nada heran.

Anna dan Reza tersenyum padanya. Mereka membawa sekeranjang buah dan sebuket bunga untuk Sena. Mereka meletakkan hadiah mereka di meja samping tempat tidur Sena.

“Kami datang untuk menjengukmu, Sena. Kami mendengar bahwa kau sudah sadar dari pingsanmu. Kami senang sekali kau baik-baik saja,” kata Anna dengan suara manis.

“Ya, Sena. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih padamu atas semua yang telah kau lakukan untuk kami,” kata Reza dengan suara tulus.

Sena masih tidak mengerti maksud mereka. Dia merasa ada sesuatu yang aneh dengan sikap mereka. Dia ingat bahwa Anna adalah model sekolah yang cantik dan populer. Dia juga ingat bahwa Reza adalah sahabatnya yang menyukai Puteri.

“Apa yang kau maksud, Reza? Apa yang telah aku lakukan untukmu?” tanya Sena dengan nada bingung.

Reza menarik napas dalam-dalam. Dia merasa bersalah telah membuat Sena bermain melebihi kemampuan fisik yang dilatihnya. Dia ingin meminta maaf padanya, tapi dia tidak tahu bagaimana caranya.

“Kau telah menyadarkanku, Sena. Kau telah membuatku sadar bahwa aku salah telah menyerah pada cintaku kepada Puteri. Kau juga telah membuatku sadar bahwa aku harus lebih menghargai persahabatan kita,” kata Reza dengan suara serius.

Sena tercengang mendengar pengakuan Reza. Dia tidak menyangka bahwa Reza akan mengatakan hal-hal seperti itu padanya. Dia merasa senang bahwa Reza sudah berubah menjadi lebih baik.

“Reza… aku… aku tidak tahu harus berkata apa. Aku senang kau sudah sadar dan berubah, Reza. Aku harap kita bisa tetap bersahabat seperti dulu,” kata Sena dengan suara haru.

Reza tersenyum lega mendengar ucapan Sena. Dia merasa lega bahwa Sena masih mau menerima dirinya sebagai sahabat. Dia juga merasa lega bahwa Sena tidak marah padanya.

“Terima kasih, Sena. Aku juga harap kita bisa tetap bersahabat seperti dulu. Aku minta maaf atas semua kesalahanku padamu, Sena,” kata Reza dengan suara ikhlas.

Sena mengangguk dan memeluk Reza dengan erat. Mereka berdua merasakan hangatnya persahabatan yang telah lama terputus.

Anna melihat adegan itu dengan senyum di bibirnya. Dia merasa senang melihat Sena dan Reza sudah berbaikan. Dia juga merasa senang karena dia punya alasan lain untuk datang ke sini.

“Senaaaa, aku juga ingin mengucapkan terima kasih padamu atas semua yang telah kau lakukan untukku,” kata Anna dengan suara riang.

Sena melepaskan pelukan Reza dan menoleh ke arah Anna. Dia merasa heran dengan ucapan Anna. Dia tidak ingat pernah melakukan sesuatu untuk Anna.

“Apa yang kau maksud, Anna? Apa yang telah aku lakukan untukmu?” tanya Sena dengan nada penasaran.

Anna mendekati Sena dan memegang tangannya. Dia melihat Sena dengan mata berbinar. Dia merasa ada sesuatu yang berbeda dengan Sena. Dia merasa ada sesuatu yang menarik hatinya.

“Apa yang kau maksud, Anna? Apa yang telah aku lakukan untukmu?” tanya Sena dengan nada penasaran.

Anna mendekati Sena dan memegang tangannya. Dia melihat Sena dengan mata berbinar. Dia merasa ada sesuatu yang berbeda dengan Sena. Dia merasa ada sesuatu yang menarik hatinya.

“Kau telah mengajarkan aku membuat kue Jenang, Sena. Kau juga telah membuatku berteman dengan Ria dan Santi. Kau juga telah membantuku menghubungkan perasaanku ke Reza dan akhirnya kami...,” kata Anna dengan suara gembira.

Anna tersenyum padanya. Dia merasa senang karena Sena tidak marah atau cemburu padanya. Dia juga merasa senang karena Sena adalah teman yang baik dan peduli padanya.

“Kau adalah orang yang membuat kami bisa bersama, Sena. Kau adalah orang yang mengajarkan aku membuat kue Jenang, yang membuatku berteman dengan Ria dan Santi, yang membantuku menghadapi masalahku dengan pacarku yang selingkuh, dan yang membantuku menghubungkan perasaanku ke Reza,” kata Anna dengan suara gembira.

Sena masih tidak mengerti maksud Anna. Dia merasa bahwa dia tidak berbuat apa-apa untuk Anna dan Reza. Dia hanya berusaha menjadi teman yang baik untuk mereka.

“Apa maksudmu, Anna? Aku tidak mengerti. Aku tidak berbuat apa-apa untuk kalian,” kata Sena dengan nada bingung.

Anna mengatakan bahwa dia merasa senang bersama Sena. Dia juga mengatakan bahwa Sena sangat peduli dan perhatian padanya. Dia mengatakan bahwa Sena membantunya menghadapi masalahnya.

Anna mengatakan bahwa dia mulai melihat sisi lain dari Reza setelah melihatnya bermain sepak bola dengan Sena. Dia mengatakan bahwa Reza sangat berbakat dan bersemangat dalam sepak bola. Dia juga mengatakan bahwa Reza sangat setia dan sayang pada Sena sebagai sahabatnya.

Anna mengatakan bahwa dia mulai tertarik pada Reza lagi setelah melihatnya menyatakan cintanya kepada Puteri di perpustakaan sekolah. Dia mengatakan bahwa Reza sangat berani dan jujur dalam mengekspresikan perasaannya. Dia juga mengatakan bahwa Reza sangat galau dan sedih setelah ditolak oleh Puteri.

Anna mengatakan bahwa dia akhirnya mendekati Reza di lapangan dan memberinya kue Jenang. Dia juga mengatakan bahwa dia akhirnya menyatakan cintanya kepada Reza dan membuatnya terkejut.

Anna mengatakan bahwa Reza awalnya ragu untuk menerima cintanya karena dia masih menyukai Puteri. Tapi setelah mendengar penjelasan Anna tentang semua yang telah dilakukan oleh Sena untuk mereka, Reza akhirnya sadar bahwa Anna adalah orang yang tepat untuknya.

Anna mengatakan bahwa Reza akhirnya menerima cintanya dan memeluknya dengan erat. Dia juga mengatakan bahwa Reza berjanji akan berubah menjadi lebih baik untuknya dan untuk Sena.

“Jadi, itu semua berkatmu, Sena. Kau adalah orang yang membuat kami bisa bersama. Kau adalah orang yang membuat kami bahagia,” kata Anna dengan suara tulus.

Sena terdiam mendengar penjelasan Anna. Dia merasa terharu dan senang karena Anna dan Reza sudah menemukan cinta mereka. Dia juga merasa lega dan bahagia karena Anna dan Reza sudah memaafkan dirinya.

“Anna… aku… aku tidak tahu harus berkata apa. Aku senang kalian bisa bersama. Aku senang kalian bahagia. Aku harap kalian bisa selalu bersama dan saling mencintai,” kata Sena dengan suara ikhlas.

Anna dan Reza tersenyum padanya. Mereka berterima kasih padanya atas semua yang telah dia lakukan untuk mereka. Mereka juga berharap dia bisa segera sembuh dan kembali bermain sepak bola.

“Terima kasih, Sena. Kau adalah teman yang terbaik. Kau adalah orang yang membuat kami sadar akan cinta kami,” kata Reza dengan suara hangat.

“Terima kasih, Sena. Kau adalah teman yang baik. Kau adalah orang yang membuat kami bahagia,” kata Anna dengan suara manis.

Sena, Anna, dan Reza saling berpelukan dengan erat. Mereka merasakan ikatan persahabatan dan cinta yang kuat antara mereka. Mereka berharap mereka bisa selalu bersama dan mendukung satu sama lain.

Tiba-tiba, pintu kamar terbuka dan dokter bersama perawat masuk ke dalamnya. Mereka terkejut melihat adegan itu. Mereka bertanya apa yang terjadi di sana.

“Maaf mengganggu, tapi kami ingin memeriksa kondisi Sena yang semakin baik. Kami senang melihatnya sudah sadar dan ceria,” kata dokter dengan suara ramah.

Sena, Anna, dan Reza melepaskan pelukan mereka dan menjelaskan situasinya kepada dokter dan perawat. Mereka mengatakan bahwa mereka adalah teman-teman Sena yang datang untuk menjenguknya dan mengucapkan terima kasih padanya.

Dokter dan perawat mengangguk dan tersenyum mendengar penjelasan mereka. Mereka mengatakan bahwa mereka senang melihat Sena memiliki teman-teman yang baik dan peduli padanya. Mereka juga mengatakan bahwa Sena sudah cukup sehat untuk pulang besok.

“Kami senang mendengar kabar baik itu, dokter. Kami harap Sena bisa segera pulang dan beraktivitas kembali,” kata Reza dengan suara gembira.

“Kami juga senang mendengar kabar baik itu, dokter. Kami harap Sena bisa segera sembuh dan bermain sepak bola lagi,” kata Anna dengan suara riang.

“Kami semua senang mendengar kabar baik itu, dokter. Terima kasih atas semua bantuannya,” kata Sena dengan suara bersyukur.

Dokter dan perawat memeriksa kondisi Sena dan memberinya obat-obatan yang diperlukan. Mereka juga memberinya nasihat untuk menjaga kesehatannya dan tidak terlalu memaksakan diri.

“Kau harus istirahat cukup dan makan makanan bergizi, Sena. Jangan terlalu lelah atau stres, Sena. Jaga tubuhmu agar tetap fit dan sehat, Sena,” kata dokter dengan suara tegas.

“Baiklah, dokter. Aku akan mengikuti saranmu, dokter. Aku akan menjaga tubuhku agar tetap fit dan sehat, dokter,” kata Sena dengan suara patuh.

Dokter dan perawat pun meninggalkan kamar setelah memastikan bahwa Sena baik-baik saja. Mereka mengucapkan selamat tinggal kepada Sena, Anna, dan Reza.

Sena, Anna, dan Reza pun melanjutkan obrolan mereka di kamar. Mereka bercerita tentang hal-hal lucu dan seru yang terjadi di sekolah. Mereka tertawa dan bersenda gurau bersama.

Sena merasa cukup bersyukur hidupnya masih selamat. Dia merasa cukup bersyukur memiliki teman-teman yang baik seperti Anna dan Reza. Dia merasa cukup bersyukur bisa menikmati hari ini dengan bahagia. Setidaknya masalah kali ini, semuanya bahagia.

Episodes
1 Prolog
2 Awal dari Masalah
3 Jika Kau Punya Dosa, Semuanya Akan Rumit
4 Kenangan Harusnya Dilupakan, Tapi Tidak Kenangan Buruk
5 Kehidupan Layaknya Musik Jazz, Terlalu Banyak Improvisasi dan Spontanitas
6 Kamu Tidak Sendirian
7 Bagaimana Aku Harus Menyelesaikan Masalah Ini?
8 Pandangan Putri Salju Terhadap Kurniadi Avicenna
9 Roda Takdir Akhirnya Mulai Kembali Bergerak
10 Masalahpun Dimulai
11 Kenapa Kehidupanku Menjadi Kehidupan yang Abnormal?
12 Penyihir yang Kembali Lapangan
13 Babak Pertama yang Menyedihkan
14 Penyihir yang Licik, Kurniadi Avicenna
15 Ketika Pangeran Sepak Bola Sadar Akan Karir
16 Membuat Kue Tanda Persahabatan
17 Setidaknya Masalah Kali Ini, Semuanya Bahagia
18 Datangnya Salah Satu Kasus Dari 7 Misteri SMAN 105 yang Belum Terpecahkan
19 Hilangnya Tanaman Kebun Secara Misterius di Pagi Hari
20 Ketika KPBM Dibicarakan oleh Anggot OSIS
21 Badai Itu Datang Lagi, Skandal Teman Satu Klub
22 Badai Itu Mulai Datang Lagi
23 Permasalahan Vtuber yang Semakin Rumit
24 Ketakutan Ria dan Kenangannya Dengan Klub Penelitian Budaya Masyarakat (KPBM)
25 Ibu Sonia yang Memegang Janji Pada Ria
26 Sidang yang Menyebalkan
27 Pertaruhan Sena dengan Ina
28 Bantuan Datang! Siapa Pelaku Pembongkaran Ria sebagai Calara Puni-puni?
29 Pria di Belakang Masalah
30 Awal Mula Pertarungan IT
31 Jaka Si Joker IT
32 Pertandingan Yang Berat
33 Pembantaian yang Terbalik
34 Adu Siasat
35 Ke Arah yang Tidak Menguntungkan
36 Baku Pukul Tak Terhindarkan
37 Penyelesaian Masalah Menimbulkan Masalah
38 Hubungan Ayah dan Anak
39 Ketika Sena Tidak Ada di Klub
40 Masa Lalu Sena
41 Ketika Puteri Jatuh Hati
42 Puteri Tanpa Hati Ternyata Punya Hati
43 Monolog Ini Punya Siapa?
44 Bintang Mulai Berbohong
Episodes

Updated 44 Episodes

1
Prolog
2
Awal dari Masalah
3
Jika Kau Punya Dosa, Semuanya Akan Rumit
4
Kenangan Harusnya Dilupakan, Tapi Tidak Kenangan Buruk
5
Kehidupan Layaknya Musik Jazz, Terlalu Banyak Improvisasi dan Spontanitas
6
Kamu Tidak Sendirian
7
Bagaimana Aku Harus Menyelesaikan Masalah Ini?
8
Pandangan Putri Salju Terhadap Kurniadi Avicenna
9
Roda Takdir Akhirnya Mulai Kembali Bergerak
10
Masalahpun Dimulai
11
Kenapa Kehidupanku Menjadi Kehidupan yang Abnormal?
12
Penyihir yang Kembali Lapangan
13
Babak Pertama yang Menyedihkan
14
Penyihir yang Licik, Kurniadi Avicenna
15
Ketika Pangeran Sepak Bola Sadar Akan Karir
16
Membuat Kue Tanda Persahabatan
17
Setidaknya Masalah Kali Ini, Semuanya Bahagia
18
Datangnya Salah Satu Kasus Dari 7 Misteri SMAN 105 yang Belum Terpecahkan
19
Hilangnya Tanaman Kebun Secara Misterius di Pagi Hari
20
Ketika KPBM Dibicarakan oleh Anggot OSIS
21
Badai Itu Datang Lagi, Skandal Teman Satu Klub
22
Badai Itu Mulai Datang Lagi
23
Permasalahan Vtuber yang Semakin Rumit
24
Ketakutan Ria dan Kenangannya Dengan Klub Penelitian Budaya Masyarakat (KPBM)
25
Ibu Sonia yang Memegang Janji Pada Ria
26
Sidang yang Menyebalkan
27
Pertaruhan Sena dengan Ina
28
Bantuan Datang! Siapa Pelaku Pembongkaran Ria sebagai Calara Puni-puni?
29
Pria di Belakang Masalah
30
Awal Mula Pertarungan IT
31
Jaka Si Joker IT
32
Pertandingan Yang Berat
33
Pembantaian yang Terbalik
34
Adu Siasat
35
Ke Arah yang Tidak Menguntungkan
36
Baku Pukul Tak Terhindarkan
37
Penyelesaian Masalah Menimbulkan Masalah
38
Hubungan Ayah dan Anak
39
Ketika Sena Tidak Ada di Klub
40
Masa Lalu Sena
41
Ketika Puteri Jatuh Hati
42
Puteri Tanpa Hati Ternyata Punya Hati
43
Monolog Ini Punya Siapa?
44
Bintang Mulai Berbohong

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!